53: Spekulasi yang mulai terbukti

3.9K 558 156
                                    

"Tidakkah kamu tau, bahwa di sini semesta tengah menertawakan segala kebingungan kita."

-ARhea-

-0-

Empat hari berlalu setelah Adnan dan Rhea turut melibatkan Orion, Dimas, dan Arya.

Sejak saat itu, yang mereka lakukan adalah mencari informasi tentang angkatan pertama, sehingga karenanya, terkadang Rhea pulang lebih lambat dari biasanya.

Seperti hari ini, mereka hanya bisa berkumpul di warung Abah dengan berbagai kertas yang berjajar di atas meja.

Adnan dan Arya sedang sibuk memeriksa dan membaca segala info yang ada di depan mereka, Dimas tengah membantu Adnan mengecek kembali kertas yang telah dibaca, dan Orion tengah berkutat pada leptop yang ia gunakan untuk mencari informasi tentang Bradipta.

Sedangkan Rhea? Gadis itu tengah berbahagia karena tadi ada tukang batagor yang lewat, sehingga kini yang gadis itu lakukan hanyalah memakan batagornya dengan tenang.

"Dokumennya dikit lagi nan," ujar Dimas memberitahukan. Adnan menatap ke arah kardus yang mulai penuh, dan pada kertas di meja yang sudah semakin berkurang.

Adnan menyandarkan tubuhnya pada sofa, lantas merebahkan kepalanya pada bahu Rhea. Tak ada yang menyangka bahwa gadis itu tanpa ragu mendorong kepala sang pemimpin Bradipta.

Adnan menatapnya kaget sekaligus bingung, matanya menyorotkan rasa terhianati. Rhea hanya menatapnya datar, dan ke tiga temannya itu menikmati saat memperhatikan raut wajah Adnan yang seakan teraniaya.

"Kenapa Rhe, gue capek tau ga mikirin semua informasi ini. Setidaknya pinjem bahu lo, pelit amat sih!" Adnan kini berwajah cemberut dengan mata yang memelas pada Rhea. Gadis itu menggeleng kuat dan menunjukan seplastik batagor yang belum juga habis.

"Aku lagi makan nan, kalau kamu nyandarin kepala kamu, menurut hukum etika makan batagor yang di tulis oleh Rhea, kamu akan memberikan beban pada sebelah pundak yang menyebabkan ketidak seimbangan tangan, sehingga cita rasa batagor akan cenderung beda," jelas Rhea berhasil membuat Arya, Dimas dan Orion terkekeh mendengarnya. Adnan menghela nafas panjang dan menatap Rhea penuh kekecewaan.

"Tapi kan Rhe, cuma sebentar doang Rhea, biar kayak di drama Korea gitu." Tambah Adnan, Arya sontak tertawa.

"Di drama korea, latarnya kelas kosong bermandikan cahaya, atau di taman bunga sakura nan. Lu mau mirip-miripin sama Drakor juga harus ada batasnya. Sejak kapan drama Korea latarnya warung kaya gini!" Seru Arya gemas, Adnan memasang wajah berpikir.

"Yaudah, kita ganti aja nama abah jadi, park abahoungseo, kan bagus tuh biar ada nama-nama koreanya!" Seru Adnan balik tak mau kalah. Abah yang sedang di bicarakan hanya melintas sambil membenarkan sarung birunya yang melorot, tak lupa secangkir kopi hitam di tangan kanannya.

"Stop ngasih Abah nama panggilan yang aneh nan, dua bulan sebelumnya kamu manggil Abah Thomas, terus bulan kemarin kamu ngasih abah nama panggilan Jackson!" Keluh Abah, menyesap kopinya lantas menatap Adnan tajam. Yang di tatap hanya memasang wajah sebal karena tidak mendapatkan pembelaan.

Orion memijat pelipisnya, ia sudah cukup lama menatap layar laptop yang menampilkan serangkaian kalimat acak yang sama sekali tidak mereka mengerti.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang