35: Mangga di warung abah

8.3K 792 50
                                    

"Rhe, Lo yakin?" Tanya Aldo, Rhea mengangguk, ia sudah memutuskan akan meminta izin pada Adnan.

"Tapi kan itu basecamp mereka Rhe," ujar Anggi mendapatkan anggukan dari Rhea.

"Anggota Bradipta baik kok, ga kaya yang orang omongin!" Rhea mengangguk-anggukan kepalanya lagi sambil memakan biskuitnya dengan santai. Ia menyetujui ucapan Alisa, entah sudah berapa kali ia mengangguk.

"Kata siapa?"

"Kemarin aku udah ke warung Abah," ujar Rhea membalikan kemasan biskuitnya, tidak ada yang jatuh meskipun remahannya. Biskuitnya sudah habis, ia memasukan bungkus biskuit itu ke dalam tasnya. Mereka memperhatikan kegiatan Rhea.

"Ngapain Lo ke sana?" Tanya Aldo, Alisa sejenak terdiam, sedangkan Rhea menatap Aldo dengan datar.

"Jajan," ujar Rhea singkat, Aldo mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, Rhea menghela nafas, ia bangkit dan berjalan ke luar.

"Kemana Rhe?" Tanya Alisa.

"Nyamperin si Adnan." Rhea terus berjalan tanpa berbalik, anak kelas mereka hanya sedikit terkejut dengan sikap santai Rhea, namun mengingat Rhea yang sudah dekat dengan Adnan mereka memaklumkan.

Rhea berjalan melewati kelas-kelas, ada yang ribut dan ada yang mengerjakan tugas dengan ngebut. Rhea hanya melewati dengan wajah datarnya, ia membelokan tubuhnya ke kamar mandi, ada panggilan alam yang harus ia penuhi.

"Eh tau ga, cewek yang sempet Deket sama Adnan?" Sebuah suara diiringi air yang mengalir itu membuat Rhea terdiam dalam bilik kamar mandinya, padahal ia baru saja akan keluar dari sana.

"Oh gue tau, katanya beberapa hari kemarin dia di jauhin kan?"

'Lo ga tau ceritanya,' Batin Rhea.

"Iya, eh tapi waktu tadi pagi Adnan nyapa dia, iwh kecentilan banget tuh anak!"

'Adnan yang nyapa, aku yang di judge, gitu deh kalau makan batagor mentah belum di goreng.' Batin Rhea sebal, ia menunggu di bilik kamar mandinya, dengan posisi jongkok di atas WC duduknya.

"Eh tapi menurut Lo, kenapa Adnan yang susah di deketin itu bisa-bisanya Deket sama cewek semacam dia?" Suara itu terdengar bingung.

'tanyain aja sama dia!'

"Di pelet kali, atau di ancam kali ya?" Suara tawa terdengar bersamaan dengan suara air kran yang deras.

Rhea turun dari toiletnya, ia membuka pintu bilik toilet itu. Dua orang siswi kini tengah menatapnya dengan terkejut, mereka bungkam tak mampu berkata apapun. Rhea berjalan dengan ekspresi datarnya, menatap cermin dan membasuh tangannya di wastafel, dua orang siswi itu masih menatapnya dengan raut wajah bingung dan panik.

'Perbannya masih belum boleh di buka lagi, apa kata orang, untung sih pisau yang di pake si Revano bersih, coba aja kalau abis di pake motong cabe, pasti makin parah.' gerutu gadis itu dalam hati, ia teringat saat pulang dan di tanyai, bodohnya ia mengatakan bahwa ini karena ranting yang tajam. Gadis itu fokus membasuh tangannya, mengabaikan dua orang yang masih tak mampu berkata-kata.

"Um, R-Rhea, gue minta maaf, i-itu ga maksud kok, cuma becanda, jangan di bilangin ke Adnan plis," ujar gadis berambut pendek dengan wajah yang ketakutan, Rhea mematikan kran air dan mengeringkan tangannya, ia melirik ke cermin dan berbalik menatap dua gadis yang menunduk.

"Aku maafin, lagipula aku ga akan ngomong ke Adnan. Aku bukanlah kalian yang ga bisa ngancurin aku hanya dengan seorang," ucap Rhea sarkas, mereka membeku, Rhea hanya melewati mereka tanpa bicara, ia keluar dari kamar mandi meninggalkan dua orang siswi tadi.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang