"Sick but not berblood."
-Adnan yang tersuckity-
—0—
"ADNAN!" seru Rhea, pemuda jangkung itu kini berbalik menatapnya, ekspresinya yang datar seketika berubah. Laki-laki sekeras es batu itu kini berubah menjadi es gabus seribuan yang di jual emang-emang pinggir jalan.
"Yo Rhe!" Ujar Adnan, Rhea menghampirinya.
"Bareng!" Adnan mengangguk.
"Tumben mau bareng. Apa Lo udah kepincut sama ketampanan gue?" Tanya Adnan dengan satu alis yang terangkat. Rhea menatap jalan di depannya datar.
"Kenampanan kali, ogah nan, kamu boros nasi!" Dusta Rhea membuat Adnan cemberut. Mereka berjalan melewati kelas-kelas.
"Lo mau kemana?" Tanya Adnan, mata Rhea menatapnya.
"Rooftop?" Adnan terkekeh, ia mengacak rambut Rhea membuat gadis itu sedikit merona.
"Sejak kapan tempat nongkrong gue jadi tempat Lo? Tempat itu ada inti sama komandan Bradipta loh, satu sekolah aja ga berani ke sana," ucap Adnan menggoda Rhea, gadis itu hanya mendengus.
"Hoo, suatu kehormatan jika komandan dan inti Bradipta bisa bertemu dengan Queen Brigeta kan?" Balas Rhea, kini giliran Adnan yang menghela nafasnya.
Satu sama.
"Lagian ada Alisa juga di sana."
"Ya pasti karena si Arya kan?"
Benar juga, Rhea tidak tau perkembangan hubungan mereka berdua. Dan lagi, Alisa belum pernah mengatakan apapun tentang laki-laki bermata minimalis itu.
"Oh iya gue baru sadar!" Seru Adnan mengejutkan Rhea, gadis itu menatapnya.
"Apa?"
Adnan mendekatkan wajahnya pada Rhea, satu inci lagi Adnan memajukan wajahnya, akan ia tendang laki-laki itu hingga ke Australia.
"Jadi, kita kapan punya hubungan?" Tanya Adnan, sorot matanya menatap Rhea, mata bagai elang itu menatap teduh padanya, sejenak mereka saling terdiam mencerna keadaan.
"Kita udah punya hubungan kan?" Tanya Rhea, ia menunduk dan mengaitkan jarinya pada jari Adnan yang lebih besar darinya. Adnan terkejut, jantungnya menggila, terlebih saat mata jernih itu menatapnya. Tidak bisa, jantungnya tidak boleh terlalu lelah, ia ingin melepaskan jarinya dari Rhea, namun gadis itu semakin mengeratkannya hingga Adnan bisa merasakan tulangnya sedikit bergeser.
"Ma-maksudnya apa Rhe?" Tanya Adnan gugup, mengabaikan genggaman Rhea yang terkesan seperti cengkraman yang berusaha meremukan tulangnya.
Rhea tersenyum penuh arti. Adnan sedari tadi berteriak dalam hati menyoraki jantungnya yang tak berhenti menggila. Tautan tangan Rhea lepas, membuat Adnan bernafas lega, benar saja jarinya menjadi memerah. Rhea menatap lurus ke depan tanpa dosa.
"Iya kita punya hubungan, sekadar teman kan?" Ucap Rhea, Adnan membeku.
Adnan pernah merasakan benda tajam menembus kulitnya, ia tau rasanya jatuh dari tempat yang cukup tinggi, dan ia sudah biasa mendapat goresan luka di tubuhnya. Tapi ia tidak pernah merasakan hal sesakit ini, dan lagi, tidak bisa terlihat.
Sick but not berblood.
Tawa mengurai ke udara, gadis itu menatap Adnan seakan tanpa dosa, Andai ia tau, perbuatannya itu membawa Adnan terbang ke udara dan menghempaskannya saat itu juga. Sakitnya ganda, sudah terphpkan di tambah tulangnya yang seakan di remukan pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Novela JuvenilSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...