31: Sandra?

7.6K 740 65
                                    

Rhea berjalan di sepanjang trotoar, matanya menerawang pada kejadian dua hari yang lalu. Saat ia melihat pipi Adnan memerah, dan atmosfer antara inti Bradipta itu menjadi berat, ia yakin sesuatu telah terjadi sebelumnya.

"Rhe, kenapa melamun?" Tanya seorang gadis di samping Rhea. Kesadaran menyentaknya, ia lupa bahwa kini Alisa tengah ada bersamanya. Mereka akan pergi ke rumah Rhea, berhubung hari ini sekolah mereka di pulangkan dua jam lebih cepat, Alisa ingin mampir dulu ke rumah Rhea, itung-itung kepo dengan rumah teman sebangkunya.

"Aku lagi mikirin sabun mandi yang cocok buat peliharaan ku," ujar Rhea, Alisa kini menatapnya.

"Emang peliharaan kamu apa?" Tanya Alisa, Rhea menatapnya dengan datar.

"Ikan koi," jawabnya singkat. Butuh waktu untuk Alisa agar bisa memproses maksud dari teman sebangkunya itu. Setelah ia mengerti, ia memukul bahu Rhea pelan sambil geleng-geleng.

"Mana bisa gitu Bambang!" Seru Alisa, Rhea mengerutkan keningnya.

"Aku Rhea putri Azkia, bukan Rhea putri Bambang apa lagi Bambangwati putri Rhea!" Seru Rhea tak kalah, Alisa melongo, tawa langsung keluar dari bibirnya.

"Bambangwati juga bagus tuh!" Seru Alisa setelah tawanya reda, Rhea cemberut.

"Alisa Natasya Wijaya, nama kamu juga cocok tuh jadi Alisa bambang Wijaya!" Ujar Rhea, kini giliran Alisa yang menekuk wajahnya. Tidak ada yang salah dengan nama Bambang, bahkan presiden republik Indonesia ke enam pun menyandang nama itu.

Salahnya adalah ketika murid kelas Rhea menyalah gunakan nama Bambang, bermula dari ghibahan kelas yang membicarakan nama-nama satpam dan hansip, mereka menyepakati bahwa hasil riset dari lingkungan masing-masing menyatakan, bahwa kebanyakan satpam di dekat rumah mereka memiliki nama Bambang.

"Udahlah, kenapa jadi ngomongin Bambang sih?"

"Lah kamu sendiri yang mulai!"

"Yaudah iya!"

"Meh!"

Akhirnya obrolan mereka berakhir, Rhea dan Alisa berjalan kaki untuk mencegat angkot. Jalan raya itu tampak sepi, baik Rhea maupun Alisa sama-sama menikmati suasana. Semuanya baik-baik saja sampai ada yang menarik rambut mereka dari belakang.

"Aduh!" Alisa mengaduh, Rhea dan Alisa langsung melirik orang yang menarik rambut mereka, seorang pria berwajah Jawa tengah menatap mereka rendah.

"Kamu siapa? Lepas!" Seru Alisa, pemuda itu tidak mempedulikan seruan dari teman sebangku Rhea.

Berbeda dengan Rhea, ia tidak bereaksi apa-apa, mata gadis itu  hanya sedikit melirik ke bagian bawah pria itu.

'tendang ga ya? Nanti kalau ga bisa pipis seminggu gimana?' Batin Rhea bimbang, pemuda itu mulai menyeret mereka berdua, setiap Alisa ingin kabur, pemuda itu akan mencengkram kuat rambutnya. Rhea dengan langkah terseok-seok menatap Alisa.

'kalau aku tendang terus burungnya lepas dan terbang gimana, atau telornya pecah, nanti istrinya makan apa?'

Rhea menatap wajah Alisa yang kesakitan, ia tidak tega. Dengan gerakan mulut Rhea memberitahukan bahwa semuanya akan baik-baik saja, Alisa mengangguk.

"Kenapa kamu nyeret kita? Kita punya salah apa?" Tanya Rhea, pemuda itu hanya meliriknya.

"Salah kalian itu cuma karena kalian Deket sama Bradipta!"

Rhea dan Alisa terhenyak, mereka tidak menyangka akan di seret seperti ini hanya karena dengan dengan Adnan dan yang lainnya. Alisa ingin menangis, namun melihat Rhea yang tenang, Alisa malu untuk mengeluarkan air matanya.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang