"Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa membeci kehidupan."
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN......
Setelah kejadian tadi siang, Clara mati- matian menghindar dari Alvaro. Bahkan saat pulang sekolah Clara segera pergi lebih duluh agar tidak bertemu dengan pria itu.
Dan Saat ini Clara telah tiba didepan gerbang rumahnya.Setelah membayar taksi yang ia kendarai gadis itu langsung melangkahkan kaki memasuki halaman rumahnya.Kedua alis Clara berkerut saat ia melihat seorang pria yang sedang berdiri didepan rumah sambil menyadarkan tubuhnya didepan mobiil sport yang clara yakini memiliki harga yang tidak main-main.
"Bapak siapa?" Tanya Clara begitu ia tiba didepan pria tersebut. Bukan mendapat jawaban dari pertanyaanya Clara justru diberi senyuman yang Clara pun tidak tau artinya.
"Teman ayah?" Tanya Clara lagi. Pria itu masih saja bungkam membuat Clara sedikit penasaran namun enggan untuk bertanya lebih lanjut. Tanpa mengucapkan pamit, Clara langsung melangkahkan kakinya memasuki rumah berukuran sangat luas itu. Namun baru selangkah dari pintu masuk tiba- tiba langkah gadis itu terhenti oleh keributan dari kedua orang tuanya.
"Setelah sekian lama kenapa baru sekarang kamu minta pisah?" Tanya Ferdyan dengan nada yang masih sangat lembut. Meski terpancar amarah yang begitu mendalam dari wajahnya.
"Mas, aku udah bertahan sangat lama dan sekarang aku ingin bahagia dengan mas Ferry.Kamu tau kan sejak duluh aku sangat mencintai dia. Seandainya kita tidak dijodohkan mungkin aku sudah bahagia dengan mas Ferry" Balas Ryanti tanpa mempedulikan perasaan suaminya.
"Tapi gimana sama Clara? Dia butuh kamu. Jangan bertahan buat aku tapi anak kita Rianty" Kini setetes air mata berhasil membasahi pipi Ferdyan. Ia yag jarang menangis kini harus mengeluarkan air mata untuk istri yang begitu ia cintai. Mungkin Ferdyan bisa mengikhlaskan Rianty namun ia takut Clara terpukul dengan perpisahan mereka.
"Clara udah dewasa dan dia nggak butuh aku. Kamu silakan urus dia" Rianty langsung melangkahkan kakinya menuruni tangga diikuti oleh Ferdyan yang mencoa menghentikan langkah istrinya namun tidak berhasil hingga keduanya sama – sama berhenti karena sosok yang sedang menyaksikan pertengkaran mereka dengan air mata.
"Jadi pria yang didepan itu alasan pertengkaran kalian?"Clara bertanya dengan suara yang bergetar.Tidak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut Ferdyan maupun Rianty membuat Clara mengangguk paham "Mama benar, Clara nggak butuh mama. Silahkan mama pergi sesuka hati dan jangan anggap kita sedarah karena mulai detik ini anda bukan ibu saya lagi" Clara langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya dilantai dua dengan tangis yang tidak bisa ia tahan. Ucapannya seakan ia sangat kuat menghadapi ini semua tapi nyatanya ia sangat lemah.
"Puas kamu?" Kini suara Ferdyan tidak selembut tadi "Aku sangat mencintai kamu walau aku tau kamu tidak. Aku bisa lepasin kamu tapi aku sadar Clara nggak akan mudah menerima perpisahaan diumurnya yang masih labil ini.Tapi tertanya dalam diri kamu nggak ada rasa seorang ibu".
Rianty terdiam. Seiring dengan langkah Ferdyan yang mulai menjauh tiba- tiba Rianty merasa ada rasa kehilangan yang sangat luar biasa dalam dirinya. Dengan langkah yang berat ia keluar dari rumah itu sambil tersenyum paksa pada Ferry yang sejak tadi menunggunya.
Dikamarnya Clara terus menangis tanpa jeda. Ia baru saja bahagia dengan perubahan sikap sang ayah yang begitu baik namun sang ibu justru pergi meninggalkan mereka.Jujur Clara bukan menangis karena ia merasa kehilangan, Clara hanya terpukul karena melihat bagaimana ibunya tidak mempedulikan ayahnya yang sebisa mungkin mempertahankan keluarga mereka sampai ia harus mengemis pada perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO (Completed)
Teen Fiction🔥SEGERA DITERBITKAN🔥 ALVARO itu egois. Pacarnya Clara tapi sayangnya sama Nadin. Disakiti sama Nadin, dilampiasin ke Clara. Giliran Clara minta putus malah nggak mau. Inilah kisah Alvaro Dirgantara. Mencintai sahabatnya yang justru mencintai laki...