16. T e r m o m e t e r

30.4K 3.6K 7
                                    

"Aku masih gak nyangka Mama Nina nikah hari ini."

Arin meraung-raung sedari tadi di kamar hotel yang telah dipersiapkan WO untuk keluarga dari mempelai. Beberapa kali Rafa mencoba menenangkan istrinya sembari memegang tisu untuk menghapus air mata Arin yang tidak bisa diajak kompromi.

"Sayang, udah, ya? Nanti Mama Nina sama baby jadi sedih kalau kamu nangis terus," ujar Rafa sambil memeluk istrinya itu. "Aku gak sedih, aku terharu! Hormon hamil ini yang bikin aku nangis, Rafa!" rengek Arin sambil memukul-mukul dada bidang Rafa.

"Udah, Arin biar sama gue. Lo mending balik ke kamar, istirahat bentar terus siap-siap. Kasian wajah lo udah mengenaskan banget." Zelina menengahi sambil menatap Rafa yang terlihat sangat bersyukur atas inisiatif Zelina. Rafa memang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya tadi pagi dan langsung menuju hotel tempat dilaksanakannya pernikahan Nina dan Ali.

Sekarang jam 12 siang, jadi masih ada waktu 4 jam lagi sampai pernikahan dimulai.

"Aku ke kamar dulu, ya, sayang? Baik-baik kamu di sini sama baby," bisik Rafa sebelum mencium kening Arin lalu perutnya yang sudah terlihat bulat itu. "Titip Arin. Makasih, Zel."

Setelah Rafa meninggalkan kamar, Zelina memeluk Arin yang masih tersedu-sedu dengan lembut. "Udah, Rin. Jangan nangis lagi, nanti lo jelek pas didandanin," bisik Zelina yang sukses membuat Arin cemberut sembari menghapus air matanya.

"Gue gak jelek! Gue lagi dapet pregnancy glow tau! Lo bakal kalah cantik sama gue nanti pas beres didandanin." Arin yang ngambek layaknya anak kecil. Sontak saja Zelina tertawa kecil sambil melepaskan pelukannya. "Iya, bumil. Tapi kalau nangis terus, nanti pregnancy glow lo ketutupin sama mata sembab," goda Zelina.

"Kagak! Gue gak nangis lagi, nih."

"Nah, gitu, dong. Mending lo cuci muka terus rebahan bentar. Kita masih punya dua jam sebelum didandanin sama MUA."

Zelina menatap jam di dinding. Mamanya pasti sudah mulai didandani sekarang.

"Lo yang mama kandungnya mau nikah, kok, biasa aja, sih? Belom lagi harus take off malem ini. Gak ada sedih-sedihnya lo jadi anak." Arin mencebik dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Bukan, bukan biasa aja, Rin. Tapi perasaan gue gak enak. Daripada gue keluarin perasaan gue dan buat semuanya makin runyam, mending gue tahan sendiri, kan? Batin Zelina sambil merebahkan tubuhnya di kasur.

Ia menghela napas sambil memandang kopernya yang ada di sudut ruangan lalu beralih ke gaun hijau mint yang telah tergantung rapih di dinding kamar hotel. Harusnya, Zelina bahagia karena dua keinginan terbesarnya terjadi hari ini.

Melihat Nina bahagia dan mendapat perjalanan ke luar negeri gratis.

Tapi, entah kenapa. Ada yang mengganjal di perasaanya. Zelina pun mengecek ponselnya yang bergetar. Ada sebuah pesan di sana.

From : Om Ali

Semuanya masih sesuai rencana, kan, Zelina?

Sebuah senyuman kecil terbit di bibir Zelina. Ia ingat sekitar 3 hari lalu ketika Ali mendatanginya secara sembunyi-sembunyi. Mereka mendiskusikan kejutan untuk Nina di resepsi pernikahan nanti. Zelina sangat lega mengetahui Nina mendapatkan seseorang yang benar-benar bisa memperlakukannya seperti ratu karena Nina sangat pantas untuk bahagia.

Reply to Om Ali

Masih, Om. Tenang aja. Semua pasti lancar 👍

Selain itu, Zelina dan Ali belakangan ini semakin dekat dan tidak sekaku dulu. Zelina sudah bisa menerima Ali sepenuhnya di keluarga mereka. Ali akan menjadi papa tiri Zelina dalam hitungan jam. Awalnya terasa aneh bagi Zelina ketika menyadari bahwa ia akan memanggil orang lain sebagai papa. Namun, setelah melihat kesungguhan Ali dalam membahagiakan Nina, Zelina rasa memiliki papa baru tidaklah buruk.

ZelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang