TERTARIK PADA ALVARO?

4.1K 224 0
                                    

"Mau kemana?" Tanya Gilang pada Alvaro yang melangkahkan kaki menuju koridor kelas IPA.
"Kelasnya Clara" Jawab Alvaro. Ia berniat mengantar gadis itu pulang dan memastikan gadis itu baik-baik saja.
"Wihhhh..... Udah serius nih?" Goda Aldo pada Alvaro namun hanya dibalas dengan hendikan bahu dari pria itu.
"Kalau gitu kita duluan yah?" Alvaro mengangguk lalu membiarkan Gilang dan Aldo pulang terlebih dahulu.

Begitu dirinya hendak berbelok kekelas Clara,tiba-tiba seorang gadis muncul dihadapannya. Gadis yang i cintai dua tahun terakhir.
"Nadin?" Alvaro terkejut. Namun ia tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahagiannya dengan kehadiran gadis itu.
"Al, pulang sama gue yah?" Pintah Nadin memelas. Ia baru mendapat kabar jika sang supir sedang sakit sehingga tidak bisa dijemput.

Tanpa pikir panjang Alvaro langsung mengangguk. Baru saj bertemu Nadin, ia sudah melupakan niat awalnya untuk pulang bersama Clara.

Nadin benar-benar segalanya untuk Alvaro sekarang. Entah bagaiman nantinya?
***
"Gue kenapa sih?" Clara menghembuskan nafasnya pelan. Entah mengapa sejak tadi dirinya kepikiran dengan kejadian yang ia alami.

Berpacaran dengan Alvaro? ini gila. Ia bahkan tidak mengenal dekat pria itu namun tiba-tiba ia harus menjalin hubungan dengannya?

Tapi perhatian Alvaro padanya justru membuat hati Clara tenguncang. Mungkinkah ia juga tertarik pada Alvaro?
Lagipula siapa yang tidak tertarik pada pria tampan itu? Wajahnya begitu sempurna dimata para gadis,termasuk Clara.

Tok....Tok....Tok

"Neng Clara...Makan malamnya" Clara langsung berlari kecil menuju pintu dan membukanya. Disana sudah ada bibi dan nampan makanan yang ia bawa.
"Bibi kok repot-repot? Clara bisa ambil sendiri" Ujar gadis itu sambil menerima makanan ditangan sang bibi.
"Udah tugas bibi. Lagian kamu pasti capek dihari pertama sekolah di jakarta" Clara tersenyum simpul. Sang bibi selalu mengerti apa yang Clara rasakan layaknya seorang ibu baginya.
"Masuk yuk bi" Ajak Clara pada sang bibi.

Sang bibi pun ikut melangkah masuk kedalam kamar yang berukuran besar itu. Wanita paruh baya itu duduk di atas ranjang milik majikannya tepat dihadapan Clara.
"Udah punya teman belum?" Tanya sang bibi seperti seorang ibu kepada anak kandungnya. Clara hanya mengangguk Sambil tersenyum pada sang bibi.
"Terus ada yang mau kamu ceritain?" Tanya bibi lagi.
"Bibi percaya Cinta pandangan pertama nggak?" Sang bibi tersenyum. Ternyata masalah Cinta, hal biasa untuk anak remaja.
"Cinta itu butuh proses sayang. Mungkin yang kamu rasakan ini cuma sekedar rasa tertarik" Jelas sang bibi membuat Clara mengangguk paham.
"Tapi rasa tertarik itu bisa tumbuh jadi Cinta" Lanjut sang bibi.
"Menurut bibi, baik nggak sih kalau Clara tertarik sama cowok lain?"
"Bibi senang kalau kamu bisa buka hati untuk laki-laki lain. Biar Gava jadi bagian dari masa lalu kamu"

Gava. Rasanya Clara masih enggan untuk menghapus nama itu. Namun sampai kapan ia harus bertahan dengan penantiannya?
Mungkin kehadiran Alvaro adalah bagian dari skenario Tuhan agar ia bisa melupakan masa lalunya itu.
"Yaudah bibi pamit. Pikirkan baik-baik sayang" Sang bibi mengelus dengan lembut rambu Clara sebelum ia keluar dari kamar itu.

Baginya, Clara sudah seperti anak sendiri. Ia setia menjaga Clara sejak diBandung dan pengabdiannya itu Juga yang membawa dia ikut dengan Clara pindah ke Jakarta.

Setelah kepergian sang bibi, Clara ingin segera tidur namun tiba-tiba deringan ponsel membuatnya menunda keinginannya untuk tidur.

"Siapa yah?" Clara langsung bertanya pada si pemanggil yang nomornya tidak diketahui.
"Pacar lo" Clara terdiam. Ia tau siapa pemilik suara itu "Alvaro?"
"Akhirnya lo ngaku jadi pacar gue juga" Ucap Alvaro diiringi kekehan singkat yang bisa Clara dengar. Dan entah mengapa senyuman terukir diwajahnya.
"Kok tau nomor gue?" Tanya Clara penasaran. Pasalnya ia belum memberikan nomor hp miliknya pada siapapun,bahkan pada Akila.
"Jangankan nomor hp, alamat rumah pun bisa gue dapetin sekarang" Lagi-lagi senyuman terukir diwajah gadis itu.
"Sorry tadi gue nggak bisa anterin lo pulang. Ada urusan bentar"

"Nggak apa-apa"

"Sebagai gantinya,besok lo pergi sekolah sama gue"

"Tapi-"

"Ini perintah dan gue nggak suka dibantah"

Tut....Tut.....Tut...
Panggilan dimatikan sepihak oleh Alvaro membuat Clara menggeleng kepalanya. Jujur ia takut kembali dibully namun ada sedikit ruang dihatinya yang membuat ia yakin bahwa Alvaro akan melindunginya.

Clara segera menyimpan ponselnya diatas nakas disamping ranjang. Lalu gadis itu melangkahkan kaki meuju balkon kamarnya.
Hembusan angin malam membuat rambut Clara yang dibiarkan tergerai itu bergerak indah saat tertiup angin. Gadis itu menatap ribuan bintang dilangit lalu berkata lirih "Gava,Mulai sekarang gue akan coba hapus perasaan ini"

Sekian Part 4 nya, semoga suka :) tungguin terus part 5 yah.............

jangan lupa vote dan comment, biar author tambah semangat 

ALVARO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang