"Janjimu, kini tak lebih dari harapan yang semu."
-Rhea-
—0—
R
hea keluar dari kamarnya dengan piyama berwarna abu-abu, rambutnya yang panjang ia gerai dengan handuk kecil yang menggantung di lehernya. Tubuhnya segar sehabis mandi, kakinya yang lembab kini menapaki lantai rumah yang dingin.
Ia berjalan ke ruang tengah, seorang laki-laki tengah menatap televisi dengan sebuah kotak di pangkuannya dan mulutnya yang mengunyah.
Rhea menghampiri Ardan, ia duduk di sebelah adiknya, matanya melirik ke arah martabak yang ada di pangkuan kaki berbalut kolor biru itu.
"Mau?" Tanya Ardan, Adiknya itu menggaruk perutnya santai, kaos putih dan kolor birunya seperti ciri khas seorang Ardan saat di rumah. Rhea mengangguk, tangannya mengambil sepotong martabak keju kismis kesukaan mereka berdua.
"Ibu sama ayah mana?" Tanya Rhea, Ardan mengangkat bahunya.
"Ayah beliin Ardan martabak, katanya jangan ganggu dulu, mau bikin adik buat kita," ujar Ardan dengan wajah datarnya, mulutnya masih mengunyah membuat ekspresi yang membuat Rhea tertawa.
"Udah ada gebetan belum ka?" Tanya Ardan jail membuat wajah Rhea menekuk. Wajah milik seorang Adnan lewat tanpa permisi di benaknya.
"Berisik!" ucap Rhea sebal. Ia mengalihkan pandangannya ke arah televisi yang menayangkan iklan yang lagunya telah ia hapal di luar kepala. Ardan terkekeh. Ia memainkan remotnya lalu menekan salah satu angka, Chanel TV itu berpindah.
Ku senang punya cloud bread, cloud bread
Mereka menatap kartun kucing itu sambil memakan martabaknya. Di dalam hati, mereka tengah terkejut dengan fakta bahwa hongbi adalah seekor kucing betina.
"Jadi selama ini hongbi perempuan?" Tanya Adnan dengan wajah yang tak percaya.
"Iya, dan tau ga Ar?" Tanya Rhea dengan wajah yang serius, Ardan menelan salivanya sulit. Perlahan ia membuka suara.
"A-apa?" Tanya Ardan, Rhea menyeringai tak sabar ingin memberitahukan fakta dan melihat ekspresi terkejut adiknya itu.
"Hachi itu lebah betina." Rhea menatap Ardan. Laki-laki itu melongo dengan tubuh yang membeku.
"EEEEHHHHH! HACHI YANG NYARI EMAKNYA ITU?" Ardan mundur ke belakang, Rhea mengangguk.
"Iya."
"YANG ITU? BENERAN DIA PEREMPUAN?" Seru Ardan dengan wajah tak percaya, tangannya menutup mulutnya, pupil matanya mengecil. Hatinya berusaha mengelak bahwa lebah kecil yang menerjang badai itu adalah lebah betina.
"Beneran!"
"Ga mungkin," elak Ardan dengan tubuh yang bersandar, Rhea mengangguk dengan tangan yang diam-diam mengambil martabak.
Rinso, berani kotor itu baik.
Terenonet jem jem!
Pandangan Rhea dan Ardan teralih pada tv di depannya, sebuah berita di hadirkan dengan pembawa acara seorang wanita berambut pendek.
"Berita terkini dari kota Bandung. Pada pagi hari tadi, sekelompok geng motor tertangkap cctv tengah menghancurkan barang para pedagang dan membuat kerusuhan di sekitar pasar, mereka juga memalak orang yang lewat."
Adnan dan Rhea saling menyimak, diam-diam Rhea berdoa dalam hati agar kata-kata yang di lontarkan oleh wanita pembawa berita itu tidak ada hubungannya dengan Rhea.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...