23: Dimas yang terbuly

9.8K 830 52
                                    

"kuat itu bukan hanya ketika kamu mampu menumpas musuh, kuat itu juga ketika kamu mampu dan siap menerima dan menghadapi tantangan dalam hidup."

-Maya R-

***

Adnan menghela nafas panjang. Pikirannya berkecamuk menandakan bahwa ia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Karena satu nama, ia bahkan sulit untuk mempertahankan moodnya di depan Rhea, bersyukur gadis itu tidak banyak tanya dan fokus memakan mie tulang hasil traktirannya.

Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi, meninggalkan kelas-kelas kosong tak berpenghuni dengan kipas yang terus berputar tak henti. Adnan berhenti tepat di hadapan kaca kelas, matanya menatap pantulan dirinya, lalu berbalik dan pergi.

Kakinya melangkah ke luar sekolah, ia berbelok ke gang tempat warung abah ada, di sana anak-anak Bradipta tengah berkumpul dengan kening yang masing-masing menciptakan sebuah kerutan.

"Ada apa ini?" Tanya Adnan, mereka semua mengalihkan perhatiannya dari semua hal yang berkecamuk dalam otak mereka, semua anggota Bradipta di warung Abah itu menatap Adnan sang komandan.

"Brigeta balik lagi nan," ujar Adit membuat helaan nafas terdengar. Adnan berjalan menghampiri etalase yang penuh dengan makanan, lalu membeli satu gelas teh dalam kemasan, ia sedang tidak mood hanya untuk sekadar memakan Ciki jaguarnya.

"Iya, gue udah tau soal itu," ucap Adnan, ia duduk di tempat kosong yang ada di sofa, tepat di sebelah Arya yang kini sedang bersandar.

"Terus gimana lagi nan?"

"Kita gabisa gegabah, kita harus tunggu dulu fas," ujar Adnan pada laki-laki berambut tipis. Mereka terdiam, menunggu keputusan yang akan di berikan sang komandan.

Adnan menghela nafas panjang, ia menyenderkan punggungnya dan menatap langit-langit rumah itu. Netra coklatnya kini tampak kosong, ia berhenti memikirkan apapun lagi, hingga tiba-tiba kesadaran menyentaknya.

"Mereka berulah apalagi?" Tanya Adnan, Orion mematikan handphonenya dan mulai menatap teman sekelasnya itu.

"Mereka ngeganggu ketenangan warga dan godain perempuan, bikin resah daerah sekitar," ujar Orion, tatapan matanya yang tajam, rambut tak beraturan dan dengan dasi yang tak lagi terikat membuat tampilannya tampak berantakan. Adnan melirik Orion, lalu kembali melihat langit-langit rumah.

"Kenapa mereka bisa balik lagi?" Tanya Adnan dengan raut wajah lelah.

"Gue gatau, tapi satu yang pasti, Revano datang lagi."

Adnan mengepalkan tangannya mendengar satu nama yang paling tidak ingin ia ingat, satu nama yang seakan membuat dirinya ingin menghajar apapun di depannya, satu nama yang membuat darahnya mendidih. Revano, ialah orang yang membunuh temannya, dan Adnan tidak bisa melupakan itu, sampai kapanpun.

Orion menghembuskan nafasnya, ia kembali menyalakan handphonenya lalu menatap jajaran permainan yang akan ia mainkan.

"Tahan kemarahan Lo nan, Brigeta dan kita beda tujuan, mereka yang merusak dan kita yang melindungi. Kita liat dulu tindakan mereka," ucap Orion, setelah itu suara tembakan terdengar dari handphonenya. Adnan mengangguk, ia setuju.

"Terus gimana kalau mereka terus berulah?" Tanya Dimas

"Cepat atau lambat, mereka pasti ngajak kita buat perang."

Serentak seluruh anggota menghela nafas, mereka sungguh sangat malas jika harus melawan geng motor lain. Tujuan mereka didirikan bukanlah itu. Dan Adnan sendiri tidak pernah menerapkan sistem otoriter pada mereka, biarkan saja jika Adnan atau Bradipta di hina sebagai geng motor lembek, yang pasti, saat ada mengganggu hal yang berharga diantara mereka, hidupnya tidak akan tenang.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang