16: Ilmu tentang wanita

9.8K 899 41
                                    

"mendapatkan hati seseorang, sama seperti mencari hadiah uang di antara ciki yang hanya memberikan seonggok harapan."

-ARhea!-

-0-

ADNAN F

Rhe, mau nitip pembalut
Ga?
11.36

Rhea mengerutkan keningnya setelah membaca pesan dari kakak kelasnya itu, sekarang Rhea sedang tidak kedatangan tamu, dan lagi kenapa Adnan menanyai hal seperti itu?

Gadis berambut sepunggung yang di ikat itu menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran anehnya. Ia kembali menatap teman-temannya. Khususnya Aldo yang kini tengah duduk di atas meja dengan kaki yang menyila, tak lupa sebungkus kacang yang ia makan.

"Oi monyet Cileunyi! Aing udah piket jangan di kotorin lagi bujang!" Seru Irfan, Rhea menatap kulit kacang yang berhamburan di mana-mana, Aldo hanya mengangkat bahunya acuh.

"Yaudah tinggal bersihin lagi!" Seru Aldo masih membuang kulit kacang dengan asal.

Anggi menghampirinya sambil mencatat sesuatu di memo kecilnya, "Bersihin atau Lo gue denda!"

Aldo menatap Anggi dengan wajah yang di angkat sembari mendengus, ia merogoh saku yang ada tepat di logo osisnya. Aldo memperlihatkan berlembar-lembar uang senilai lima ribu, lalu mengipaskannya pada wajah songongnya.

Gadis berkerudung putih itu berusaha sabar, lalu tersenyum begitu lembut. "Berapa sih dendanya?" Tantang Aldo, masih dengan wajah songongnya.

"Lima ribu per satu kulit kacang," ujar Anggi dengan tenang, Aldo langsung memasukan uangnya ke saku dan turun dari mejanya.

"SAPU SAMA PENGKI MANA OY?" Seru Aldo membuat semua siswa siswi di kelas itu memperhatikan tingkahnya.

"Lah Lo lupa? Sapu kemarin kan patah sama Lo. Kan Lo sendiri yang main pedang-pedangan pake sapu sama anak cowok!" Ujar Indah, di angguki oleh semua murid di kelasnya. Anggi masih menatapnya, membuat Aldo semakin kalut.

"Lah itu si Irfan gimana piketnya?" Tanya Aldo

"Pinjemlah ke kelas lain!" Balas Irfan, di angguki oleh Aldo. Cowok itu sudah memutuskan akan meminjam alat kebersihan sekaligus pedang untuk melawan para anak laki-laki lainnya.

"Bro, rekomendasi kelas yang ga pelit sapu?" Tanya Aldo pada Bima. Bima memasang tampang berpikir.

"Kelas sebelas IPA satu lumayan baik tuh, kelas depan," ujar Bima, Aldo mengangguk dengan semangat, ia lalu menatap Anggi.

"Tenang dedek Anggi, Abang Aldo akan membawakan sapu dan pengki untukmu!" Ucap Aldo langsung melesat pergi, Anggi hanya menghela nafasnya. Tak lama Aldo datang dengan sebatang sapu yang rambut sapunya telah menggundul, dan sebuah pengki yang tidak mempunyai gagangnya.

Aldo menyimpan pengki itu di lantai lalu menyapu kulit kacang dan memasukannya ke pengki. setelah selesai ia mengangkat pengki tak bergagang itu dan membuangnya ke tempat sampah. Aldo keluar kelasnya, lalu kembali lagi dengan pengki dan sapu yang telah kembali pada tempatnya semula.

"Lo itu ya, sini lima ribu!" Ucap Anggi sambil mengulurkan tangannya. Aldo sontak terkejut, rasanya petir menyambar di dalam dirinya. Ia berjalan dan mengelilingi tempatnya membuang sampah kacang itu secara asal.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang