~"~
Rhea benar-benar fokus memakan donat coklat yang ada di tangannya sekarang. Ia tidak lupa sekitar, hanya saja donat di tangannya itu benar-benar nikmat. Ia menyukai sensasi coklat lumer di dalam mulutnya.
Adnan menopang dagu dengan telapak tangan, memperhatikan Rhea yang makan dengan riang.
Ia benar-benar menatapi setiap detail gadis itu. Bulu matanya yang lentik serta pipinya yang berisi dan kemerahan sudah cukup untuk membuat banyak pasang mata tertuju padanya.
"Meskipun teman kalian ngawasin dia, selama Rhea ga di jauhkan dari Handphonenya, ga duduk diam di dalam kamarnya, dan ga berhenti bersosialisasi, mustahil anak itu berhenti terlibat dalam hal-hal yang merepotkan buat dirinya sendiri."
Perkataan Keyno tiba-tiba menyerbu masuk ke dalam pikirannya, dan berhasil merenggut semua pemikiran Adnan yang sebelumnya berisi tentang Bradipta. Rhea yang telah menghabiskan donat, baru teringat untuk berterimakasih. Ia melirik pada pemuda yang menatap kosong dirinya.
Di meja itu kini hanya tersisa mereka berdua. Arya, Alisa, Orion dan Dimas memilih kembali ke kelas setelah donat yang di bagikan oleh Rhea habis dimakan. Rhea mengangkat sebelah alisnya, bertanya-tanya apa yang menyebabkan Adnan melamun setelah kembali dari tempat yang tidak ia ketahui.
"Adnan?" Panggil Rhea. Laki-laki itu tidak juga sadar dari lamunannya. Hingga akhirnya Rhea memutuskan untuk mengguncangkan bahu tegap milik Adnan.
Pupil mata beriris gelap itu sempat mengecil, tanda sang pemuda tersentak. Perlahan pandangan Adnan kembali jernih, menampilkan gadis manis di sampingnya yang tengah menunjukkan ekspresi bingung sebab sejak tadi ia sibuk melamun.
"Eh, kenapa?" tanya Adnan. Rhea mengerutkan keningnya.
"Kamu dari tadi ngelamun nan, ada apa?" Gadis itu bertanya balik. Adnan sejenak terdiam sebelum menggeleng pelan.
"Ga ada apa-apa. Kenapa manggil gue?"
Mata Rhea menatap jari-jarinya yang berlumuran coklat. "Donatnya enak," ujarnya.
Adnan mengangguk, sebelum akhirnya kembali fokus saat gadis itu mengucapkan beberapa kata.
"Gimana perkembangan Bradipta sama Dirgantara?" Tanya gadis itu cukup ragu-ragu. Adnan ikut mengalihkan pandangannya, sebenarnya ia sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan gadis itu.
Adnan menghela nafas, "perkembangannya Baik."
"Cuma itu?" Rhea bertanya.
"Ya, cuma itu yang perlu Lo tau," balas Adnan, mutlak dan tidak ingin di bantah. Rhea terdiam, tangannya mengepal di bawah meja.
Adnan tau sekali ekspresi gadis itu menunjukkan rasa kecewa, ia tau Rhea ingin membantu, namun ia tidak bisa meminta lebih selain keselamatan sang gadis yang duduk di sampingnya.
Rhea menatap Adnan, menepuk bahu pemuda itu sebelum bangkit dari kursi kantin.
"It's okay, nan. Aku ga bisa komentar banyak, tapi kamu tau aku bakal berusaha sebaik mungkin kalau kamu butuh bantuan." Rhea berkata dengan kaki yang perlahan melangkah pergi. Adnan sempat menahan tangan gadis itu. Matanya menatap penuh percaya diri pada Rhea.
"Gue bakal berusaha buat pastiin Lo ga perlu bantu kita lagi," ucapnya terdengar cukup angkuh. Rhea menatap Adnan tepat ke arah matanya. Perlahan cengkraman tangan Adnan di lengan Rhea mengendur. Bersamaan dengan seringaian yang terlihat di bibir merah muda milik gadis itu.
"Hanya sedikit sekali sesuatu yang benar-benar pasti di dunia ini, dan sayangnya takdir manusia bukan salah satunya, Adnan."
Gadis itu tersenyum manis sebelum benar-benar pergi dengan iringan bel masuk yang berbunyi. Adnan tetap terdiam, mata beriris gelapnya mengawasi punggung Rhea yang perlahan menghilang di belokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...