"Lo baik-baik aja Rhe?" Tanya Arya, Rhea mengangguk dengan mata yang sayu. Arya menepuk kepalanya menyemangati.
"Jangan sedih," ujar Arya, Rhea menatap pemuda bermata minimalis itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Engga nangis," ucap Rhea, ia mendongak ke atas menahan air mata yang hampir terjatuh. Arya meletakan tangannya di atas kepala Rhea sembari mengelus rambutnya.
"Kenapa Adnan jadi kaya gitu?" Tanya Rhea, Arya menggeleng.
"Gue gatau."
"Dia marah?"
"Mungkin dia cape."
Rhea mengangguk dan menatap lorong yang sunyi tempat Adnan pergi, tangan pemuda itu tidak lepas dari kepalanya.
"Jangan nikung temen Lo sendiri Ar," celetuk Orion membuat tangan pemuda itu lepas dari kepala Rhea, gadis itu hanya menatapnya polos.
"Siapa juga yang niat nikung!"
"Ya mungkin aja," ujar Orion tanpa dosa.
"Ga mungkin."
"Kemungkinan."
Rhea menatap jendela, di luar angin telah berhembus menerbangkan daun kering. Gadis itu mengabaikan perdebatan Orion dan Arya, ia diam-diam menyeringai, semoga Adnan baik-baik saja.
—0—
"ADNAN!" Seru Dimas, pemuda itu berhenti dan membalikan tubuhnya. Lorong itu kini sepi, seluruh murid di kelas itu tengah berkumpul di lapangan untuk berolahraga.
Ia berbalik menatap teman berwajah ke arab-araban itu, Dimas kini menghadap pada teman sekaligus pemimpin Bradipta.
"Kenapa Lo ngomong gitu ke Rhea?" Tanya Dimas dengan emosi yang berusaha ia kontrol, Adnan hanya menatap sahabatnya itu tidak peduli.
"Gue lebih baik bilang yang sebenarnya dari pada dia terus ngejar gue." Dimas semakin mengepalkan tangannya, sedangkan Adnan kini tengah menatapnya santai.
"Kemarin-kemarin, Lo yang bilang suka dari pertama kali kalian ketemu tanpa sengaja, dan sekarang Lo malah kaya gini!" Serunya.
"Gue udah bilang itu cuma bercanda!"
Dimas maju beberapa langkah, ia mencengkram erat kerah kemeja putih Adnan, membuat pemuda itu maju selangkah. Ia menatap Adnan tajam dengan cengkraman yang pasti akan sulit di lepaskan.
"Stop! Apa yang Lo rencanain nan?" Tanya Dimas, Adnan mengalihkan pandangannya ke jendela yang memperlihatkan lapangan sekolahnya.
"Ga ada, dari awal dia cuma target gue doang."
BUGH!
Pemuda jangkung itu kini tersungkur, pipinya lebam. Ia baru saja menerima tinjuan dari sahabatnya, matanya menatap Dimas tajam. Sedangkan wajah Dimas kini sudah memerah karena marah.
"Apa-apaan maksudnya!" Seru Adnan dengan tak terima, Dimas maju selangkah menatap temannya itu angkuh.
"Lo keterlaluan!"
"Lo yang keterlaluan! Cuma gara-gara cewek ga penting itu, Lo sampai ninju gue!" Seru Adnan memegangi pipi sebelah kirinya.
"Itu hal yang pantes buat Lo nan!"
"SOLIDERITAS LO MANA!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...