39. O p s i B e l i

26.6K 3.3K 53
                                    

Hai. Thank you for the supports and kind comments.

Mungkin Zelian 2 bakal rada telat nanti. But IDK. Saya lagi gak berfungsi nulis. Stress sama problema hidup. Secepat itu suasana hatinya berubah 😖 padahal minggu kemarin masih baik-baik aja. Haha.

Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan pesan baik

Dah gitu aja

Selamat menikmati :)

****

"Kak Zel!"

Zelina terperanjat. Selimut dan bantalnya merosot. Mata yang hampir tertutup jadi terbelalak lebar. Di sampingnya, Erika yang baru saja mengejutkannya nyengir tanpa dosa. Untung saja Zelina tidak latah!

"Kenapa, Rik?" Zelina menguap. Semenjak kereta mulai melaju pukul 6 sore, ia telah melakukan banyak hal. Makan malam, ibadah, menggendong Elvano, menonton film dari ponsel, dan tentu saja tidak sedetik pun menghabiskan waktu melirik Damian atau menunggu pesan dari pria itu.

Haha, tidak!

"Kak Zel udah ngantuk, ya? Aduh. Maaf, gue ganggu! Gue balik ke--"

"Telat! Gue udah gak ngantuk lagi, Erika." Zelina terkekeh pelan. Siapa juga yang bisa tidur setelah dikejutkan seperti itu? Memang Zelina biasa bergadang untuk bekerja, tetapi entah kenapa tubuhnya mudah lelah jika di perjalanan. Buktinya, sekarang baru jam 9 lebih dan ia sudah ingin tidur. Belum lagi, suasana hening di gerbong mendukung sekali untuk istirahat. Sayang, Erika mengacaukannya.

Ia bukan sedang rekreasi sekolah di mana semakin malam, suasana semakin ramai oleh anak-anak yang dangdutan ria. Zelina sedang dikelilingi oleh para dokter senior dan keluarga mereka. Mana bisa dangdutan jam segini? Di rumah saja, Ali dan Nina paling telat masuk kamar jam 10 malam. Istirahat itu penting katanya.

"Oh, iya. Ada apa?" Zelina bertanya, tubuhnya masih setengah berbaring di kursi yang ia sudah rendahkan sandarannya agar nyaman untuk di pakai tidur.

"Gue sebenernya ... mau minta maaf, Kak Zel," ujar Erika, "Soalnya Kak Zel gak jadi duduk sama Bang Dami."

Oh, Zelina kira apa.

"Gak perlu minta maaf kali! Masalah kecil doang. Gue gak apa-apa duduk di sini."

"Tapi, Kak Zel harusnya duduk sama Bang Dami! Gue udah bilang sama Bang Dami buat jagain kursi buat lo. Sumpah! Kayaknya Bang Dami pun gak nyangka bakal ada yang tiba-tiba ambil posisi di sebelahnya." Adik Si Seksi itu jadi berbisik-bisik.

"Udah, Erika. Gue beneran gak apa-apa, kok!"

"Tapi, gue yang gak enak, Kak Zel! Lo jadi harus duduk sendiri di pojokan gini pas Bang Dami kejebak sama mantan pacar--eh! Kebablasan!" Erika menutup mulutnya dengan kedua tangan. Hal itu membuat Zelina mengerutkan dahi. Bukan karena bingung, tapi karena informasi yang baru saja ia dengar.

Jadi, wanita itu mantan pacar Damian?

Wah, Zelina yang baru melirik sekilas saja langsung minder!

Bagaimana tidak? Wanita yang tadi menikung posisinya sekilas terlihat ramping dan tinggi bak model majalah fashion yang sering ia lihat di laman media sosial. Tampilannya begitu apik dan cantik, seolah-olah wanita itu tidak pernah sekali pun tahu apa definisi urak-urakan dan bar-bar seperti Zelina.

Itukah selera Damian dalam memilih wanita?

"Mantan pacarnya Damian?" Zelina ingin mengkonfirmasi. Suaranya begitu rendah, hampir seperti berbisik. Erika pun mengangguk lemah. Ibaratnya, nasi sudah menjadi bubur. Kata-katanya tidak bisa ditarik kembali. Zelina sudah tahu.

ZelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang