33. Perasaan Aneh

1.5K 173 116
                                    

Jordi Pov

Aku melihat ke sekeliling ruangan, semua terasa asing. Mungkin karena memori ingatan aku yang belum bener-bener pulih, jadi ngerasa aneh.

Dari balik kaca ruangan, aku melihat Frislly yang begitu fokus, gak tau apa yang dia tulis atau baca.

Ngobrolin tentang Frislly, aku bener-bener lupa dia siapa. Kenapa bisa jadi assistant pribadi aku, kenapa bisa deket banget sama keluarga aku, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang siapa Frislly. Dan juga yang paling aneh lagi, kenapa setiap Frislly manggil aku Kakak, ada rasa janggal yang gak tau itu apa.

"Mau kemana dia ?" Aku lihat Frislly berdiri dari duduknya dan keluar ruangan.

"Ah mungkin dia ada keperluan. Lagian apa peduli aku harus tau dia mau kemana." Batinku.

Oke stop berbicara tentang Frislly. Sekarang kembali lagi fokus sama kerjaan aku yang di depan mata. Dua hari kemaren Koko full time ngejelasin semua hal-hal yang ada di perusahaan. Termasuk program dan sistem kerja di sini. Agak sulit buat ngingetnya sih, tapi gak papa yang penting aku berusaha dulu aja.

Frislly tadi ngasih tahu jadwal aku buat beberapa hari ke depan. Tapi khusus hari ini semua jadwal sengaja di kosongin biar aku fokus buat pahami semua kontrak kerja sama perusahaan lain.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk."

"Permisi Pak, udah waktunya makan siang." Frislly duduk di sofa dan meletakan makanan yang dia bawa.

"Nanti aja. Kamu simpen aja makanannya disitu." Aku melihatnya sekilas lalu balik lagi ke kertas-kertas yang berserakan diatas meja.

"Gak ada nanti-nantian ya. Udah jam nya makan siang gak boleh kelewat." Frislly berjalan kearah ku dengan sorot mata yang tajam. Berani-beraninya dia natap aku kaya gitu.

Dia berhenti di samping meja kerja aku, tangannya dengan cepat membereskan kertas-kertas tadi dan menyusunnya dengan rapi.

"Kamu ngapain sih ?" Tanyaku tegas.

"Bapak gak liat ? Saya lagi beresin meja Bapak." Jawabnya dengan santai.

"Iya saya tau kamu lagi beresin meja. Maksudnya nagpain diberesin, saya lagi kerja. Masih harus baca semuanya."

"Kerjaan masih bisa dilanjutin nanti. Sekarang Bapak makan dulu." Tangannya masih terus bergerak merapikan meja kerjaku.

"Itu kamu beresinnya bener gak ? Ntar kalo ketuker gimana ?" Dia nggak ngegubris sama sekali pertanyaan aku barusan.

"Bisa-bisanya dia diem aja aku tanya." Aku membatin.

"Kamu denger saya ngomong gak sih ?" Tanyaku lagi.

"Bawel banget sih." Jawabnya singkat.

Wahhhh....
Keren, udah berani dia ngejawab bosnya sendiri kaya gitu. Mana ngatain bawel lagi.

"Udah rapi semuanya. Itu udah saya susun sesuai urutannya. Tenang aja saya orangnya teliti, Bapak gak perlu takut. Jadi sekarang waktunya makan siang terus minum obat." Frislly menarik tanganku dan dia tuntun untuk duduk di sofa. Berasa jadi anak kecil yang disuruh Ibunya buat makan.

"Yaudah iya, gak usah tarik-tarik kaya gitu juga. Saya paling gak suka disentuh sama orang asing." Ujarku ketus. Aku lihat perubahan ekspresi di wajah Frislly.

"Ya maaf. Saya cuma ngejalanin tugas saya sebagai assistant pribadi Pak Jordi." Jawab Frislly dingin dengan menekan kata assistant.

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang