"SIALAN!"
Teriakan seorang ayah yang anak perempuan kesayangan nya telah di culik itu, menggema di seluruh sudut gudang. Siapapun yang mendengarnya pasti paham seberapa marah Farhan sekarang.
Berbeda dengan Kelvin yang tersenyum puas seakan teriakan itu memang sudah lama ia nantikan.
"RHEA!" Seru Adnan. Membuat sang gadis menatap sayu dan meringis saat merasakan rambutnya di cengkram semakin kuat.
"Kalian datang terlalu cepat dan datang di tempat yang tepat. Kenapa ya?" Tanya Kelvin, merendahkan suara di akhir kalimat dengan mata melirik tajam pada sang gadis yang rambutnya masih ia pegang.
Rhea tersenyum. Menengadahkan kepalanya untuk menunjukkan sudut bibir yang terangkat hampir membentuk seringaian.
"LEPASIN DIA KELVIN!" Seru Farhan sekali lagi.
Rhea hanya terdiam, memilih untuk bungkam. Memperhatikan ayah dan Adnan yang sekarang menatap cemas ke arahnya.
Adnan tidak sadar telah berjalan lima langkah ke depan, namun salah seorang penjaga menghalangi sebelum Adnan berjalan lebih jauh lagi.
"Jangan bergerak lebih dari in-
Ucapan penjaga itu terpotong, tangan yang terkepal itu bergerak cepat hingga menjadi sebuah tinjuan mentah bagi sang pengawal.
Puluhan penjaga yang berada di sana seketika memasang posisi siap siaga. Tekanan dari Adnan yang seorang ketua Bradipta telah berhasil membuat meraka merasa terancam.
"Lepasin dia, sialan," kata Adnan menatap tajam pada Kelvin.
Yang di tatap mengerutkan kening. "Anak muda sekarang ga tau sopam santun."
"Jadi penculikan itu adalah kesopanan?
"Tentu tidak sopan. Begitupun dengan ancaman kalau gadis ini bisa saja mati di tanganku, kan?" tanya Kelvin, mengeratkan cengkraman tangannya di rambut Rhea.
"Tidak ada alasan juga untuk saya bersikap sopan pada orang pengecut yang menjadikan perempuan sebagai sandera, kan?" Balas Adnan.
Rhea tertunduk sebab cengkraman di rambutnya di lepas secara kasar. Tampa mereka ketahui gadis itu tengah mengulum senyum mendengar Adnan yang berani membalas ucapan dari Kelvin.
"Kamu terlalu berani nak, bagaimana jika saya membunuh Rhea di sini, di depan kalian berdua, sekarang juga?" Kelvin maju dan berdiri di depan Rhea. Gadis itu tau, sang Dirgantara tengah menantang orang di hadapannya.
"Kamu ga bisa membunuh putri saya begitu saja selama tujuan kamu terselesaikan," balas sang ayah. Menatap khawatir setiap membayangkan ekspresi putrinya yang ketakutan.
"Seyakin itu?"
"Bukankah memang begitu."
Kelvin mendengus. "Benar. Tujuan kami pun masih sama."
Mereka terdiam sejenak. Pihak Bradipta yang hanya dua orang itu menatap tajam.
"Kenapa kalian terobsesi dengan satu gedung yang harganya tidak seberapa di banding kekayaan kalian sekarang?"
Kelvin sempat melirik ke arah kanan sebelum menyeringai dan menjawab dengan santai.
"Pertama, gedung itu jadi gedung bersejarah tempat Dirgantara di bangun," katanya, sembari menunjukan satu jari.
Lantas jari itu bertambah, "kedua, kau kira ada berapa emas di sana? Perhiasan hasil taruhan, beberapa barang sitaan yang pasti sudah berdebu di gedung itu. Dokumen berharga juga ada di brankas yang kuncinya di simpan oleh ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...