31. S a h a m

29.5K 3.5K 24
                                    

Wah, udah hari Rabu aja. Mumpung libur, saya update, nih, sebagai pengganti jadwal Kamis. Jadi besok saya mau fokus belajar lagi.

Sebelum baca, mohon doanya dulu semoga UTS saya semakin dimudahkan. Dan nilainya bisa naik lagi. Cukup bilang aamiin dengan ikhlas.

Hehe.

Terima kasih.

Selamat menikmati :)

****

"Welcome back, momma!"

Zelina menyambut senang ketika Arin akhirnya membuka mata lagi. Operasi caesar Arin berjalan sukses dan selesai beberapa jam yang lalu. Selama operasi, Arin mendapat bius lokal. Hanya saja, kesadaran Arin menghilang beberapa menit setelah bayinya lahir.

Bayi mungil yang memiliki panjang 43 cm dan berat 1,7 kg itu berhasil menyapa dunia dengan selamat. Hanya saja, kondisinya masih lemah, jadi ia langsung dilarikan ke NICU untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Bahkan, Rafa dan Arin yang berada di ruang operasi pun belum sempat menyentuh bayi mungil itu sama sekali.

Seakan teringat sesuatu, Arin pun mengerjap dan meringis pelan ketika rasa ngilu di perutnya terasa. "Bayi...?"

"Sehat. Semuanya sehat, Sayang," bisik Rafa yang duduk di samping ranjang Arin dengan sebuah senyum kagum pada istrinya itu. "Bayi kita sehat. Dokter bilang, kalau kondisinya terus membaik, mereka akan membawa dia ke sini."

Arin menangis bahagia dan meringis sekali lagi ketika perutnya itu kembali ngilu. Rafa tersenyum haru sambil menciumi wajah Arin dan menggenggam tangannya. Hari ini mereka resmi naik pangkat menjadi orang tua. Berminggu-minggu mereka khawatir, ketakutan, dan perang dingin seolah-olah terbayar lunas ketika tadi mendengar bayi mungil mereka menangis untuk yang pertama kalinya.

Zelina diam, mengundurkan diri dari momen manis itu. Dalam hati, dia ikut membayangkan bagaimana suatu hari jika ia melahirkan anaknya sendiri. Apakah suaminya akan menatap Zelina dengan penuh cinta dan kekaguman juga setelah berjuang bertaruh nyawa demi malaikat kecil mereka?

Buru-buru ia gelengkan kepalanya.

Gak! Lo kan gak mau nikah, Zelina! Jangan ngarep momen kayak gitu. Lo mau dibacok sama Mama ngelahirin tanpa suami?

Dia bergidik ngeri sementara pasangan dihadapannya masih berbagi kebahagiaan. Zelina pun keluar dari ruangan tanpa suara. Ali sudah kembali bekerja di gedung D, sedangkan Nina sedang keluar untuk mengambil kebutuhan Arin di rumahnya. Kelahiran mendadak ini membuat Arin belum bersiap-siap sama sekali.

Bahkan perlengkapan bayinya saja baru dibeli kemarin sore. Zelina sendiri yang mengantarkannya ke laundry 24 jam tadi malam. Untungnya, paket laundry telah dikirimkan oleh pihak binatu ke rumah sakit sejam lalu sehingga Zelina tidak perlu repot-repot mengambil kembali.

Zelina juga sudah meminta Amelia di kantor untuk mengurus cuti melahirkan Arin yang mendadak ini. Ditambah Zelina yang izin hari ini. Amelia sempat menggerutu pagi tadi, tapi setelah disogok dengan insentif Zelina minggu ini, ia pun mau.

Ya, tidak apalah Zelina berkorban sedikit. Uang bisa dicari lagi, tapi sahabat, saudara, dan keponakan tidak bisa.

Zelina sempat melihat jam menunjukkan pukul 2 siang sebelum ponselnya benar-benar mati. Ah, sial. Dia lupa membawa charger. Karena tidak tahu mau apa ditambah malas kembali ke dalam, Zelina pun memutuskan untuk pergi ke kantin saja.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia sadar bahwa dompetnya tertinggal di sofa ruang rawat dan ia sedang memakai pakaian Damian.

Tidak berduit dan memakai pakaian kebesaran milik orang lain.

ZelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang