78: BEFORE END

1.2K 272 30
                                    

"Rhea, ayo kita pergi," ajak Rafa sekali lagi dengan tangan yang memegang pundak gadis itu. Rhea masih terdiam, menajamkan pandangan berusaha agar melihat Kelvin yang sempat berbicara.

"Rhea?" Panggil Arya. Rhea sedikit tersentak ketika tepukkan pelan mendarat pada bahunya.

"Pintu udah terbuka, ayo kita pergi." Rafa berbicara, membuat Rhea menatap lurus pada pintu yang memang sudah terbuka. Ia bisa melihat, sang ayah balik menatap dirinya.

"Tapi Raf—"

Rafa mengetahui perkara yang akan di bicarakan oleh Rhea. Ia menggeleng, membuat Rhea berbalik pada Keyno —yang sayangnya juga memberikan reaksi sama seperti Rafa—.

Tatapan gadis itu menjadi lebih sayu, hatinya mengganjal sebab tau ada kalimat yang harus ia dengar dari pria itu. Keyno terdiam menatap sang gadis dengan sorot mata tak dapat di artikan.

"Kita ga punya banyak waktu, hormati pilihan om Kelvin,"tutur Keyno mengerti keresahan Rhea. Ia sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk dengan pasrah.

Para angkatan pertama memastikan semuanya sudah berada di luar, hanya tinggal Rhea dan Keyno yang tersisa di dalam gudang.

Tidak banyak waktu tersisa sebelum waktu di bom itu habis. Rhea menggigit pipi bagian dalam, meyakinkan dirinya sendiri untuk pergi tanpa melirik ke belakang.

"RHEA, DENGARKAN SAYA!" Seruan dari Kelvin kembali terdengar tepat saat Rhea hanya membutuhkan satu langkah hingga ia keluar gudang.

Gadis itu terdiam, sedangkan Keyno melirik pada asap yang semakin menipis. Mereka tidak punya banyak waktu sehingga Keyno terpaksa sedikit mendorong gadis itu.

Namun Rhea tidak bergeming, ia terdiam dan membatu. Sebelum angkatan pertama memberi arahan kembali, Rhea berteriak.

"10 DETIK, KATAKAN!" Seru Rhea berhasil mengejutkan semua orang. Rendra semakin memberontak sehingga Kelvin mencengkeram kedua tangan pria tua itu. Ayah dari Revano tersenyum tipis, setidaknya sang gadis mau memberi kesempatan untuk menyampaikan pesan.

"Rhea?" Kata Keyno kaget. Rhea berjalan hingga tepat berada di pintu keluar.

"SEKARANG!" Teriak Rhea kembali membuat Kelvin menghirup nafas dalam-dalam sebelum berteriak kencang hingga membuat telinga Rendra serasa pengang.

"KELUARLAH DENGAN SELAMAT, TEMUI REVANO DAN KATAKAN AKU MINTA MAAF. BERI TAHU PADANYA UNTUK MEMBUKA BUKU CATATAN KECIL DI RUANG KERJA YANG ADA DI LACI KETIGA!" Kelvin kehabisan nafas, ia kembali meraup udara untuk menyampaikan kalimat selanjutnya dengan mata berkaca-kaca. "MAAF KEPADA BRADIPTA, KEPADA RHEA DAN KEYNO, MAAFKAN SEMUA PERBUATAN SAYA. DAN SEKALI LAGI, SAMPAIKAN PERMINTAAN MAAF PADA KAKAK SAYA DAN REVANO.
KATAKAN BAHWA SAYA MENCINTAINYA DAN SEMOGA IA BISA SELALU BAHAGIA, PELUK DIA UNTUK SAYA!"

Sepuluh detik telah berlalu. Mereka membungkam ketika mendengar perkataan maaf paling tulus dari orang yang tidak pernah mereka sangka. Rhea menggigit bagian bawah bibirnya sebelum mengangguk patuh dan melangkah keluar gudang.

"AKAN AKU SAMPAIKAN, TERIMA KASIH PAMAN." Gadis itu berteriak sebelum akhirnya buru-buru keluar dari gudang serta di ikuti oleh Keyno dan beberapa angkatan pertama di belakang.

Kelvin tersenyum tipis, air matanya mengalir menuruni pipi yang terluka sejak tadi. Ia memejamkan mata sejenak serta menghela nafas panjang dengan tenaga pada tangan yang tidak sekali pun ia kendurkan.

Ia hanya bisa menunggu sampai bom itu habis waktu, dan akhirnya eksistensi ia bersama Rendra akan lenyap dari dunia. Sebelum ia menulikan pendengarannya, lelaki itu bisa mendengar suara familiar yang sangat di kenalinya. Farhan dan Fahri berteriak kepadanya.

ARhea!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang