39: kembali berulah

8.2K 740 129
                                    

"Ardan, tunggu!" Seru seorang perempuan berbaju ketat, pemuda bertubuh tinggi dengan pakaian yang cukup rapi itu menghela nafasnya malas, matanya menatap tajam sang perempuan yang dengan tidak tau malunya meminta ia menunggu.

"Ardan, kok aku di tinggalin sih sayang?" Tanya gadis itu dengan nada yang di desah-desahkan, tangannya melingkar di tangan Ardn, belahan dadanya yang terekspos tidak membuat Ardan tertarik.

"Berhenti manggil gue sayang!" Ardan menepis tangan perempuan itu membuatnya cemberut, ia masih berusaha untuk mendekati, kedua laki-laki yang ada di dekatnya hanya mengasihani nasib Ardan.

"Stop atau gue bakal buat Lo ga berani liat gue seumur hidup!" Ucapnya, perempuan itu berhenti mendekatinya.

"Tutup tuh dada, gue lebih tertarik dada di keepsi," ujarnya tajam.

Jika kalian mengira Orionlah yang paling cuek, kalian salah besar. Di sekolahnya, Ardan adalah laki-laki yang paling sulit di dekati, berbeda saat ia berada di rumahnya. Pemuda itu melenggang pergi, meninggalkan sang gadis yang tengah mencebikkan bibir Semerah darahnya.

"Apa Lo ga terlalu cuek dan?" Tanya Laki-laki berkulit eksotis dan berlesung pipi.

"Engga jar, mereka kalau di baikin malah bakal baper, padahal gue ga ada perasaan apa-apa, nanti mereka yang salah-salahin gue dan berujung pada kalimat semua cowok sama aja," ujar Ardan sebal, lelaki yang bernama Fajar itu tertawa menyetujui ucapan temannya.

Ardan menatap lorong di depannya dengan datar, tangannya merogoh saku mengeluarkan handphone miliknya, ia menatap wallpaper handphonenya lama.

Wallpaper Ardan adalah fotonya dan seorang perempuan dengan rambut yang di kuncir, tengah berpelukan dengan wajah yang sumringah, wajah mereka tampak bahagia. Sejenak Fajar yang sempat mengintip terkejut melihatnya.

Selama ini Ardan tidak pernah dekat dengan perempuan manapun, semenjak kedatangannya sebagai murid pindahan hingga sekarang, ia sama sekali belum pernah meladeni satu perempuan yang mendekatinya, dan kini mereka melihat wallpaper seorang perempuan yang tengah berpelukan dengannya.

"siapa tuh?" Tanya fajar jail.

"Berisik!" Seru Ardan sambil mematikan handphonenya dan memasukan kembali ke saku.

"Cantik loh, pengen deh gue gebet!" Ucap Nathan, Ardan menatap mereka tajam membuat kedua temannya itu bungkam. Meski pikiran kedua orang itu bertanya-tanya tentang identitas perempuan yang ada di pelukan seorang Ardan.

Semenjak keluar dari gerbang sekolah, Ardan merasakan ada beberapa pasang yang mengawasi mereka, perasaannya was-was. Takut jika ada orang yang berniat jahat.

"Stop," bisik Ardan, matanya mengawasi ke kanan dan kiri. Ketiga laki-laki itu saling merapat, tau bahwa bahaya ada di sekitar mereka.

"KELUAR!" seru Ardan marah, suaranya menggema di jalan yang lenggang. Fajar dan Nathan langsung memasang kuda-kuda.

"GUE BILANG KELUAR!!!!" Seru Ardan untuk yang kedua kalinya, suara tawa menggema, seiringan dengan suara gemerisik ranting dan langkah kaki yang mendekat. Mereka menatap pada satu arah, seorang pemuda dengan langkah angkuhnya mendekati mereka.

"Lo siapa?" Tanya Ardan waspada, pemuda dengan wajah oriental itu tersenyum.

"Gue, cuma permulaan buat Lo!"

Pemuda itu berlari dan langsung menerjang Ardan, pukulannya berhasil ia hindari. Mata Ardan melirik pada teman-temannya, sial, mereka tengah melawan rekan pemuda itu. Pandangannya teralihkan menyebabkan tubuhnya hampir terkena pukulan.

"BERHENTI, GUE GA PERNAH BUAT SALAH SAMA LO!"

Tangan kanannya menangkis tendangan, pemuda itu memutar tubuhnya dan menendang kembali dengan kaki yang tersisa. Tangan Ardan sakit menahannya.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang