41. K o n t i n j e n s i

27K 3.3K 111
                                    

Hai.

Kalian jaga kesehatan.

Selamat menikmati :)

****

"Ahhh.... Vano, tante kamu lagi seneeeeng banget!"

Bayi polos itu hanya mengemut tangannya dan berkedip tidak tahu apa-apa sementara Zelina berguling-guling kegirangan di sampingnya. Sekarang mereka telah menempati kamar hotel yang telah disediakan. Sesuai dengan janji Zelina tadi, Arin dan Rafa bisa istirahat sementara Zelina menjaga Elvano sampai jadwal acara nanti siang.

Bayi mungil itu telah diberi asi dan diganti popoknya sehingga sekarang dia anteng berbaring di kasur. Berbeda dengan bayi polos yang tenang, Zelina justru seperti cacing kepanasan. Sedaritadi ia tidak bisa diam dan senyam-senyum sendiri karena jawaban Damian saat tadi mereka sarapan. Oh, dan jangan lupakan ekspresi Kirana yang kalah telak. Zelina sampai sulit menahan tawa saat wanita itu mengundurkan diri dengan alasan ingin ke toilet.

"Kira-kira, kriteria pasangan idaman lo seperti apa?"

Lelaki itu hampir saja tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar pertanyaan Zelina. Belum lagi, karena jarak yang terkikis, degup jantung pria itu jadi menggila. Aduh, mimpi apa dia semalam sampai-sampai mendapat pertanyaan menjebak seperti ini?

Rasa gugup saat diuji di stase bedah dulu tidak ada apa-apanya dibanding ini! Sial!

"Heh, Dam, jangan bengong gitu, dong!" Zelina menepuk pundaknya jahil.

"Iya, Bang! Lo tinggal jawab aja padahal. Lo mau yang kayak gimana? Mau yang rajin ibadah? Pinter? Atau gimana, nih?" Erika menimpali dengan penasaran. Aduh, sebenarnya apa, sih, yang mereka tadi bicarakan? Kenapa Damian jadi kena imbasnya?

Damian pun menatap Erlangga, meminta penjelasan. Sialnya, bocah 22 tahun itu malah menaikkan bahu sambil menatapnya jahil. Ia benar-benar menikmati ini! Kapan lagi abangnya yang selalu berwibawa itu dicekcoki pertanyaan oleh para wanita?

"Kenapa kalian tiba-tiba mau tahu kriteria pasangan saya?" tanyanya bingung.

Kirana yang sedari tadi diam pun ikut mencondongkan tubuhnya ke Damian. Ia juga sebenarnya penasaran mengenai tipe wanita seperti apa yang pria itu suka. "Kami ingin tahu saja. Ayo, Yan! Jawab. Ini pertanyaan mudah, loh!"

Zelina melirik wanita itu sengit dan memutar bola mata. Dasar peniru gestur!

"Pasangan idaman saya--" Damian menelan ludah. Otaknya mencari-cari jawaban yang aman. Dia tidak mau mendapat buah simalakama yang serba salah. Semua orang di meja itu menatapnya, menunggu jawaban dengan antusias.

"-- adalah wanita yang baik hati."

Sontak saja, desah napas kekecewaan terdengar di meja. Itu jawaban yang payah!

"Ck! Bang, lo harus lebih spesifik lagi," saran Erlangga pada akhirnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya kecewa. "Gue rasa nih cewek-cewek gak akan puas sama jawaban kayak gitu."

"Nah! Itu si Erlangga aja ngerti, Dam." Zelina menyahuti. "Atau gini, deh! Gue sebutin kriterianya. Nanti lo tinggal jawab iya atau gak. Oke?"

Karena sudah kelimpungan, Damian pun terpaksa mengangguk. Sudahlah. Bukankah ini kesempatan yang baik untuk melancarkan aksinya? Dia tinggal menyebut "iya" pada kriteria yang cocok dengan Zelina, kan?

"Oke. Apa pasangan lo harus pinter masak?"

"Gak. Saya juga bisa masak."

Zelina dan Erika ber-ohh ria layaknya himpunan gadis rumpi yang baru mendapat gosip baru.

ZelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang