41: Kebingungan Rhea

7.7K 782 149
                                    

"percaya dan tidak, semua itu tetap akan membawa pada kisah tak terduga."

-Rhea putri A-

-0-

Play song: When the party's over-Billie eilish (piano ver)

Rhea masih terdiam mencerna keadaan, ini terlalu tiba-tiba baginya. Bahkan ramainya kantin sampai tidak terdengar di telinganya.

"Apa maksudnya?" Tanya Rhea.

"Devan pernah cerita tentang cewek yang dia temuin di perpustakaan, tepat dua hari sebelum dia meninggal," ujar Dimas, mengenyampingkan nada sedih yang tersirat di sana.

"Emang perempuannya kaya gimana?" Tanya Alisa, Arya meminum es teh manisnya yang tersisa setengah.

"Dia pergi ke perpustakaan Bandung waktu itu, di salah satu gang dia liat ada perempuan lagi di gangguin cowok gitu, nah dia mau bantuin, eh ternyata si ceweknya bisa beladiri." Tambah Arya, Rhea mengerutkan keningnya. Ia sedikit melirik pada Devan yang tengah melayang di udara dengan kaki yang menyila, ia memalingkan wajahnya menatap Arya.

"Terus?" Tanya Rhea.

"Terus dia kaya kagum gitu dan ngomongin cewe itu seharian, katanya dia juga sempet ngembaliin dompet cewek itu yang jatuh, meski katanya sempet di sangka gembel. Ngeliat dia saat itu kaya hiburan tersendiri," ucap Dimas di sertai senyuman.

Mata Rhea menatap Devan kembali, sosok tampan yang melayang itu kini menggaruk tengkuknya tak gatal dan memandang ke arah berlawanan. Tidak ada rona merah di pipi pucatnya, tapi Rhea bisa tau bahwa ia tengah malu sekarang.

Rhea menopang dagunya, pikirannya menerawang mencari sepercik memori tentang perpustakaan.

'perpustakaan, perpustakaan, perpustakaan.' batinnya sembari mengetuk-ngetuk jarinya ke meja.

Flashback

Rhea menghembuskan nafasnya, menatap kesal pada empat orang pria yang kini mengerang kesakitan. Matanya menatap tajam.

"Masih mau hah?" Tanya Rhea menunjukan kepalan tangannya, empat pria bertubuh sangar itu menggeleng serentak dan memegang organ intimnya. Tidak mau lagi, keempat pria itu tidak mau memiliki burung yang patah.

Rhea berdecak, tangannya terangkat dan bibirnya hendak berucap.

"Pertama, aku baru ke Bandung setelah sekian lama," ujar Rhea, telunjuknya terangkat.

"Kedua, aku kesini mau baca buku, bukan mau baku hantam sama kalian," tambahnya, jari tengahnya turut terangkat menunjukan angka dua.

"Ketiga, aku mau pergi beli martabak mang Jaya," ujarnya memberi informasi, keempat pria itu menatap bingung sang gadis yang menunjukan tiga jarinya, informasi ketiga itu sangat tidak penting bagi mereka . Rhea menatap tajam, membuat mereka kembali menunduk.

"Ke empat dan yang paling penting, tolong ya om sangar, aku masih kelas satu SMA, om terlalu tua buat gangguin aku, mending biayain deh istri sama anak om!"

"Tapi saya masih bujang dek, belum laku!"

"YA UDAH TAU BELUM LAKU, MALAH KAYA GINI! DISKONIN KEK, SIAPA TAU ADA YANG TERTARIK!" Seru Rhea membuat mereka terkejut.

Mereka menyesal, padahal ada beberapa gadis yang tak kalah cantik dari gadis sengklek di depannya, gadis itu terlalu edan untuk mereka goda, harusnya mereka biarkan gadis itu masuk ke perpus dengan tenang. Gadis itu menatap mereka sambil berkacak pinggang.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang