24: menemukan

8.6K 793 36
                                    

Rhea keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah serta handuk kecil mengalung di lehernya, helaan nafas terdengar di iringi dengan suara tawa yang menggema dari luar kamarnya, entah apa yang mereka tertawakan.

Rhea menghempaskan pantatnya di pinggir kasur, merasakan lantai yang dingin dan menatap kipas yang terus berputar, matanya terpejam merasakan kesejukan yang hadir dan membelai kulitnya.

Ia berbaring, matanya terbuka menatap langit-langit rumahnya. Hening membaluti, begitu sunyi, hanya terdengar kipas yang berdecit di atas sana. Sebuah suara memecah keheningan, Rhea meraih handphonenya. Nama Adnan tercetak jelas.

"Halo Rhe."

"Iya, halo nan?" Ujar Rhea sambil meregangkan tubuhnya, ia menempelkan handphone di telinga kanan, menunggu suara orang yang ada di seberang sana.

"Gimana mie tulangnya?"

"Enak kok!"

"Syukurlah kalau suka."

Rhea mengangguk, tidak ada satupun pembicaraan di antara mereka. Gadis itu membuka suara.

"Oh iya, ada apa nelpon nan? Tumben," ujar Rhea.

"Lo nyampurin apa di makanan gue waktu tadi di kantin?"

Rhea terdiam, tubuhnya membeku. "Emangnya kenapa?"

"Gue rasa Lo nyampurin rindu ya, makanya berefek banget sama gue sekarang!"

Rhea terkekeh, otaknya tak bisa berpikir selama beberapa detik.  Terdengar suara tawa kecil dari tempat Adnan berada.

"Nan, aku ga nyampurin rindu ke makanan kamu kok, itu ga perlu," ucap Rhea dengan lembut, matanya menatap jendela yang sedikit terbuka.

"Maksudnya tanpa lo campur rindu pun gue tetep rindu gitu?" Suara Adnan terdengar jail, sedangkan Rhea menggeleng, meski ia tau Adnan tidak akan melihat gelengannya.

"Bukan."

"Terus apa?"

"Ga perlu tambahin rindu juga aku udah nyampurin sambel ke ketoprak kamu tadi waktu di kantin," ungkap Rhea, ia tidak tau bahwa di sana Adnan sedang membelalakkan matanya tak percaya.

"Jadi Lo yang bikin ketoprak gue pedes banget Rhe?"

"Iya, kan tadinya mau aku pake cuka aja, tapi gajadi. Gapapalah nan, cocok sama muka kamu yang murung," ucap Rhea enteng, hembusan nafas kasar terdengar. Sekarang Adnan tau penyebabnya sempat sakit perut.

"Ya setidaknya kasih apa gitu, biasanya kasih yang manis-manis kek!"

"Emang kamu perempuan nan? Mau aku beliin coklat?" Tanya Rhea, ia mengubah posisinya menjadi duduk dengan kaki yang menyila.

"Ga gitu juga Rheaa!"

"Lah kok aku yang salah?" Tanya Rhea dengan kening yang berkerut.

"Karena kamu ga bener!"

"Maksud kamu aku sesat?"

"Astagfirullah Rheaaaaa!" Adnan terdengar gemas, membuat Rhea semakin tidak paham dengan kakak kelasnya itu.

"Kenapa nan?" Ujar Rhea polos, di seberang sana Adnan tengah mengelus dada teposnya untuk menenangkan diri.

"Yaudahlah gue matiin dulu ya."

Adnan tidak mendapat balasan, Rhea menatap tirai yang melambai oleh angin malam.

"Rhe?"

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang