Menghilangnya Anggi

1.2K 108 23
                                    

Kamu jangan pergi- pergi lagi yah
-Alvaro Dirgantara

Jangan Lupa vote dan komen

Hari ini tepat seminggu Arya dirawat dirumah sakit. Kondisinya masih seperti pertama kali ia dirawat disini, yang berubah hanyalah bekas luka ditubunya yang sedikit membaik. Namun dirinya masih dalam keadaan kritis.

Diruangan Arya dirawat hanya ada seorang gadis berambut panjang duduk disamping ranjang pria itu. Hingga detik ini ia masih merasa bersalah karena melibatkan Arya dalam masa lalunya dan membuat pria itu menjadi seperti ini.

"Anggi, lo belum pulang juga?" Anggi hanya menggeleng lemah.
Ain yang tadinya berdiri diambang pintu lantas mendekati sahabatnya itu "Udah jam dua belas Nggi".
" Gue mau disini aja"lirih Anggi dengan mimik wajah sendu. Ia masih belum ingin meninggalkan pria yang kini sedang terbaring lemah itu.
"Gue ngerti perasaan lo, cuma bentar lagi pasti orang tua Arya kesini"
Anggi memang selalu datang menjenguk Arya saat tengah malam karena yang ia tau ayah Arya tidak menyukai kedekatannya dengan sang anak. Apalagi jika nanti terbukti jika kecelakaan Arya berhubungan dengan lokasi makam tersebut maka akan dipastikan dia sangat dibenci oleh kedua orang tua Arya.
"Sejam lagi" Balas Anggi.
"Yaudah, gue nyari minum bentar" Anggi hanya mengangguk membiarkan Ain pergi dari tempat itu. Kini hanya dirinya dengan Arya lagi.

"Besok lo harus bangun yah" Pintah Anggi sambil jari- jari lentiknya memainkan rambut Arya yang kian memanjang. Perlahan jari- jarinya mulai turun menyusuri wajah tampan Arya dan mengusap lembut rahang tegas dari pria itu. Ini pertama kali ia melakukannya pada Arya, bahkan tidak perna sekalipun ia melakukannya pada pria lain.
"Gue sayang sama lo" Ucap Anggi pelan sebelum ia memeluk tubuh Arya yang sedang terbaring lemah.

Hanya beberapa menit dalam pelukan Arya membuat Anggi tersenyum, ia nyaman. Namun pada akhirnya ia menjauhkan tubuhnya dari Arya.
"Gue pulang yah. Pokoknya besok lo harus bangun" Anggi mengecup kening Arya singkat lalu keluar dari ruangan itu.

Satu jam setelah kepergian Anggi, ruangan Arya kembali diisi oleh kedua orangtuanya. Tadi mereka sempat pulang untuk mandi. Sedangkan Alvaro hanya diizinkan oleh sang ayah untuk datang pada siang dan sore hari.

"Terima kasih yah, kamu udah mau terima Clara" Ucap Rihana pada sang suami.

"Aku ingin yang terbaik untuk mereka" Jawab Rafi sambil tersenyum.

Keduanya sudah kembali berbaikan setelah perdebatan yang terjadi di hari kecelakaan Arya. Rihana merasa bersalah telah membentak sang suami dan Rafi pun memahaminya. Ia juga meyakinkan istrinya bahwa dirinya akan mencoba untuk berubah. Semuanya ia buktikan dengan diterimanya Clara didalam keluarga mereka.

Mata teduh Rihana tiba- tiba melebar kala ia melihat jari tangan Arya yang sedikit bergerak.
"Mas, tangan abang gerak" Pekik Rihana sambil berlari mendekati anak sulungnya. Rafi ikut menghampiri Arya.

"Abang, kamu nggak apa- apa?" Bisik
Rafi sambil menggenggam lembut tangan Arya. Sedangkan Rihana langsung berlari keluar ruangan untuk memanggil dokter yang menangani anaknya.
"Bang.... abang mau apa?" Rafi masih berusaha berbicara dengan Arya.
Jantung Rafi berdetak dengan keras saking takutnya dengan kondisi sang anak.

"Kamu-"

"Anggi" Satu nama itu tiba- tiba keluar dari mulut Arya membuat Rafi terpaku ditempat akibat mendengar respon dari sang anak untuk pertama kalinya. Tanpa disadari air matanya mengalir saat ia kembali berbicara "Anggi kenapa bang?"

Tiba- tiba Arya kembali diam. Tidak ada lagi respon dari pria itu, bahkan jarinya pun kembali lemas seperti biasanya. Sepertinya dia kembali tertidur pulas.

ALVARO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang