77: Karakter Abu-abu

1.2K 245 16
                                    

"apa itu hidup?" Tanya seorang pemuda dengan tatapan yang mengarah kosong ke depan.

Seorang wanita di sampingnya terlihat berpikir sebelum menjawab. "Ketika kamu bernafas?"

"Aku sedang bernafas sekarang, tapi aku tidak merasa hidup."

"Kenapa begitu?" tanya wanita itu bingung. Pemuda tampan dengan tatapan hampa balik menatap sebelum tersenyum, sorot matanya begitu teduh ketika menatap sepasang mata milik sang wanita.

"Mungkin karena seluruh hidupku berpusat di gadis cantik yang ada di depanku?"  Tanya si lelaki dengan senyum yang mengembang, tanpa memedulikan sang wanita yang wajahnya kini memerah.

Ia kembali menatap lurus memperhatikan daun yang bergoyang, yang ia katakan bukan sebuah kebohongan. Dunia di sekitarnya selalu abu-abu hari demi hari, satu-satunya sumber warna yang bisa ia lihat adalah wanita itu.

Hidupnya tidak pernah lepas dari penderitaan yang di akibatkan oleh keluarganya sendiri. Ayahnya yang menatap rendah dan menatap tinggi kakak-kakaknya, ibunya yang menjadikannya sebagai boneka, cemoohan dari orang-orang, hingga hubungan dengan kakak-kakaknya yang merenggang. Wanita itu bagai obat pilu dari segala hal yang selalu berlalu.

Bagai keajaiban mereka bisa menikah. Hidup abu-abunya itu tambah berwarna ketika sang anak datang. Anak yang  tangisannya tiap malam selalu membuat pemuda itu terjaga namun juga bahagia, anak yang begitu terasa kecil dan suci di gendongannya.

"Maafkan ayah, Revano," gumam Kelvin yang baru saja tersadar dari pingsannya. Air matanya menetes, sedangkan tubuhnya masih terkulai dengan rasa sakit yang menjalar.

Tiba-tiba, pembicaraannya bersama sang istri hadir sebagai mimpi. Beserta momen saat Revano masih seorang bayi yang tak mau lepas dari dirinya. Kelvin pernah sangat mencintai Revano, warna baru yang hadir dalam hidup.

"Aku tidak bisa menjaga hidupku sendiri, Ayla. Aku bahkan bekerja sama dengan orang yang membunuhmu dan menyakiti anak kita, aku mohon jangan benci aku," lirih Kelvin. Air matanya terus mengalir saat ia mengingat kematian sang istri yang membuat dunia nya seketika menggelap.

Kelvin hanya pengecut yang di buang di manapun ia berada, kecuali ketika ia bersama Febiano dan Alvaro, kakaknya yang selalu ada meski ia tepis sejauh mungkin. Namun Kelvin tidak lagi mau bertemu dengan Febiano sebab ia lah yang membunuh anak dari sang kakak.

Hidupnya dan hubungannya hancur sebab Dirgantara. Kelvin dengan keadaan yang rumit dan nama belakang yang mengekang. Mental pemuda itu hancur ketika sang istri tiada.

"Apa yang harus aku lakukan agar Revano dan kamu memaafkanku?" Kelvin bertanya pada dirinya sendiri. Suara teriakkan yang ada dalam gudang itu seakan tidak terdengar oleh dirinya yang tenggelam dalam segala pemikiran.

"Katakan itu pada diriku dua puluh tahun yang lalu, bukan saat kalian terdesak seperti sekarang."

Kelvin tersentak saat ia kembali mendengar suara Rendra.

"Apa maksudmu kami terdesak?"

Pria yang tergeletak itu menengadahkan kepala, matanya menatap pada gerombolan manusia. Tiba-tiba ia merasa getaran yang kuat di sertai beberapa kayu yang jatuh di belakangnya.

Bisa ia lihat, mereka menatap horor pada Rendra.

"Berapa lama waktu yang kalian butuhkan untuk memindahkan orang-orang pingsan di luar gudang? Atau berapa lama polisi akan datang?" Tanya sang kepala keluarga.

Satu di antara mereka membulatkan mata, berteriak pada sang pria tua.

"JANGAN BILANG-"

"Kalian tidak boleh keluar begitu kalian tau rahasia Dirgantara, ingat?" Rendra berkata, "Selamat berjuang untuk tetap hidup di sini."

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang