Kejutaannn.
Hari ini saya kasih dua bab untuk kalian 😇
Soalnya saya mau fokus menulis sampai kamis nanti. Dan.. Dukungan kalian gercep banget di part sebelumnya wkwkw. Saya jadi terharu :(
Makasih orang-orang baik 💙
Selamat menikmati :)
*****
"Shh.. Vano Sayang, jadi anak baik, ya? Tidur yang nyenyak, Sayang."
Zelina mengayun-ayunkan bayi kecil yang dibalut selimut biru di lengannya dengan lembut. Hari Sabtu pagi, Arin menitipkan Elvano pada Zelina karena ia butuh istirahat setelah semalaman merawat Vano yang rewel. Rafa sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota dan baru pulang sore ini sehingga Arin harus menjaganya sendirian tadi malam.
Nina dan Ali sedang berbelanja ke supermarket untuk kebutuhan acara akikah Elvano besok. Setelah berumur hampir satu bulan, akhirnya Elvano menunjukkan peningkatan pesat. Berat badannya bertambah dan ia tidak lagi terlihat sedikit kuning seperti minggu lalu. Meskipun masih lebih mungil dibandingkan Zelina yang dulu lahir dengan berat 3 kilogram, Elvano sudah benar-benar sehat sekarang dan dapat meminum asi dengan lahap.
Setelah yakin bahwa Elvano lelap tertidur, Zelina perlahan meletakkan bayi mungil itu di portable bassinet-nya yang ada di sebelah meja makan. Ia pun duduk di kursi dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Sarapan roti selai kacang sambil menatap angka-angka di layar laptopnya.
Kertas-kertas berceceran di meja makan dengan sebuah pulpen yang tergeletak begitu saja di atas buku catatan milik Zelina. Selain itu, dua buah buku mengenai auditing dan keuangan pun ada di meja sebagai referensi jika sewaktu-waktu Zelina melupakan sesuatu.
Ia mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sungguh-sungguh. Beberapa kali, Zelina menyipitkan dan melebarkan matanya karena sedikit kewalahan melihat berbaris dan berkolom-kolom angka.
Mungkin ia harus ke dokter mata secepatnya, khawatir rabun.
Tangannya tidak tinggal diam. Jari-jarinya bergerak luwes menyentuh layar laptop, menuliskan sesuatu di buku catatan, dan mengetikkan berbagai hal. Begitu terus siklusnya sampai sekitar satu jam kedepan.
Suara bayi yang hendak menangis memutus konsentrasinya. Baiklah, mungkin Zelina akan melanjutkan pekerjaannya nanti. Ia pun menyimpan seluruh pekerjaannya dan menumpuk rapi kertas dan buku-buku itu di meja makan dengan sebelum memeriksa Elvano yang wajahnya mulai memerah sekarang.
Aduh, pasti dia akan menangis keras.
Ah, pantas saja. Selimutnya basah. Elvano mengompol.
Di siang hari, saat orang-orang terjaga dan banyak yang bisa mengawasi Elvano, dia hanya akan dipasangi popok kain agar kulitnya yang sensitif tidak lecet. Barulah di malam hari saat orang-orang akan tertidur, ia dipasangi popok konvensional--diapers-- supaya Arin yang masih kesulitan bergerak tidak harus mengganti popok Elvano setiap ia mengompol.
Dengan cekatan, Zelina mengambil keperluan untuk mengganti popok kain dan selimut tipis yang membalut tubuh Elvano dari penyimpanan di bawah portable bassinet itu.
"Iya, Sayang. Gak nyaman, ya? Kita ganti popoknya sekarang...." Zelina mencoba menenangkan Elvano yang menangis, ternyata tangisannya tidak terlalu keras seperti yang Zelina prediksi. Wajar saja, masalahnya telah ditemukan dan Zelina sudah melepas balutan selimut basah itu dari tubuh Elvano.
Bahkan, tangisan bayi mungil itu reda ketika popoknya yang basah telah dibuka oleh Zelina. Mungkin rasanya lega.
"Aduh, baju kamu ikutan basah. Berantakan sekali pipisnya." Zelina tertawa, terlihat keibuan ketika ia membersihkan tubuh Elvano serta mengganti popok juga bajunya dengan penuh kehati-hatian. Bayi tersebut sangat rapuh. Bahkan kulit lembutnya mengalahkan kulit wajah Zelina yang sudah dijaga dengan produk perawatan kulit--meski jarang karena malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zelian
ChickLit[ Daftar Pendek dan Pemenang Penghargaan Watty Awards 2021 Kategori Chicklit] "Oke, kalau Anda tidak ingin saya obati sekarang tidak apa-apa. Tapi, izinkan saya menjadi teman Anda. Boleh?" **** Zelina Oliv Elmira adalah seorang akuntan berusia 28 ta...