23. P e n d a p a t a n

30.3K 3.6K 59
                                        

Bagi pembaca baru dan lama, saya ucapkan banyak terima kasih karena sudah mau menghargai cerita ini dengan menekan bintang. Aduh, apa lagi yang komen 🖤🖤

Dari kemarin, kalian berhasil buat saya berbunga-bunga 😍 notifikasinya ajaib, bikin saya senyam-senyum sendiri. Hihi.

Oh, iya, semoga berkenan jawab. Kalian tahu cerita ini dari mana?

Selamat menikmati

****

Haatchu!

Zelina kualat.

Sekarang H-3 sebelum kepulangannya ke Indonesia dan kondisinya malah drop. Setelah bertelepon dengan Damian beberapa malam lalu, keesokan harinya, kondisi Zelina tidak membaik. Ia malah demam, sakit kepala, dan suaranya jadi serak.

Zelina terlalu meremehkan kondisinya sendiri.

Mungkin Zelina terkena flu. Wajar saja, selama ini Zelina sibuk bekerja dan bolak-balik dari kantor ke projek menara hotel untuk menginvestigasi pengeluaran biaya. Belum lagi pekan kemarin menyusuri kota Brighton seharian. Gaya hidupnya yang kurang sehat membuat kekebalan tubuhnya menurun.

Tubuh Zelina sudah terlalu lelah untuk beradaptasi dengan rutinitasnya yang lumayan ekstrem.

Setidaknya, Zelina bersyukur karena telah menemukan titik terang dari kasus ini sebelum mengambil hari libur pekan lalu. Kasus ini merupakan pencucian uang yang dilakukan oleh manajer projek sendiri. Baguslah, tugasnya hampir selesai. Ia hanya harus membuat laporan kerugian perusahaan dan catatan pendukung dari tindakan penyelewengan tersebut. Bisa dibilang, perusahan yang membayar jasanya sangat puas dengan hasil kerja Zelina.

Kemarin Amanda sudah membelikan Zelina cold and flu tablets untuk meredakan gejalanya karena ia menolak untuk ke dokter. Zelina juga terpaksa menolak telepon dari Nina, Arin, dan Damian beberapa hari ini dengan berdalih bahwa ia sangat sibuk membuat laporan keuangan. Syukurlah, mereka percaya sehingga Zelina bisa terhindar dari omelan mereka semua.

Zelina sendiri pantang berdiam diri ketika sakit. Ia menyusun laporan sedikit-sedikit dan berhenti jika kepalanya terlalu berat untuk melanjutkan. Selain itu, Zelina sudah mulai mengemasi barang-barangnya karena ia mendapat penerbangan pagi untuk pulang. Oleh-oleh pun ia letakkan dengan rapi di koper baru yang terpaksa ia beli di sini.

Setelah meminum obat, Zelina kembali meringkuk di kasur. Zelina yang biasanya benci kaus kaki di Indonesia malah menjadi ketagihan memakai kaus kaki di sini karena jari-jari kakinya selalu dingin. Kemarin juga Amanda telah membantu menaikkan suhu penghangat ruangan Zelina, tetapi tetap saja ia merasa dingin.

Ditengah rasa dingin, ia jadi memikirkan orang-orang di Indonesia. Ia rindu Nina, Arin, Damian, dan yang lainnya. Sendirian tidak terasa menyenangkan.

****

Amanda cemberut melihat Zelina yang sudah siap dengan kopernya di bandara Heathrow, London. Mereka menaiki bus National Express jam 6 pagi dari Brighton Coach Station ke London Heathrow Airport yang memakan waktu hampir dua jam. Biaya sekali jalan kurang lebih sebesar £15 atau sekitar Rp. 300.000. Penerbangan Zelina dijadwalkan pukul 10 pagi. Inilah tugas terakhir Amanda bersama Zelina dan ia cukup sedih hari ini.

Kondisi Zelina belum pulih, tetapi setidaknya ia sudah kuat untuk berjalan-jalan dan tidak sabar ingin pulang.

"Well, here we are. I can't belive you're going home today...."

Zelina tersenyum pada Amanda dan memeluknya. "It's okay. We can always talk by phone, you know?"

"Touche." Amanda mencoba tersenyum. "But it's not the same, though. Thank you for being a good mentor this past month. You've taught me a lot." Amanda memeluknya balik and menghela napas. "I swear, you're like.. the easiest person to deal with. I'm going to miss you."

ZelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang