Malam ini, Rhea mengurung diri di kamarnya demi menyelesaikan satu novel yang ia pinjam dari perpustakaan. Bajunya telah di ganti menjadi piyama dengan karakter kucing gemuk berwarna kuning.
"Ka! Ayo makan!" Seru Ardan, adiknya itu membuka pintu kamar Rhea tanpa permisi.
"Nanti aja Ar, tanggung lagi seru!"
"Engga ka, harus sekarang!" Seru Ardan, Rhea tetap tidak mau pergi dari kasurnya.
Ardan masuk ke kamar Rhea lalu mengangkat tubuh kakaknya layaknya putri dalam dongeng pengantar tidur, Rhea tidak kaget sama sekali, ia bahkan masih membaca novel miliknya dengan santai.
Ardan dan Rhea keluar dari kamar dan mengarah ke meja makan. Di meja makan, Sarah dan Farhan sudah duduk manis menunggu kedua anaknya.
"Loh itu Rhea kenapa di gendong segala Ar?" Tanya Farhan begitu melihat kedua anaknya.
"Males makan nih, katanya mau baca novel aja, jadi aku bawa sekalian."
Ardan menurunkan Rhea di kursi dekatnya, lalu duduk di sebelahnya, Rhea sih masih tidak mau lepas dari untaian kata yang tercetak di kertas dari novel yang ia baca.
"Kamu ini Rhe, nanti kalau maag kambuh lagi gimana?" Tanya Sarah. Rhea cengengesan, kini ia sudah menutup buku novelnya.
"Emangnya kamu baca apaan sih Rhe?" Tanya Farhan
"Aku dapet buku bagus yah, ayah pasti kaget!"
"Buku apa?"
"The five people you meet in heaven!"
Farhan membelalakkan matanya, kini anak dan ayah itu menatap dengan saling berbinar. Untuk hobi, Rhea seperti ayahnya yang senang membaca buku, sedangkan Ardan lebih ke ibunya yang menyukai dunia olahraga. Tetapi karena Rhea sering membaca, termasuk majalah olahraga, ia bisa masuk ke dalam obrolan Ardan dan Sarah, sedangkan adik dan ibunya itu tidak bisa masuk ke dalam obrolan Rhea dan Farhan
"Ayah pernah baca buku itu! Karyanya Mitch albom kan!" Seru Farhan membuat Rhea mengangguk semangat
"Aku gapunya bukunya yah, nanti aku mau beli, ini aku pinjem dari perpus sekolah," balas Rhea dengan sedih, Farhan tersenyum lalu mengacungkan jempolnya.
"Nanti kita beli lagi, ayah juga ada buku yang mau di baca," ucap Farhan membuat Rhea turut mengacungkan jempolnya. Ardan dari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka, begitupun dengan Sarah.
"Mau makan ga nih? Atau mau makanin kertas novel aja?" Sindir Sarah, Farhan dan Rhea terkekeh, mereka mengambil nasi dan lauk pauk, untuk Ardan ia mengambil dua paha ayam.
"Ka tau ga?" Tanya Ardan.
"Enggak."
"Nih ka, di sekolah aku ada cilok yang super super enak! Ciloknya mang Ujang!" Seru Ardan sambil memakan paha ayam gorengnya, Rhea menatap adiknya itu.
"Di sekolah kakak juga ada batagor yang super duper enak! Batagornya mang Jajang!" Balas Rhea
"Rasa batagornya gimana ka?" Tanya Ardan
"Gurih! Terus masih ada lembut-lembutnya gitu, bumbu kacangnya duuuh, bikin nagih!"
"Kalau cilok mang Ujang itu ka, waaah gila, ciloknya itu kenyal, terus dagingnya itu gurih dan ga pelit! Apalagi pas makannya anget-anget!"
Rhea setuju, makanan itu memang lebih enak dimakan ketika hangat, Rhea menyuapkan makanannya, kini mereka berpikir bahwa di sekolah masing-masing terdapat spot makanan enak.
"Oh ya gimana temen-temen kalian di sekolah?" Tanya Sarah, ia melihat ke Ardan.
"Kalau aku sih udah punya temen Bun, namanya Fajar sama Nathan, baik kok mereka," ujar Ardan di balas anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...