Kedatangan Rafa yang tiba-tiba sudah cukup membuat mereka terdiam tak mampu berkata. Di tambah, Keyno sang penerus keluarga Dirgantara kini ada di hadapan mereka dengan wajah angkuhnya. Farhan dan Fahri serta para angkatan pertama hanya bisa terdiam semenjak panggung mereka di isi oleh anak muda, generasi lama tidak lagi berjaya sebab generasi baru terus maju tanpa di duga.
Bahkan tak memberi kesempatan untuk mereka mencerna keadaan. Rendra yang di lempari map tersebut menggeram marah.
"APA-APAAN INI!" Teriaknya tepat di depan wajah Keyno. Yang di teriaki menatap datar, sedikit merendahkan melalui tatapan.
Aura kemarahan begitu terlihat jelas dari setiap keriput yang ada pada wajah sang pria tua. Sementara Keyno berjalan maju, menghampiri orang yang menyandang gelar sebagai kakeknya itu.
"Pijakan anda sudah runtuh," kata Keyno, menatap kedua mata sang pria tua itu dengan dalam. Ia menepuk-nepuk bahu Rendra guna menghilangkan debu di sana.
Tangan itu sontak di tepis oleh sang kepala keluarga. "APA MAKSUDMU!" teriak Rendra, tangannya mencengkram kemeja sang cucu dengan kuat.
Keyno dengan tubuhnya yang lebih tinggi, menatap Rendra dari atas. Bibirnya membentuk seringaian ketika melihat wajah frustasi dari pria itu.
"Hutang pada perusahaan lain, bahkan beserta bunga mereka sudah lunas. Sekarang pemilik saham terbesar ada di hadapan anda, kakek."
Pupil pria itu mengecil, cengkraman pada kerah Keyno mengendur. Sang pemuda mundur, membetulkan kerahnya yang berantakan.
"Jangan terlalu terkejut, anda pasti sudah memperkirakan hal seperti ini akan terjadi suatu hari nanti. Tapi tidak dengan siapa, kapan, dan bagaimana bisa," ujar Keyno datar. Ia masih diam memperhatikan Rendra yang tengah membeku.
"Bagaimana bisa anak kecil sepertimu-
"Bisa. Anda sudah terlalu tua untuk menyadari anak kecil ini bisa menghancurkan apa yang anda jaga," balas Keyno sarkas.
Ia masih bersabar menanti reaksi sang pria angkuh di depannya.
"sial! belum cukup anak yang entah dari mana datangnya itu, sekarang cucuku sendiri menjadi kurang ajar?" Sinis Rendra.
"Anda tidak pernah benar-benar menganggapku sebagai cucu, melainkan sesuatu yang berguna dan tetap anda jaga!" Bentak Keyno.
Mereka bisa tau hanya dari mendengar suara pemuda itu, bagaimana Keyno meluapkan rasa muak yang selama ini ia tahan. Rendra mengusap wajahnya dengan kasar. Matanya menatap tajam pada Keyno yang balik menatap tanpa gemetar.
"Apa yang kamu inginkan dari posisi itu, uang yang berlimpah?" Tanya Rendra.
Pemuda itu tersenyum sinis, "untuk menyingkirkan anda, tentu saja."
Pria tua itu maju, bersiap untuk meninju sebelum akhirnya di tahan pada orang-orang yang tidak berpihak padanya.
"SIALAN!"
Gudang yang membawa banyak sekali kejutan itu kembali hening, membawa tarikan nafas sesak sebab masa depan yang sama sekali tidak bisa tertebak. Rafa dan Keyno, dua manusia yang datang entah dari mana.
Sementara Keyno tetap berdiri tak gentar. "Sudah di peringati, jangan meremehkan generasi kami."
Mereka bersitatap dengan penuh kebencian. Sunyi menyesakkan sebelum suara siulan menyita perhatian. Siulan dari bibir seorang pemuda yang eksistensinya lebih di pertanyakan.
Keyno mengangkat alisnya, baru menyadari keberadaan seorang Rafa.
"Lah, lo kok ada di sini?" Tanya Keyno, ketinggalan bagian penting dalam pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...