"Ingat! Satu buah berlian, lebih berharga ketimbang seribu batu kerikil."-Adnan Faiz Alfarisqy-
—0—Kantin kini penuh oleh murid-murid kelaparan, termasuk Rhea yang kini merasa cacing di perutnya meronta-ronta meminta makanan, Alisa dan Aldo menggeleng melihat ekspresi murung Rhea saat melihat banyaknya antrian di seluruh kedai penjual, tanpa terkecuali, Rhea menggerutu kesal.
Aldo kini ikut bersamanya, iya, Rhea membujuk Aldo yang tadi sempat ngambek, bukan membujuk sih, lebih tepatnya membelanya yang kembali dijahili teman sekelas, dan itu membuat Aldo berdekatan dengan Rhea, dengan anggapan Rhea akan membelanya lagi.
Alisa mengajak mereka duduk terlebih dahulu, mereka akan menunggu antriannya berkurang. karna tentu saja tak ada satupun dari mereka yang mau menunggu sambil mengantri, lebih baik mereka memantau agar ketika antrian mulai berkurang mereka akan berlari untuk mengisi barisan kosong tersebut.
"Lo udah kerjain pr belum?" Tanya Aldo tiba-tiba.
"Pr yang mana?" Alisa mengerutkan keningnya, setaunya tidak ada pr apapun hari ini.
"Bahasa Inggris halaman tujuh puluh lima tabel satu sampe tabel tujuh!" Ucapnya membuat Alisa terkejut, ia lupa akan pr bertabel-tabel itu, ia melihat Rhea yang sedang menatap dengan tajam antrian baso langganannya.
"Pr udah?" Tanya Alisa sambil menoel Rhea membuat Rhea mengalihkan pandangannya.
"Yang mana?"
"Bahasa Inggris."
Rhea mengangguk, "udah."
"Lah gue belum do, gimana nih?" Tanya Alisa panik, masalahnya Bu Tutik yang kerap dipanggil Butut itu adalah guru yang menyebalkan bagi siswa di sekolahnya, ia sering menghukum siswa yang tidak mengerjakan, lupa mengerjakan, tidak membawa atau ada sedikit kesalahan, intinya ia itu killer bagi siswa siswi SMA TRIBAKTI.
"Menurut gosip hari ini sih, butut ga akan masuk, ada urusan keluarga!" Ucapan Aldo membuat mata Alisa berbinar, ia menjadi bersemangat, Aldo hanya bisa tersenyum canggung, berharap informasinya benar, ia tidak tega jika tiba tiba butut datang ke kelas mereka.
Rhea hanya menatap sekitar, tanpa mengikuti pembicaraan mereka, tapi lamunannya itu terpotong saat Aldo mengetakan sesuatu.
"Eh si Juna titip salam tuh ke elo Rhe!"
"Oh, titip salam balik ya dari gue."
Aldo, Alisa dan Rhea tercekat, pasalnya yang berbicara bukanlah orang yang dititipi salam, melainkan cowok jangkung yang kini sedang menatap mereka santai.
"Loh ka Adnan?" Seru Alisa bingung, ia memandang sekelilingnya dan benar saja, karna sang ketua Bradipta itu seluruh kantin menatap mereka, dan jangan lupakan kawan-kawan mereka yang tak kalah menyedot perhatian.
"Loh kok kamu yang jawab?" Tanya Rhea polos, membuat Aldo membelalakan matanya, ia tak habis pikir, apa Rhea gila, yang di depan mereka bukan murid biasa, tapi ketua dari Bradipta, dan Aldo tau baik bahwa Bradipta bukanlah geng sembarangan, dan kini Rhea, temannya barunya itu telah memanggil ketuanya dengan begitu santainya.
"Rhe!" Panggil Aldo dengan setengah berbisik, tapi Rhea tidak mendengarkannya, ia menatap Adnan dengan wajah sedikit kesal, apalagi penyebabnya kalau bukan karena Adnan membandingkannya dengan cacing, Rhea masih menyimpan rasa kesalnya.
Adnan dan anggota inti bradipta itu ikut duduk di meja mereka, membuat Aldo cukup merasa risih, wajar saja, ini pertama kalinya Aldo ikut ke kantin bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...