Mana, nih, yang minta up sebelum jadwal kamis dan minggu?
Selamat menikmati :)
****
Gue di mana?
Zelina membuka matanya perlahan, sinar lampu terasa begitu menyilaukan, kepalanya terasa sedikit pening, dan tubuhnya pegal-pegal.
"Putri tidur udah bangun. Asik!"
Suara itu.
Zelina terkesiap dan langsung duduk dalam satu hentakkan. Ah, sial! Kepalanya jadi nyut-nyutan. Namun, bukan itu fokusnya sekarang. Pandangan kaburnya jatuh pada sosok pucat yang berada di atas ranjang rumah sakit.
"A-Arin?"
"Iya, gue."
"Lo asli Arin? Gue mimpi gak sih?" Zelina mengucek matanya.
"Gue asli, Bego. Belom jadi hantu."
Sebuah senyuman mengembang di wajah Zelina saat itu juga. Ia pun bangkit dari sofa dan langsung menghambur ke pelukan Arin. "Lo udah siuman!"
"Gue bangun, lo malah tidur." Arin tertawa kecil sembari memeluk sahabatnya itu. "Makasih untuk semuanya... Gue gak tau apa yang terjadi kalau--"
"Jangan lanjutin! Lo bikin gue takut, tau gak?! Next time, kalau ada apa-apa, lo bilang sama gue dari awal! Lo gak tau gimana uring-uringannya gue pas ... pas lo...." Zelina menelan isakannya, suaranya jadi parau. "Pokoknya jangan nutupin hal begini lagi! Gue gak mau kehilangan kakak gue."
Senyuman Arin berubah masam. "Maafin gue." Pelukan mereka terlepas. "Gue gak mau bikin lo atau Mama khawatir. Gue pikir.... Gue pikir gue sama Rafa bakal kuat buat hadapin ini berdua karena ini tentang keluarga kecil kami. Tapi, seperti yang lo lihat--Rafa gak tau hilang ke mana sekarang." Arin tertawa getir.
Zelina hanya bisa mengusap pundak Arin. Hatinya merasa sakit ketika melihat Arin seperti ini. "Gue takut, Zel. Beberapa jam lagi anak gue bakal lahir. Harusnya..., dia lahir akhir Desember nanti, sesuai dengan rencana awal gue sama dokter. Gue gak becus banget jadi--"
"Udah! Jangan diterusin!" Zelina menggengam tangan Arin erat. "Ini bukan salah lo. Gue udah denger juga penjelasan dokter."
"Rafa marah sama gue. Belakangan ini kita berantem karena gue keras kepala. R-rafa minta gue buat cuti dari awal November. Dia ... cuma khawatir sama gue dan anak kami. Ta--Tapi, gue malah ngebangkang dan sekarang semuanya jadi gini."
Tangisan Arin pecah. Zelina hanya bisa diam dan menarik Arin ke pelukannya. "Ngikutin kemauan Rafa membuat gue seolah-olah mengkonfirmasi kalau ... kalau keadaan kandungan gue gak baik-baik aja. Gue takut, Zel. Mimpi buruk ini terlalu nyata."
"Dia denger penjelasan dari sisi lo?"
Arin menggelengkan kepalanya. "Dia keburu marah. Dia pikir gue gak butuh dia lagi. Gue makin setres, Zel! Gue cuma butuh sesuatu untuk meyakinkan diri gue bahwa kandungan gue bakal baik-baik aja. Working gives me that assurance!"
Arin terisak lagi. "Cuma dengan kerja gue ngerasa seperti wanita hamil normal yang gak punya masalah apa pun. Gue ... gak bisa diem doang di rumah, Zel. Pikiran buruk tentang resiko kehamilan gue terlalu keras kalau gue diem di rumah. Bekerja bisa membuat gue lupa dan berdamai dengan keadaan."
"Tapi, Rafa gak mau dengerin penjelasan lo sama sekali karena dia pikir logika dia paling bener?"
Arin mengangguk lemah.
"Dia pikir lo gak akan kecapean dan stres karena lo diem di rumah? Padahal dia bakal ninggalin lo kerja seharian?"
Arin mengangguk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zelian
ChickLit[ Daftar Pendek dan Pemenang Penghargaan Watty Awards 2021 Kategori Chicklit] "Oke, kalau Anda tidak ingin saya obati sekarang tidak apa-apa. Tapi, izinkan saya menjadi teman Anda. Boleh?" **** Zelina Oliv Elmira adalah seorang akuntan berusia 28 ta...