"Lo beneran Rhea?" Tanya Revano, Rhea mengerutkan keningnya.
"Bukan, aku Subarjo," ucap Rhea asal, Revano memutar matanya. Ia mendekatkan pisaunya lagi, membuat Rhea mendengus.
"Ngancemnya pake pisau Mulu dah, iya aku Rhea!" Ujar Rhea sebal, Revano mengangguk.
"Lo ga sesuai ekspektasi gue." Revano mencibir.
"Ya maaf, kamu bayangin aku kaya gimana?" Tanya Rhea, Revano memalingkan wajahnya dengan malas.
"Yang agak montok gitu!"
"Hiii, sorry ya, kalau aku montok gamau aku deketan kaya gini. Modus ya kamu?" Tuduh Rhea, memang sih Revano tengah mengalungkan tangannya di leher Rhea dengan sebuah pisau, tetapi apa bedanya itu dengan merangkul, meski agak ekstrim tentunya.
"Lo nyebelin."
"Mending nyebelin daripada montok, ntar aku di apa-apain!"
Revano berdecih, ini pertama kalinya ia menyandra seseorang yang seperti Rhea. Bahkan pikirannya berkecamuk bertanya-tanya bagaimana bisa gadis itu sesantai ini.
"Lo ga takut?" Tanya Revano.
"Engga!" Jawab Rhea.
"Pisau ini dari stenles berkualitas loh!"
"Oh."
"Udah di asah juga."
"Hmm."
"Tahan air."
"Kamu tukang kredit pisau satu set?" Tanya Rhea dengan alis yang berkerut, Revano menyedari kebodohannya.
Anggota Brigeta menatap aneh melihat interaksi Revano dengan Sandra mereka yang terkesan santai. Berbeda dengan Alisa yang bergetar ketakutan padahal ia tidak di Sandra menggunakan pisau seperti Rhea.
Suara motor yang menderum memekakkan telinga, terlihat dari kejauhan rombongan motor datang di pimpin oleh seorang komandan bernama Adnan. Bukan panglima seperti Dilan.
Rombongan motor itu kini berhenti di hadapan mereka, seorang pemuda jangkung turun dari motor hitamnya. Ia membuka helm yang menampilkan rahang tegasnya yang mengeras, ia muak melihat pemandangan di depannya. Rhea dan Alisa kini sedang ada di kawasan musuhnya, ia menatap Rhea yang balas menatapnya, di lehernya ada sebuah pisau yang siap menggores kapan saja.
Arya, Dimas dan Orion turun dan membuka helm mereka, begitupun delapan puluh anggota lainnya. Anggota Brigeta tersenyum meremehkan, Bradipta kalah jumlah. Arya yang melihat keadaan Alisa yang kacau langsung mengepal tangannya hingga kuku jarinya memutih.
"Lepasin Rhea!" Ucap Adnan dengan tegas, matanya lurus menatap Revano dengan tajam, Rhea tau bahwa jarak antara leher putihnya dan pisau kualitas premium itu sempat merenggang, kini malah semakin dekat dengan lehernya.
"Ho, apa dia penting bagi lo?" Tanya Revano, nada bicaranya kini berubah, bagi Rhea nada itu berbeda dari nada ketika ia mengobrol tadi.
"Lepasin dia." Adnan maju beberapa langkah, terlihat kemarahan dari wajahnya.
"Berhenti atau gadis ini yang jadi korbannya!"
Langkah Adnan terhenti, kini inti Bradipta menelan salivanya. Mereka bisa saja menerobos, namun mengingat apa yang telah Revano lakukan selama ini, ia pasti akan berbuat nekat.
"APA YANG LO MAU BRENGSEK!" Teriakan Adnan seakan menggema di jalan yang sunyi, wajahnya menyiratkan rasa frustasi. Adnan ingin menarik Rhea dari pemuda itu, namun kini masih tidak mungkin. Melihat wajah marah dari musuhnya, Revano menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Teen FictionSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...