Kamu akan merasa kehilangan seseorang saat orang itu memutuskan untuk pergi.JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
"Ada Al disini? Kok nggak diajak masuk?" Tanya Ferdian begitu dirinya mendapati Clara dan Alvaro didepan rumahnya.
"Nggak usah Om. Saya udah mau pulang juga kok" Jawab Alvaro.
Clara hanya diam ditempatnya karena jujur dirinya masih ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan pada Alvaro tadi. Bagaimanapun, restu dari ayah Alvaro sangat penting dalam hubungan mereka.
"Clara,kamu bawa tas ayah kedalam.Ada yang mau ayah omongin sama Alvaro" Lamunan Clara seketika buyar. Namun dengan sigap ia mengambil tas kerja milik ayahnya dan berlalu dari hadapan sang ayah dan Alvaro.
Clara yakin apapun yang ingin dibicaraka ayahnya adalah yang terbaik untuk dirinyaSepeninggalan Clara, Ferdian langsung mengajak Alvaro untuk duduk diteras rumahnya.
"Hubungan kamu sama Clara gimana?" Tanya Ferdian to the point.
"Baik Om" Jawab Alvaro sejujur-jujurnya.
"Om nggak perna mau ngelarang kamu untuk berhubungan dengan Clara. Tapi kalau kamu sampai nyakitin dia Al, nggak akan ada maaf untuk kamu" Alvaro mengangguk Paham. Ucapan Ferdian adalah peringatan yang akan selalu Alvaro ingat karena memang pada dasarnya tidak ada satupun ayah didunia ini yang ingin anak perempuannya disakiti.
"Senakal- nakalnya kamu, sebejat-bejatnya kamu dan sebrengsek-brengseknya kamu, tolong jangan lukai hati perempuan. Karena suatu hari nanti maklhuk yang disebut perempuan itulah yang akan mencintai kamu dengan tulus.Paham Al?" Lanjut Ferdian semakin serius dengan pembicaraannya.
Alvaro terdiam. Rasanya begitu menyakitkan saat ia mengingat kembali bagaimana duluh ia menyakiti Clara hanya untuk Nadin. Ia yang selalu meninggalkan Clara demi Nadin dan ia yang selalu menutup hatinya untuk Clara demi Nadin. Ia benar- benar Brengsek saat itu.
"Maaf karena sering nyakitin Clara om"Ucap Alvaro lirih.
"Duluh om juga nyakitin Clara.Tapi sekarang om harus jaga dia dan om nggak akan biarin satu orang pun nyakitin dia,termasuk kamu Al" ucap Ferdian Lagi. Ia memang yakin bahwa Alvaro adalah laki- laki yang baik untu Clara tapi sudah tugasnya sebagai seorang ayah untuk selalu mengingatkan Alvaro untuk tidak menyakiti anak perempuan yang sangat ia cintai itu.
"Saya-"
"Saya percaya sama kamu Al. Jadi jangan sia-siakan kepercayaan saya untuk membiarkan kamu menjaga anak saya" Alvaro tersenyum. Dalam hatinya, ia merasa Salut dengan ayah dari pacarnya itu."Tidak akan saya sia-siakan" balas Alvaro pasti.
Ferdian langsung mengangguk sambil tersenyum.Ia percaya dengan apa yang keluar dari mulut pria dihadapannya itu.
"Yaudah Om, Alvaro pamit" Dengan sopan Alvaro bangun dari tempat duduknya dan berpamitan pada Ferdian."Hati-Hati" Ucap Ferdian lembut.Dengan Senyuman yang tak lepas dari wajahnya Alvaro melangkahkan kaki hingga namanya kembali dipanggil oleh Ferdian "Alvaro".
Alvaro membalikkan tubuhnya kembali berhadapan dengan Ferdian yang kini jaraknya sudah beberapa meter dari dirinya.
" Terima kasih mau menjaga Clara.Kamu boleh panggil saya Ayah"
Alvaro Langsung mematung ditempatnya. Rasanya ada kebahagiaan tersendiri saat mendengar apa yang keluar dari mulut ayah Clara.
"Kalau kamu nggak keberatan" Lanjut Ferdian saat ia melihat tidak ada respon dari Alvaro.
Alvaro tertawa ringan. Bagaimana mungkin ia keberatan?.
"Terima kasih" Alvaro menatap dalam pada pria parubaya yang terlihat berwibawa dihadapannya itu dengan senyuman yang masih setia ia pancarkan "Ayah".***
Didunia ini tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan satu-satunya. Alvaro paham betul dengan itu semua.Keadaan yang kini sedang ia hadapi adalah keadaan mengajarkan dia betapa nyata dan benarnya apa yang ia pahami itu. Mungkin banyak orang yang mengira bahwa hidupnya begitu sempurna. Menjadi bagian dari Dirgantara yang sangat diimpikan anak-anak lain, kehidupan serba mewah dan luar biasa,Memiliki ketampanan yang tidak perlu diragukan lagi. Tapi apakah mereka berfikir tentang bagaimana kehidupan yang sebenarnya Alvaro jalani? Mungkin tidak. Mereka tidak tau jika di balik tawa bersama sahabat-sahabatnya ada luka yang ia sembunyikan dari banyak orang, cukup sahabatnya yang tau bagaimana rasanya menjalani kehidupan yang penuh tekanan sebagai seorang Alvaro Dirgantara.
