58: Dirgantara Corp

2.4K 363 62
                                    

"Pengen banget minum susu rasa melon dengan tenang dan tanpa masalah."

-Orion Bradapati-

***

Rhea bosan menatap jendela. Matanya  kini beralih pada buku novel yang sengaja  ia bawa. Kantin yang ramai seperti biasanya sama sekali tidak membuat aktivitas membaca Rhea terganggu. Terlebih ia memilih duduk sendiri, sedikit menjaga jarak dari Arya dan Alisa.

Gadis itu merasakan getaran halus di saku rok nya ketika mata telah terfokus pada serangkaian kata. Tangannya menggenggam ponsel yang sedari tadi mengeluarkan notifikasi.

Ia membaca pesan dari sang ayah yang meminta maaf karena tidak mengantarkan, dari sang adik yang memintanya pulang lebih cepat karena mungkin ingin bermanja-manja, dari seorang Adnan yang mengatakan rindu sembari memperingati Rhea agar jangan macam-macam, serta dari seseorang yang kontaknya Rhea namai Zigarette.

Tangannya menutup buku yang semula terbuka, mata Rhea bergerak membaca pesan yang di kirim oleh orang itu. Sebuah file berisikan rangkaian kata terpampang jelas di layar ponselnya.

Mata berwarna coklat miliknya melirik pada Arya dan Alisa yang sedang fokus memakan bakso, lantas beralih pada seorang pemuda yang diam-diam memperhatikannya. Ada dua kemungkinan, pemuda itu hanyalah orang yang diam-diam mengaguminya, atau ia adalah salah seorang anggota Bradipta. 

Rhea menghela nafas, Adnan benar-benar tidak mengijinkan dirinya terlibat. Ia membaca serentetan kalimat dari pdf yang di berikan oleh orang itu.

"Menarik," gumamnya saat membaca data sebuah perusahaan. Bukan data lengkap memang, namun ini sudah lebih dari cukup di bandingkan dengan Adnan yang tidak mau membagi sedikit pun informasi.

Bahkan Pemuda itu meminta Revano untuk tidak memberikan informasi apapun kepada Rhea, setelah menjelaskan beberapa hal yang Adnan ketahui kepada Revano melalui telepon.

Namun tanpa mereka tau, ia selangkah lebih maju. Gadis itu tengah menggenggam ponsel yang menampilkan data  perusahaan Dirgantara di tangannya.

"Dirgantara Corp, perusahaan yang bekerja di bidang properti, serta aktif di dalam pasar saham. Beberapa hotel besar dan perumahan elite berada di bawah naungan perusahaan itu.

Berdiri semenjak tahun 1979. Dirgantara Corp di dirikan oleh Aftar Dirgantara. Dan saat ini, kepemimpinan di genggam oleh sang anak, Rendra Dirgantara." Adnan membalikkan kertas yang ia baca, helaan nafas terdengar jelas di ruangan sunyi itu.

Dimas melirik, menatap Adnan yang tengah menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Apa ada data tentang jumlah kekayaannya?" Tanya Dimas.

Adnan menggelengkan kepala. Orion yang sedari tadi membuka tutup beberapa dokumen, kini terdiam. Ruangan yang penuh berkas dengan  satu meja kerja dan sofa itu menjadi hening tanpa ada yang membuka pembicaraan.

"Apa cuma itu, informasi yang Lo dapat dari Revano tentang Dirgantara Corp?" Orion kini bertanya.

"Itu terbilang informasi umum perusahaan Dirgantara. Yang sebenarnya, perusahaan properti itu juga punya perusahaan bawah tanahnya sendiri.  Sebagai tempat penjualan senjata ilegal, perbudakan, bahkan sampai judi bebas yang taruhannya manusia," jawab Adnan membuat Dimas menelan ludah.

"Dan sekarang?"

"Sekarang mereka terhalangi undang-undang tentang Hak Asasi Manusia dan tentang penjualan senjata ilegal. Mungkin mereka tetap bergerak, tetapi yang berbeda adalah targetnya. Lagi pula aset bawah tanah mereka udah di sita dari jaman ayah kita," Adnan menyesap air teh yang ada di sisi kanannya.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang