19. N e r a c a

29.8K 3.7K 46
                                    

Sedikit asupan keuwuan di Jumat Berkah.

Acie triple update minggu ini

Terima kasih atas dukungannya selama ini. Selamat menikmati. ✨

****

"Damian! Lo di sini juga?"

Miko yang baru saja datang langsung sumringah ketika melihat Damian. Zelina telah meninggalkan Damian sejak 15 menit lalu. Ia sibuk di panggung pelaminan bersama Nina dan Ali sehingga Damian harus sendiri. Karena tidak tahu mau apa, ia pun memutuskan untuk menjelajah stan makanan ringan saja.

Hingga tibalah Miko di sampingnya, membuat Damian sedikit lebih baik karena ia tidak perlu sendiri. Orang tua beserta adik kembar Damian terlihat sedang memakan hidangan utama di meja di sisi lain ruangan. Ingin rasanya Damian bergabung dengan mereka, tetapi ada banyak rekannya dari rumah sakit yang diundang ke sini. Damian masih keras kepala ingin menyembunyikan identitasnya.

"Gue udah di sini dari tadi kali. Lo baru datang?" tanya Damian balik sebelum memakan sate buah yang dilumuri coklat dari stan choco fountain.

"Iya. Gila, ini nikahan gak main-main! Gue ngerasa kayak bukan di nikahan lansia," ujar Miko dengan mata yang berbinar-binar. "Ngabisin berapa duit, ya? Eh, dokter Ali udah bertaun-taun kerja terus hidup sendirian pasti kaya, sih," gumam Miko lagi.

Damian hanya tertawa kecil dan menjawab, "Gak baik ngomongin senior."

"Eh, itu bukannya yang waktu itu kita operasi, kan? Yang dislokasi bahu." Miko menunjuk Zelina yang berada di antara  Ali dan Nina. Damian hanya mengangguk.

"Anak mempelai perempuannya."

"Oh, lo kenal dia?"

"Dia ... temen gue."

****

"Alfian! Gue tunggu dari tadi, anjrit!" bisik Zelina saat sepupunya itu akhirnya datang. Rencananya dan Ali bisa gagal jika Alfian tidak datang. Tadi, Zelina sudah meyakinkan Ali bahwa mereka tetap harus menjalankan rencana kejutan untuk Nina meskipun awalnya Ali ragu karena kejadian tadi sore sempat membuat Zelina terpukul.

Setelah mendapat konfirmasi dari Zelina bahwa ia masih mampu, rencana itu pun dilanjutkan. Alfian yang datang 10 menit kemudian sangat mendukung kelancaran rencana mereka. Setelah Alfian berbasa-basi dengan kedua mempelai, Zelina pun menyeretnya turun dari pelaminan untuk bersiap-siap.

"Sabar, Zelina. Gue baru datang, bego! Bukannya disambut atau dikasih makan dulu," cibir Alfian, agak kesal dengan Zelina yang terburu-buru.

"Sekarang udah jam 7 lebih, Fian! Lagian lo datang telat banget, sih. Lo masih inget kan koreonya?"

"Masih. Gue udah tonton video lomba kita yang dulu. Koreo yang dari adegan 2.11 sampe 3.00, kan? Geli anjrit kalau dipikir-pikir lagi."

Alfian dan Zelina dulu pernah satu SMA dan satu eskul tari modern. Dulu, Alfian dan Zelina sempat tidak bisa dipisahkan. Mereka sepupu yang dekat sedari kecil karena memiliki minat dan bakat yang hampir sama--bernyanyi dan menari.

Sayangnya, mereka harus berpisah saat Alfian berkuliah di luar kota. Satu waktu, mereka pernah mengikuti lomba tari berpasangan yang membuahkan sebuah medali perak bagi keduanya. Zelina hanya berharap ia tidak kehilangan kemampuannya dalam menari.

Rasanya sudah lama sekali. Semasa kuliah pun, Zelina meninggalkan bakatnya untuk fokus pada bidang akademik. Ia ingin bisa cepat-cepat membantu Nina yang dulu harus membanting tulang sendirian demi menghidupi mereka berdua.

Zelina memberi kode pada anggota WO bahwa kejutannya akan di mulai. Setelah mendapat konfirmasi, akhirnya Zelina dan Alfian menaiki panggung akustik dan mengambil alih mikrofon dari penyanyi yang sebelumnya. "Malam, semuanya," sapa Zelina merdu, membuat hampir seluruh mata tertuju padanya.

ZelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang