26. Sesak

1.4K 166 85
                                    

Keesokan harinya...

"Dek, kamu lagi sibuk gak ?" Tanya Frislly pada Fahsya.

"Kenapa gitu Kak ?" Tanya Fahsya balik.

"Bisa anterin Kakak ?" Pinta Frislly.

"Duh maaf Kak, kayanya aku gak bisa nganterin, soalnya Adek udah ada janji juga." Fahsya meminta maaf karena merasa tidak enak menolak permintaan Kakaknya.

"Oh yaudah kalo gitu Kakak nyetir sendiri aja. Bye !" Ujar Frislly seraya keluar rumah.

"Kak, udah izin sama Mama ?" Fahsya teriak dari ambang pintu, dikarenakan Frislly sudah masuk kedalam mobilnya.

"Udah tadi. Kakak berangkat ya."

"Hati-hati Kak." Pesan Fahsya.

Frislly menjawab dengan membunyikan klakson sebagai tanda mengerti. Lalu mobil Frislly perlahan menghilang dari pandangan Fahsya.

Hari ini Frislly berencana untuk pergi ke Danau yang biasanya dia kunjungi. Tujuannya untuk melepas penat beban pikiran yang sudah sebulan ini terus menghantuinya. Ya, pikiran apa lagi selain tentang Jordi.

Disepanjang jalan dia bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang sengaja dia putar untuk menemani perjalanannya.

Ditengah perjalanan dia melihat seorang Kakek tua yang sedang menjajakan jualannya tepat dibawah lampu merah.

Matanya menyipit memperjelas jajanan apa yang dijual Kakek tersebut. Frislly merasa iba melihatnya, lalu dia memanggil si Kakek itu.

Begitu sampai disamping mobil, Frislly langsung membuka kaca mobilnya.

"Kakek, jualan apa ?" Tanya Frislly ramah.

"Ini Neng, saya jualan permen kapas. Neng nya mau ?" Tawar Kakek tersebut.

For your information : permen kapas a.k.a suiker-suiker (harum manis).

"Boleh. Satunya berapa ?" Tanya Frislly.

"Murah Neng. Cuma sepuluh ribu saja." Jawabnya.

"Saya ambil dua ya Kek." Ujar Frislly.

Lalu si Kakek memberikan dua permen kapas yang berwarna pink dan biru. Frislly menerimanya dengan sopan.

"Ini Kek uangnya." Frislly memberikan dua lembar uang senilai seratus ribuan pada Kakek tadi.

"Aduh Neng kelebihan ini uangnya, uang pas aja Neng dua puluh ribu. Saya gak punya kembaliannya."

"Gak papa Kek. Kakek ambil aja kembaliannya ya."

"Jangan Neng, saya tau bagaimana susahnya mencari uang sekalipun hanya seribu rupiah. Neng mau kasih ke saya begitu aja, jangan Neng." Jelas si Kakek.

"Kek, ini rezeki Kakek. Jangan dilihat besar kecilnya ya. Yang pasti ini rezeki Kakek dan saya yang jadi perantaranya. Jangan ditolak ya." Ujar Frislly dengan lembut seraya memberikan uang tadi langsung pada genggaman si Kakek.

"Saya gak enak Neng nerimanya. Neng punya uang juga karena hasil kerja keras Neng sendiri." Ujar si Kakek.

"Begini saja Kek. Kakek terima uangnya, saya membeli sebanyak uang yang saya kasih. Tapi saya cuma mau ngambil dua permen ini aja. Sisanya boleh minta tolong Kakek kasih ke yang mau saja, atau anak-anak kecil siapa saja yang Kakek lihat." Frislly memberikan jalan tengahnya.

Sebetulnya Frislly benar-benar ikhlas memberikan uang lebih itu, tapi dia lebih menghargai pendirian si Kakek. Bahkan Frislly merasa salut dan terharu dengan jawaban si Kakek tadi. Ketika di zaman sekarang banyak anak muda yang bermalas-malasan dalam bekerja, tapi si Kakek ini malah sebaliknya dan dia benar-benar menghargai hasil dari kerja kerasnya sendiri.

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang