Wah. Sudah chapter 42 saja. 9 chapter lagi perjalanan kalian dengan Zelian akan berakhir. Season 2 nya saya gak tahu bakal publish kapan. Dari kemarin coba nulis rasanya sulit sekali, padahal bayangan alur sampai ending sudah ada di kepala.
Don't forget to take care of yourself, guys. Sayangi diri kalian sendiri karena orang lain belum tentu sayang sama kalian.
Saya mau kasih bocoran saja. Kalian bakal melihat Zelina si bar-bar berubah jadi Zelina si cengeng sampai akhir cerita ini.
Selamat menikmati :)
*****
"Fix! Kita harus cobain arung jeram sama outbond!"
Layaknya anak kecil yang menemukan mainan baru, Zelina dan Erika yang berjalan bersisian terkikik antusias saat memasuki kawasan wisata alam tersebut. Siang yang terik tidak terlalu terasa karena banyaknya pohon yang menaungi langkah mereka.
Sebenarnya, pihak event organizer mengadakan sebuah acara santai. Namun, acara itu kebanyakan dihadiri oleh orang-orang yang lebih senior. Setelah sambutan dan pembukaan resmi acara rekreasi --dari sana, Zelina tahu bahwa papa Damian merupakan salah satu pendiri rumah sakit--, orang-orang dipersilahkan untuk memilih antara terus mengikuti acara talkshow berhadiah atau bebas berkeliling.
Tentu saja, Zelina dan Erika langsung undur diri untuk berkeliling. Erlangga dan Damian juga tidak kalah membuntuti dua wanita itu dengan alasan menjaga. Namun, ada suatu hal yang mengganjal perasaan Zelina.
Dengan alasan tidak memiliki teman sama sekali karena baru tiba di Indonesia, Si Demit Berupa Malaikat itu juga mengikuti mereka. Hal ini semata-mata karena anjuran para orang tua, tentunya. Konon, Ali, Dani, dan Surya--ayah dari Kirana-- adalah teman dekat.
Tiga dokter yang sangat berpengaruh di rumah sakit itu bersahabat karib.
Aduh, kenapa, sih, orang tua mereka harus akrab?
Zelina, kan, jadi tidak enak untuk menolak.
Ya, nasib, mau bagaimana lagi? Karena malas mengobrol dengan wanita itu, Zelina pun memilih untuk berjalan di depan bersama Erika, sedangkan Erlangga, Damian, dan Kirana berada di belakang mereka.
"Kak Zel, kita arung jeram dulu, ya!" seru Erika saat melihat papan penunjuk arah. Dengan antusias, gadis itu menarik tangan Zelina yang sedikit tergopoh mengikuti langkah gesitnya. Tentu saja, hal itu menciptakan jarak yang lebih lebar antara mereka dengan tiga orang di belakang yang berjalan santai, tapi tetap mengikuti.
"Kak, gue boleh jujur, gak?" bisik Erika.
Zelina pun mengerutkan kening penasaran. "Jujur apa?"
"Gue gak suka sama Kak Kirana yang kegatelan sama Bang Dami."
"Eh? Lo protes sama abang lo, lah!" Zelina melirik ke belakang. Sebenarnya, ia merasa panas sendiri saat melihat mereka berjalan bersisian sangat dekat. Bahkan, saking dekatnya, Erlangga sampai terlihat seperti orang terbuang akibat jarak yang berbeda.
"Gue gak berani, Kak Zel!" Erika mengeluh frustrasi. "Gimana pun juga, dulu gue sama Kak Kirana pernah deket. Gak enak gue...."
"Oh, ya?" Zelina menaikkan alis.
Erika pun mengangguk malas. "Kak Kirana emang udah deket sama Bang Dami dari kecil, Kak Zel. Otomatis, gue sama Erlangga juga pernah deket sama dia. Kita sering main bareng dulu." Gadis itu menaikkan bahu. "Yang gue tau, Kak Kirana sama Bang Dami jadian waktu mereka kuliah. Terus, setahun pacaran, putus deh. Gak ada yang tau kenapa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Zelian
ChickLit[ Daftar Pendek dan Pemenang Penghargaan Watty Awards 2021 Kategori Chicklit] "Oke, kalau Anda tidak ingin saya obati sekarang tidak apa-apa. Tapi, izinkan saya menjadi teman Anda. Boleh?" **** Zelina Oliv Elmira adalah seorang akuntan berusia 28 ta...