"Tokoh baru yang datang, menandakan cerita masih panjang atau musuh semakin tak dapat di bedakan."
-ARhea-
—0—
"KEYNO!!!!"
Seruan tiba-tiba dari Rhea membuat mereka terkejut. Pemuda berwajah manis dengan netra coklat muda itu membulatkan matanya. Ia menghampiri Rhea, melewati tubuh anggota yang tergeletak di aspal jalan Raya.
"Rhea? ini kamu?" Tanya pemuda itu saat sudah berada di depan Rhea.
BUGH!
Gadis itu maju selangkah dan meninjunya dengan kuat sehingga pemuda itu tersungkur di aspal. Ujung bibirnya mengeluarkan darah, ia meringis.
Keyno berdiri, ia mengusap bibirnya membuat kesan tampannya semakin bertambah. Netra coklat muda itu menatap datar gadis yang baru saja melayangkan tinjunya.
"Ini sambutan hangat dari Lo?" Tanya Keyno, Rhea menyunggingkan senyumnya. Mereka hanya menatap dua orang itu tanpa berkomentar.
"Meski kamu terlalu telat untuk di sambut, setidaknya aku belum matahin beberapa tulang kamu Key!" Ujar Rhea, pemuda itu terkekeh. Benar, gadis itu belum mematahkan tulangnya.
Keyno memperhatikan keadaan sekitar, ia tidak sengaja melewati jalan ini namun semesta malah mempertemukannya dengan Rhea. Adnan dan yang lain hanya santai memperhatikannya, pemuda itu berjalan menghampiri seseorang yang ia kenal.
"Bangun, Revano!" Ujarnya pada seorang laki-laki yang tergeletak dengan memar dan lebam, Keyno berjongkok melihatnya. Revano meringis, ia membuka matanya perlahan, mata itu membulat saat melihat seorang keyno.
"Lo!" Serunya, pemuda itu masih menatapnya tanpa ekspresi.
"Gue kecewa, dan dengan ini, kekuasaan Lo sebagai ketua Brigeta di Bandung gue cabut," ujar Keyno dengan santainya, Revano membeku, tangannya mengepal namun mulutnya berhenti berkata. Ia berdiri, menimbulkan kerutan di dahi mereka semua. Arya memperhatikan jaket di tubuh Keyno lama.
"Jaket itu," ucap Arya menggantung, Keyno berbalik dan tersenyum.
"Iya, gue pemimpin Brigeta, benar kan Rhea?" Tanyanya pada Rhea, gadis itu mengendikkan bahunya acuh dan melipat tangannya di dada.
"Dia, pemimpin Brigeta yang sebenarnya."
Adnan, Dimas, Arya dan Orion membatu. Angin berhembus membawa suara mereka pergi.
"EEEHHHH!!!" Seru mereka serentak.
—0—
Kini, Keyno, Rhea dan Alisa di bawa ke warung Abah untuk mengobati luka. Khususnya luka di leher Rhea, mereka duduk di sofa dan menyaksikan sesama anggota Bradipta bercengkrama.
Rhea menatap sekelilingnya, rumah yang cukup lega dengan cat berwarna biru muda yang sedikit luntur, ada empat sofa panjang di dalamnya seakan memang sudah di sediakan untuk Bradipta. Tak lupa ada warung yang di kelola oleh seorang pria paruh baya yang mereka panggil Abah. Rhea maupun Alisa pertama kali datang ke basecamp Bradipta, jauh dari yang mereka kira, Bradipta sama sekali tidak terganggu dengan adanya mereka.
Adnan berdiri, membuat mereka yang tengah mengobati luka menatap ketuanya itu yang juga memiliki lebam di pipinya dan sudut bibirnya yang terluka. Adnan menghirup nafasnya, bersiap untuk bicara.
"KARENA KITA MENANG, GUE BAKAL TRAKTIR SATU ORANG DUA RIBU!!" Seru Adnan mendapat sorakan dari mereka.
"Dua ribu bebas kan?" Tanya Adit, Adnan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...