26: Surat dari Brigeta

7.7K 738 21
                                    

Bel pulang telah berbunyi, semua anggota Bradipta di sekolah mereka tengah berkumpul di warung abah, situasi mereka sedang tidaklah baik. Adnan menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kaki yang ia angkat ke meja. Ia mengacak rambutnya frustasi membuat anggotanya menatap sang ketua dengan wajah aneh.

"ARRRGGHHH! GARA-GARA LO GUE GA BISA MEPETIN RHEA BRIGETA!" Seru Adnan membuat mereka semua menatapnya datar, Adit menoyor kepala Adnan membuat wajah tampannya itu berbalik.

"Elah Nan, serius dikit Napa!" Seru Adit, Adnan terkekeh dengan wajahnya yang jahil.

"Gue gamau seriusin Lo dit, gue masih kecil, kita sahabatan aja ya," ucap Adnan dengan wajah yang seakan malu-malu. Adit manimpuk wajah Adnan dengan botol air mineral yang berserak di atas meja. Rambut pemuda itu kini tampak tak beraturan. Adnan membenahi rambutnya.

"Dih gue juga gamau kali, mending serius sama Rhea!" Ujarnya, membuat mereka semua kembali berwajah datar.

"Terus gimana?" Tanya pemuda dengan rambut yang klimis.

"Lo mending keramas dulu lah Fred, rambut Lo terlalu banyak pomadenya!" Seru Arya mendapat cebikan dari laki-laki bernama Fredy.

"Eh tapi lumayan tuh Ar, bisa di jadiin materi stand up comedy!" Seru Dimas.

"Gimana-gimana?" Tanya Arya, Dimas berdiri sambil memegang remote tv yang tergeletak di atas meja sebagai micnya.

"Halo, perkenalkan nama gue Fredy! Nama panjang gue Fried chicken," ujarnya, Arya melipat kakinya, tangannya yang membelai dagu seakan berjanggut.

"Kenapa orang tua Lo namain fried chicken?" Tanya Arya.

"Karena gue keramas pake minyak sawit, jadinya rambut gue klimis!" Ujar Dimas sambil menyisir rambutnya ke samping. Mereka semua tertawa kencang membayangkan teman mereka yang bernama Fredy itu ternyata benar-benar keramas menggunakan minyak goreng.

"Kalau boleh tau pake minyak apa?" Timpal Arya lagi.

"Pake minyak Bimoli," jawab Dimas mendapat anggukan dari Arya.

"Apa itu Bimoli?"

"Bibir monyong lima senti!"

Tawa meledak seketika, anggota Bradipta tak terkecuali Adnan tertawa mendengar guyonan seorang Dimas, Fredy yang menjadi objek bercandaan Dimas turut tertawa, baru saja mulut pemuda berambut klimis itu akan terbuka, sebuah tangan basah mengusap wajahnya. Fredy menatap nyalang pada pemuda yang masih menatap santai.

"Kok tangan Lo basah ri?" Tanya Fredy mengambil tisu di meja dan mengelap wajahnya, Orion menatap Fredy dengan wajah tak berdosa.

"Gue abis cebok." Orion berjalan dengan santai mengabaikan wajah Fredy yang pucat pasi, mereka semua hanya bisa tertawa dalam hati dengan penderitaan Fredy. Laki-laki berambut klimis itu langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang mungkin telah ternodai.

Obrolan terus mengalir, terkadang obrolan mereka menjadi serius. Memang cukup sulit untuk anggota Bradipta serius jika ketuanya saja memakan cikinya dengan santai.

Saat mereka membicarakan anggota mereka di sekolah lainnya, derap langkah terdengar di sela-sela obrolan mereka.

"Kayanya seru nih," ujar seorang laki-laki dengan tenang, dua orang anggota langsung berdiri dengan memasang wajah waspada, sedangkan Adnan masih mengunyah dengan mata yang menatap polos padanya.

"Yo, Rafa anggota Brigeta kan?" Tanya Adnan dengan santai membuat tawa dari wajah tampan itu hadir, ia mengangguk.

"Mau apa Lo ke sini?" Tanya Dimas, Adnan mengangkat tangannya meminta untuk tenang, kini dua anggota yang berdiri itu kembali duduk, sedangkan Adnan bangkit dengan cikinya yang tersimpan di meja.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang