73: tentang Devano

1.3K 259 121
                                    

Adnan menarik kerah baju sang pria. Tatapannya menajam jelas menunjukkan kemarahan. Para Bradipta tidak bisa berbuat apa-apa, hanya memperhatikan Adnan yang kini di tarik oleh tiga orang.

"LO JUAL KEMANA HATI NURANI LO? DIA KEPONAKAN LO SENDIRI!"

Satu pukulan mendarat tepat di pipi sang pria. Kelvin meringis, lantas menatap Adnan dengan tak suka.

"Salah dia sendiri yang terlalu lemah dan naif!"

"DIA BUKAN TERLALU LEMAH, DIA LAHIR DI KELUARGA YANG SALAH!" Seru Adnan kembali melepaskan tinjuan. Matanya menggelap, tak peduli seberapa kuat pun mereka menariknya agar melepaskan Kelvin, Adnan tetap tidak berpindah.

"Jawab gue, apa Lo ga puas nyiksa anak Lo sendiri sampai dia punya gangguan jiwa?"

Kelvin berdecih. "Gue ga peduli, gue cuma butuh Ayla, bukan Revano atau siapa pun."

Satu tinjuan kembali mengenai pipinya. Kelvin menggeram, lantas berdecih mengeluarkan Saliva dan darah.

Ayla yang Kelvin maksud adalah mendiang istrinya. Ayla Stephani, anak perempuan dari keluarga terpandang. Perempuan yang berhasil memperbaiki hidup Kelvin yang sempat berantakan.

Adnan menatap tajam pada Kelvin yang terkulai dan meringis merasakan bekas tonjokkan Adnan.

"Lo bangga udah nyiksa anak Lo sendiri dan ngebunuh Ponakan dengan cara manipulasi obat asmanya?" Tanya Adnan sekali lagi, mengangkat kerah sang pria hingga kedua pasang mata itu saling bertatapan.

"Iya," balas Kelvin singkat.

"Haha-

Adnan mengeluarkan suara tawanya. Iya sekali lagi menatap pada sang pria dengan pandangan miris. Tawa perlahan semakin kencang. Adnan melepaskan kerah pria itu secara tiba-tiba hingga kepalanya sedikit membentur lantai.

"HAHAHAHAHAHA!" Suara itu menyiratkan berbagai hal. Bukan tertawa lepas, namun tertawa miris pada takdir pria di hadapannya.

"Kamu membunuh seorang pemuda yang punya penyakit sama dengan ibu Revano?"

"IYA! APA MASALAH NYA-

"ITULAH CARA YANG SAMA SAAT RENDRA MEMBUNUH ISTRIMU!" Teriak Adnan tepat di depan wajah Kelvin. Membuat sang pria tua tersentak, dengan mata yang membulat.

Hening menyelimuti gudang yang semula riuh karena berusaha melepaskan Adnan yang mencengkram atasan mereka. Tidak ada yang berani mengucap sepatah kata, hanya suara deru nafas dan decakkan tak suka dari satu orang yang terdengar di gudang tua itu.

"Apa maksudmu...." Suaranya melemah di akhir kalimat. Tidak mampu mencerna perkataan Adnan yang tiba-tiba.

Sementara pemuda itu membiarkan dirinya di tarik menjauh dari Kelvin. Kembali pada posisi berlutut nya semula.

Menyisakan rasa bingung pada Kelvin. Sedangkan Rhea yang sedari tadi memperhatikan pertengkaran di depannya hanya bisa tersenyum miris.

Adnan telah mendapat informasi lainnya. Pemuda itu sempat mengawasi banyak hal, menyusun strategi hingga mengambil keputusan sulit untuk melibatkan para anggota yang sebenarnya tidak memiliki hubungan apa-apa.

Rhea hanya mempunyai spekulasi. Ia membuka bibirnya, "apa mendiang sering membaca buku?"

Kelvin yang mengubah posisi menjadi duduk, lantas menatap pada gadis itu.

"Dari mana kamu tau?"

"Sang Alkemis, karya Paulo coelho halaman 77. Apa paman belum pernah membuka buku itu sedikit pun?"

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang