31. Senyuman Teduh

1.6K 187 74
                                    

"Eeeuunngghhhh..." Thalia menggeliat merentangkan tangan dan mengucek matanya.

"Aunty." Dia melihat tidak ada Frislly disampingnya.

"Aunty disini sayang." Jawab Frislly yang duduk di depan meja rias milik Thalia.

"Cici laper Aunty." Thalia turun dari tempat tidur dan menghampiri Frislly.

"Adudu yang bangun tidur langsung laper. Yaudah yuk kita turun. Tapi cuci muka sama gosok gigi dulu ya." Thalia mengangguk patuh dan berjalan ke Kamar mandi.

"Cici mau sendiri ? Gak mau Aunty temenin nih ?" Tanya Frislly.

"Gak usah Aunty. I bisa sendiri." Jawab Thalia dengan ekspresi yang menggemaskan.

"Oke. Kalo gitu." Frislly beranjak dari duduknya dan mulai membereskan kembali tempat tidur.

Tidak butuh waktu lama, Thalia sudah selesai dengan ritual paginya bersamaan dengan Frislly yang selesai membereskan Kamar Thalia.

"Aunty kok you beresin Kamar Cici ?" Tanya Thalia.

"Sini sayang rambutnya disisir dulu." Thalia menghampiri Frislly dan ikut duduk di tepi ranjang.

"Gak papa. Kan Aunty juga tidur disini, jadi harus Aunty beresin lagi dong." Lanjut Frislly.

Dengan lihai Frislly menguncir rambut Thalia rapi. Setelah itu dia kembali menyimpan sisir ketempatnya semula.

"Dah cantik. Yuk turun." Ajak Frislly dengan menggandeng tangan Thalia untuk turun ke ruang makan.

Di Meja makan sudah ada Ruben, Betrand, Thania, dan Jordi.

"Morning semuanya." Ujar Frislly dan Thalia kompak.

"Morning." Jawab mereka terkecuali Jordi yang hanya diam. Frislly melirik sekilas kearahnya.

"Koh, Fishy ke Dapur ya bantuin Cici." Frislly sudah tahu betul kebiasaan pagi-pagi keluarga ini. Dan sudah pasti Wendah sedang di Dapur untuk membuat sarapan.

"Yaudah. Eh bilangin sama Cici, nasi gorengnya yang pedes banget gitu ya." Pesan Ruben. Frislly mengangguk dan berlalu dari ruang makan.

Kurang lebih dua puluh menit waktu yang dihabiskan Frislly dan Wendah untuk memasak. Dan sekarang semua makanannya sudah tersaji rapi di Meja makan.

Wendah dengan sigap melayani suami dan anak-anaknya. Menuangkan makanan apa yang mereka mau.

"Sus, biar Frislly aja yang layanin Jordi." Ruben melihat kearah Frislly.

"Tapi kan Pak ini sudah tugas saya." Jawab suster yang merawat Jordi di Rumah.

"Udah biarin Frislly yang gantiin tugas kamu." Perintah Ruben.

"Oh iya. Hari ini terakhir kamu merawat Jordi. Kedepannya sudah ada Frislly yang bakal rawat Jordi. Jadi, besok kamu sudah boleh pulang." Lanjut Ruben.

"Tapi kan Pak, Mas Jordi belum sembuh." Dia tetap keukeuh.

"Jordi cuma perlu orang buat bantuin dia kan ? Cuma perlu orang yang ngingetin dia minum obat kan ? Frislly bisa ngelakuin itu semua. Lagian dari dulu juga Frislly yang selalu ada di samping Jordi. Jadi sudah terbiasa." Ruben menekankan kata selalu ada di samping Jordi. Ntah apa lah maksudnya.

Semua yang ada di Meja makan diam tidak ada yang berani membuka suara. Mereka terkejut dengan apa yang dikatakan Ruben.

"Koh, gak bisa gitu dong." Ujar Jordi tiba-tiba.

"Dia udah ngerawat aku dari pertama sakit. Kenapa sekarang tiba-tiba diberhentiin cuma gara-gara ada..."

"Emmm siapa dia ?" Jordi berpikir dengan melihat dingin kearah Frislly.

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang