Dia pergi

1.6K 127 39
                                    

Selalu ada perpisahan dalam setiap pertemuan

Ingat !!!!
VOTE DAN KOMEN

"Clara Aulia yah?"

Clara menatap wanita paruh baya dihadapannya dengan kedua alis bertaut. Wajah itu rasanya tidak asing namun Clara juga tidak mengenalnya.

"Nama saya Ratna, ibu kandungnya Gava" jelas sang wanita parubaya itu saat melihat kebingungan diwajah Clara.
Seketika ekspresi Clara berubah sedikit terkejut namun dengan mulut yang membentuk huruf o.
"Iya tante, saya Clara temannya Gava waktu di Bandung" ucap Clara sambil tersenyum hangat. Pantas saja wajahnya tidak asing, ternyata dia adalah sosok yang sering Gava tunjukan fotonya pada Clara.
Namun yang menjadi tanda tanya bagi Clara adalah apa alasan ibunya Gava muncul disekolah mereka di jam istirahat begini?
"Saya bisa ngomong berdua sama kamu?" tanya Ratna dengan lembut.
"Boleh. Ditaman aja gimana?"

Setibanya ditaman sekolah, Clara dan  Ratna duduk dibangku yang biasanya diisi oleh gadis itu dan Alvaro. Suasana yang sepi membuat tempat itu sangat cocok jika ingin berdua saja.

"Sebenarnya saya dilarang sama Gava untuk cerita sama kamu tapi saya nggak bisa. Semakin hari Gava akan semakin menderita" Ratna mulai membuka suara dengan raut wajah senduh. Hal itu tentu membuat Clara bertanya- tanya tentang apa yang yang sebenarnya dirahasiakan Gava.

"Kamu tau alasan Gava tiba- tiba pindah ke Jakarta?" lanjut Ratna bertanya pada Clara.
"Gava cuma bilang kalau tante yang minta dia buat pinda" jelas Clara sebagaimana yang perna Gava katakan.
Ratna menggelng sambil tertunduk lemas "Dia bohong"
"Maksud tante?" tanya Clara semakin bingung.
Tiba-tiba Ratna menggenggam tangan Clara dengan erat lalu wanita paruhbaya itu meneteskan air matanya didepan Clara sambil berkata "Saya minta Gava pindah agar dia bisa menjalani pengobatan dengan baik"

"Pengobatan? Gava sakit apa?"

"Gava cancer"

***
Clara hanya mengaduk- aduk semangkuk bakso dihadapannya tanpa minat. Sungguh fakta yang sangat mengejutkan baginya saat baru mengetahui jika Gava sedang berjuang melawan monster mematikan bernama cancer itu.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Alvaro yang ternyata menyadari sikap aneh Clara.
"Tadi aku ketemu ibunya Gava" jawab Clara jujur meski ia tau ekspresi tidak suka dari Alvaro langsung muncul  diiringi dengan pertanyaan yang keluar dari mulut pria itu "ngapain?"
"Dia cerita soal kondisi Gava" jawab Clara mencoba untuk tidak mempedulikan nada tidak suka dari Alvaro. Hal ini harus ia ceritakan.
"Terus itu buat kamu ngelamun?" tanya Alvaro lagi.
"Sayang, kondisi Gava nggak bisa disepelein. Dia lagi berjuang melawan cancer"

Alvaro terdiam. Penjelasan Clara cukup mengejutkannya. Namun ada sedikit keraguan didalam hatinya.
"Kamu yakin?" tanya Gava memastikan.
"Sayang, mana mungkin dia bohong soal kesehatannya sendiri" Clara tau benar bagaiman keras kepalanya seorang Alvaro Dirgantara sehingga ia harus menjelaskan pelan-pelan.
"Tapi-"
"Tolong kali ini percaya" sambung Clara cepat. Ada raut memohon diwajahnya hingga membuat Alvaro luluh meski masih ada keraguan dihatinya.
"Jadi sekarang gimana?" tanya Alvaro akhirnya.

Clara menyisir lembut rambut Alvaro yang mulai memanjang dengan jari tangannya. Tidak peduli pada kondisi kantin yang sedang ramai. Untunglah mereka berdua makan sendirian karena jika bersama sahabat- sahabat mereka susana akan sangat ramai.

"Kasih aku sedikit kesempatan untuk jagain Gava yah?"

Alvaro kembali diam. Sangat berat baginya untuk membiarkan Clara menjaga Gava. Apalagi ia belum tau jelas apakah penyakit Gava ini nyata atau hanya rekayasa semata.
"Gava butuh aku, Al" ujar Clara pelan.

ALVARO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang