56. She Said...?

2K 195 97
                                    

Jam menunjukan pukul delapan malam. Semua orang sudah berkumpul di tepi Pantai. Jordi meminta timnya untuk mempersiapkan segalanya dibantu dengan pihak EO yang sengaja dia sewa.

Jordi berkeliling ditemani Tian sang assistant untuk mengecek semua persiapannya. Sudah sembilan puluh persen tinggal sepuluh persennya lagi berada ditangan Frislly. Kira-kira apakah itu ?

"Mam, Fishy mana ?" Sedari tadi Jordi tidak melihat adanya Frislly ditengah-tengah mereka.

"Loh, bukannya sama Kakak ya ?" Tanya Fari balik.

"Nggak. Aku dari tadi keliling sama Tian buat ngecek semuanya." Jordi mengedarkan pandangannya mencari gadis mungilnya.

"Mama juga gak tau. Kirain tadi dia keluar dari Kamar tuh jalan sama kamu." Sejak pukul tujuh malam tadi, Frislly memang izin pada Fari untuk keluar duluan. Hanya saja, belum sempat Fari bertanya dia akan kemana, Frislly sudah lebih dulu pergi.

"Aisssh." Desis Jordi mengusap kasar wajahnya.

"Kalo gitu aku cari Fishy dulu Mam." Pamit Jordi berlalu dari hadapan Fari.

"Hati-hati Kak." Fari agak sedikit berteriak karena Jordi sudah berjalan jauh.

Jordi berjalan menyusuri area Pantai. Rasa khawatir sudah menghantui hatinya. Pasalnya dia tahu betul Frislly tidak bisa berenang. Dia takut jika gadis kesayangannya itu terseret ombak atau apa pun jenisnya.

Mata tajamnya terus mengedar. Sudah lumayan jauh Jordi berjalan dari tempat di mana akan diadakannya pesta barbeque nanti.

"Fishy. Kamu di mana sayang." Gumam Jordi.

Tangannya merogoh ponsel yang dia simpan di saku kemejanya. Kenapa tidak terpikirkan untuk menelponnya sedari tadi ?

Dengan gerakan cepat setelah menemukan nomor Frislly, Jordi langsung menekan icon hijau. Telpon terhubung. Tapi tidak ada jawaban dari yang empunya. Berkali-kali Jordi mengulang panggilannya, tapi tetap saja nihil.

Dia kembali melangkahkan kaki lebarnya untuk mencari Frislly. Udara dingin Pantai menusuk menembus kulitnya. Jordi menyilangkan kedua tangannya dan bergerak mengusap-ngusap agar tidak terlalu dingin.

"Sayang, di mana sih kamu." Raut wajah Jordi sudah benar-benar khawatir. Hingga pikiran buruk menghampirinya.

"Gak mungkin kan kalo kamu tiba-tiba ilang kaya waktu di Gedung." Rahang tegasnya tiba-tiba mengeras. Ada rasa takut jika hal itu terulang kembali.

Jordi mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya matanya memicing memperjelas penglihatannya. Dilihatnya seorang gadis mungil memakai dress putih dengan rambut yang dibiarkan terurai dihempas angin malam.

Melihat gadis itu semakin mendekat kearah bibir Pantai, Jordi berlari secepat mungkin. Jangan. Jangan sampai apa yang ada dipikirannya saat ini terjadi.

"Frislly."

Merasa ada yang memanggil namanya, Frislly menoleh ke belakang. Keningnya berkerut bingung. Detik berikutnya dia kembali berjalan mendekati air. Kakinya sudah mulai merasakan dinginnya air laut.

Dia terus berjalan maju. Kini bukan hanya kakinya saja yang basah. Tapi juga ujungnya bajunya pun ikut basah karena terkena deburan ombak.

Grap !

Dalam satu tarikan Frislly mundur kebelakang. Badan mungilnya menabrak dada bidang seseorang yang kini tengah memeluknya.

"Kamu apa-apaan sih hah ?" Tanya laki-laki itu dengan nada yang begitu panik.

"Kak Jordi ngapain di sini ?" Tanya Frislly polos. Laki-laki yang tadi dilihatnya dan yang sekarang tengah memeluknya itu adalah Jordi.

"Kamu yang ngapain di sini ? Kamu mau bunuh diri apa gimana ?" Bentak Jordi lepas kendali.

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang