Pelukan yang dirindukan

1.3K 117 48
                                    

Gadis itu kembali.
Gadis pemilik hatinya.
Gadis yang selalu memiliki
pelukan yang ia rindukan.
-Alvaro Dirgantara

Jangan lupa vote dan komen
*jangan mau jadi silent riders 👍

Anggi menatap gundukan tanah dihadapannya dengan air mata yang tidak bisa berhenti mengalir. Perlahan ia memegang batu nisan berwarna putih dengan tangan yang bergetar.

"Kenapa secepat ini?" Anggi semakin terisak sebelum melanjutkan kalimatnya. Ia terlalu merasa kehilangan setiap menyadari bahwa seseorang yang terbaring didalam sana tidak akan kembali lagi.
"Kenapa secepat ini Anggi kehilangan kasih sayang dari mama?" Tangan gadis itu mulai membersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar makam ibunya.

Dihari kecelakaan Arya kemarin, Anggi diberikan sebuah kertas yang berisi lokasi makam ibunya oleh Alvaro. Katanya kertas itu ditemukan digenggaman Arya saat pria itu mengalami kecelakaan. Karena ada nama Anggita Faradila sehingga Alvaro menyerahkan langsung pada gadis itu.

"Anggi duluh ngerasain takut yang luar biasa saat mama mutusin buat bunuh diri. Dan sekarang Anggi ngerasain lagi perasaan itu" Pikiran Anggi tertuju pada seorang pria yang sedang terbaring lemah dirumah sakit. Pria yang berhasil masuk kedalam hidupannya yang tertutup.

"Anggi takut Arya ninggalin Anggi seperti yang duluh mama lakuin ke Anggi" Anggi berusaha menghapus air matanya namun setiap dihapus pasti akan ada lagi air mata yang tumpah. Ia terlalu takut sekarang.

"Dia yang bantu Anggi ketemu sama mama dan dia juga orang asing yang percaya sama Anggi. Selama ini yang percaya sama Anggi cuma Kak Angga dan Ain tapi Arya muncul dan dengan mudahnya dia percaya" Anggi menjelaskan dengan suara tangis. Ia tidak tau perasaan macam apa yang ia rasakan. Tapi yang bisa ia jelaskan hanyalah rasa takut kehilangan dirinya akan sosok Arya.

"Arya laki-laki yang kuat Nggi" Suara yang sangat Anggi kenal tiba-tiba terdengar. Gadis itu menoleh dan mendapati Ain sedang berdiri dengan senyuman dibibirnya. Meski terlihat juga rasa sedih yang terpancar dimatanya.
"Lo kok tau tempat ini?" Tanya Anggi.
"Lo pikir gue bakal biarin lo pergi sendiri dengan kadaan yang lagi kacau gini? Gue ngikutin lo sampai sini" Penjelasan Ain membuat Anggi tersenyum. Ia memiliki sahabat yang sangat luar biasa.

Pandangan Ain beralih pada makam milik ibu dari sahabatnya. Ia tidak perna menyangka jika hari ini akan tiba juga. Hari dimana Anggi dapat menemukan makan sang ibu yang bertahun-tahun lamanya mereka cari.

"Gue nggak nyangka Arya bisa secepat ini nemuin makam bunda lo" Ucap Ain sambil mengelus lembut batu nisan milik ibu dari Anggi itu.
"Bertahun- tahun buat gue dan cuma butuh beberapa hari untuk Arya. Gila nggak sih?" Anggi pun tidak habis fikir dengan semuanya.

Perlahan Ain ikut berjongkok disamping Anggi dan membantu gadis itu membersihkan rumput liar.
"Menurut lo ini semua murni kecelakaan?" Tanya Ain.
"Gue nggak yakin sih tapi secepatnya gue akan cari tau soal kecelakaan Arya. Mungkin ada hubungannya sama penemuan lokasi makam bunda" Jawab Anggi sedikit bimbang. Jujur ia merasa jika ibu tirinya itu ada sangkut pautnya dengan kecelakaan Arya. Sudah sangat lama ia tinggal bersama wanita itu dan ia tau bagaimana dia akan melakukan apapun untuk memenuhi keinginannya.

***
"Puas kamu sekarang?" Suara teriakan seorang wanita menggema dikoridor rumah sakit yang sepi. Tidak ada yang bisa menghentikannya termasuk sang suami yang biasanya bersikap keras.
"Rihana ini rumah sakit" Balas pria dihadapannya dengan lembut. Ia juga merasakan ketakutan yang sama saat informasi kecelakaan anak sulungnya terdengar. Untuk pertama kalinya, seorang Rafi Dirgantara menyalahkan dirinya sendiri.
"Kamu yang buat Arya seperti ini mas. Apa selanjutnya Alvaro?" Rafi terdiam ditempatnya. Sang istri tidak  perna semarah ini sebelumnya.

ALVARO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang