"sekali saja kau lukai temanku, kan kubuat menderita hidupmu."
Adnan & Fahri***
"assalamualaikum, bunda."
Adnan membuka pintu rumahnya, pandangannya tertuju pada seorang anak laki-laki yang tengah memainkan handphonenya dalam posisi miring.
"Waalaikumsalam,"Jawabnya.
"Arsya, bunda mana?" Tanya Adnan, adiknya itu menggelengkan kepala tanda ia tidak mengetahui hal yang kakaknya tanyakan. Adnan berjalan mendekati adiknya, lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa berwarna abu-abu itu, ia melemparkan tasnya asal, dan membuka jaketnya lantas melemparkannya tak jauh dari tasnya, Adnan membuka paksa dasinya, ia menyenderkan tubuhnya lelah.
Laki-laki berkulit putih dengan rambutnya yang ia sisir ke belakang itu menatap kakaknya dengan aneh, ia mengabaikan gamenya itu.
"Kenapa Lo bang?"
"Capek."
"Tumben bang, dimana tenaga seribu Watt Lo?" Sekarang Arsya mematikan hpnya, ia mengangkat satu alisnya menatap abangnya yang kelelahan, Adnan menghela nafasnya.
"Lo kira gue lampu?"
Arsya terkekeh, sedangkan Adnan menyenderkan tubuhnya di sofa, ia menatap langit-langit rumahnya.
"Perintah." Arsya yang mendengar itu berhenti terkekeh, ia mengangguk, tentu ia tau apa maksudnya, bahkan Arsya sudah cukup dekat dengan anak Bradipta, Adnan membuka handphonenya, wallpapernya hanyalah warna abu-abu, ia membuka aplikasi chatnya yang menampakan ratusan chat khususnya kaum hawa.
Arsya mengintip, "wih siapa tuh ka yang rambutnya di kucir?"
"Yang mana?"
"Yang itu tuh!" Arsya menunjuk seorang wanita yang memakai baju merah, Adnan mengerutkan keningnya, ia tidak ingat siapa itu.
"Kayaknya seangkatan deh, tapi gatau siapa," ujar Adnan tak peduli, Arsya mengambil hp Adnan, sedangkan sang pemilik hp tidak merasa terganggu.
"Kalau yang ini siapa? Yang pake jepitan warna pink?" Arsya menscroll ke atas dan menunjuk pada seorang gadis dengan jepitan linknya, Adnan mengingat-ingat, tapi gagal.
"Kayaknya adik kelas deh," Adnan berucap pasrah, ia tidak ingat pernah melihat gadis itu. Arsya mengangguk, ia melihat-lihat lagi, hp miliknya ia simpan di meja, Arsya lebih tertarik dengan daftar orang yang mengirimkan pesan pada abangnya daripada memainkan gamenya.
"Ini siapa nih bang? Yang rambutnya di konde, pake kebaya?" Adnan menatap hand phonenya, ia rasa tidak ada satupun chat siswi dengan kriteria yang adiknya sebutkan. Ia melihat seorang wanita berkebaya biru dengan rambut di konde, wanita itu tampak cantik dan anggun.
"Itu bunda Arsyaaa, kamu masa lupa sama bunda sendiri!" Adnan menjitak kepala adiknya, bukannya mengaduh sakit Arsya malah tertawa hampir terbahak, ia menertawai kebodohannya sendiri, bagaimana tidak, ia mengakui kalau bundanya sangat cantik, namun ia tau bahwa bundanya memakai filter, buktinya di dalam foto itu warna pohonnya menjadi kelabu, Arsya hanya menggeleng membayangkan bunda gaulnya itu. Ia kini berhenti tertawa dan melihat-lihat kembali.
'ini daftar chat apa kosan putri sih?' ujar Arsya dalam hati, ia melihat-lihat foto profil mereka, dari yang cantik, manis, imut, berkacamata, berbehel, tepos sampai montok semuanya ada. Tapi hanya satu yang menyedot perhatiannya, yaitu kontak dengan nol percakapan.
Ia melihat foto profil dari si tanpa percakapan itu. Seketika Arsya terpesona, gadis dengan rambut yang di gerai, dan dengan posisinya yang sedang menyelipkan rambut ketelinganya berhasil membuatnya menatap foto itu lebih lama, ia memperhatikan setiap inci dari wajah gadis itu, matanya yang terpejam dengan bulu mata panjang, dan bibir merah mudanya yang tersenyum, foto yang candid, foto yang sepertinya tidak sengaja di dapatkan oleh temannya yang memotretnya, ia begitu anggun dalam foto itu, dengan latar belakang tirai berwarna cream.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARhea!
Roman pour AdolescentsSiapa bilang geng motor itu hanya mampu menyebabkan kerusuhan, dan anggotanya hanya sekumpulan anak-anak yang berkelahi untuk bersenang-senang. Pernah mendengar nama Bradipta? Geng motor yang sudah lama berdiri di Bandung itu memiliki visi misi yan...