" Al" Alvaro menoleh. Ada ibunya yang berdiri dengan senyuman cantiknya.Mungkin senyuman inilah yang membuat sang ibu tidak perna sepi Job sebagai seorang model meski umurnya sudah berkepala tiga.
"Ngapain malam-malam sendirian ditaman?". Tanya sang bunda yang kini sudah duduk disampingnya.
" Nyari angin" Jawab Alvaro singkat.
Percayalah jika Rihana harus bersusah payah mencari obrolan terlebih duluh untuk memancing apa yang sedang dipikrkan Anak bungsunya itu. Alvaro bukan anak yang dengan mudah mengeluarkan isi hatinya pada kedua orang tuanya.
"Tadi kamu kemana?" Tanya Rihana masih berusaha mencari topik untuk berbicara dengan anaknya itu.
"Rumah Clara" Rihana tersenyum dengan jawaban Alvaro. Ini mungkin akan jadi waktu yang paling tepat baginya untuk mengetahui sudah sejauh mana hubungan Alvaro dan Clara.
"Bunda pengen dong sekali-kali kamu ajak Clara ke rumah. Bunda nggak punya teman cewek dirumah" Ucap Rihana bahagia.
Sedangkan Alvaro? Laki- laki itu hanya bisa tersenyum kecut. Seandainya hubungan mereka juga direstui oleh sang ayah maka dengan senang hati Alvaro akan mengajak Clara kerumah. Setiap hari pun tidak masalah baginya.
"Ayah mana bun?" Tanya Alvaro mengalihkan pembicaraan. Bukan tidak ingin membahas mengenai Clara hanya saja ia masih bingung harus mengatakan apa pada sang bunda. Ia tidak bisa menjanjikan apa- apa untuk saat ini.
Rihana yang merasa Alvaro kurang nyaman dengan pembicaraan mereka pun memilih untuk menjawab "Ayah ada urusan bentar. Paling sejam lagi pulang" jawab Rihana.
Alvaro mengarahkan pandangannya kelangit. Melihat bintang adalah bagian terbaik dalam hidupnya ketika sedang ada masalah.
" Bunda bahagia sama ayah?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Alvaro. Pertanyaan tak terduga yang membuat Rihana menoleh dengan cepat. Ia yakin pasti ada perdebatan lagi antara Suaminya dan anak bungsunya ini. Jika sudah begini,Rihana harus lebih hati-hati dalam menghadapi keduanya.
"Sangat Bahagia. Sesibuk apapun ayah kamu, dia selalu meluangkan waktu untuk bunda. Dari duluh selalu memprioritaskan bunda" Jawab Rihana sambil tersenyum. Yang ia ucapkan adalah kebenaran. Kebenaran yang menjadi alasan mengapa ia selalu mencintai suaminya itu.
"Tapi ayah selalu-"
"Sayang, ayah cuma berusaha mencari yaang terbaik untuk kalian.Untuk kamu dan untuk Arya" Jelas Rihana lembut. Ia tidak ingin Alvaro selalu jauh dari ayahnya.
"Al tau itu. Al bisa paham saat ayah minta Al jangan main basket, Al bisa paham saat ayah ngatur kemana Al harus pergi tapi Al nggak habis pikir kalau ayah ngelarang Al untuk mencintai Clara" Alvaro menatap sang bunda dengan tatapan sendu "Hanya karena Clara datang dari keluaraga broken home".
" Al-"
"Al nggak bisa dipaksa mencintai perempuan dari keluarga baik-baik. Cinta bukan bisnis bun"sambung Al dengan suara yang sedikit meninggi.
" Sayang.... Tolong jangan lawan ayah kamu. Kali ini aja kamu dengerin ayah kamu"
"Maksud bunda?"
"Bunda minta kamu sabar dalam menghadapi ayah kamu. Jangan langsung kamu serang yah sayang?"
"Tapi-"
"Kamu nggak harus mutusin Clara.Kalian jalani aja duluh"
Alvaro hanya mengangguk. Ia ingin membantah namun ia tahan karena dirinya merasa sang bunda hanya tidak ingin ada perdebatan dalam keluarga mereka. Dan Alvaro harus memahami itu.
"Bunda ke dalam yah" Pamit Rihana sambil bangun dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Alvaro yang masih menunduk. Ia ingin memberi yang terbaik untuk Alvaro hanya saja anak itu terlalu sulit untuk diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO (Completed)
Teen Fiction🔥SEGERA DITERBITKAN🔥 ALVARO itu egois. Pacarnya Clara tapi sayangnya sama Nadin. Disakiti sama Nadin, dilampiasin ke Clara. Giliran Clara minta putus malah nggak mau. Inilah kisah Alvaro Dirgantara. Mencintai sahabatnya yang justru mencintai laki...