48. Pulang

2.1K 188 44
                                    

Pagi ini Ruben dan Sarwendah sudah berada di Rumah sakit. Mereka masuk ke Ruang rawat Frislly. Dilihatnya Adik kesayangannya yang dengan setia duduk sembari memegang tangan Frislly.

"Dek." Wendah mengusap pundak Jordi.

"Ci, Koh." Jordi berdiri dari duduknya. Dia memeluk keduanya secara bergantian.

"Gimana Frislly ?" Tanya Wendah. Dia beralih mendekat, tangannya mengusap lembut kepala Frislly.

"Cantiknya Cici. Kamu perempuan yang kuat. Cici tau itu. Cepat pulih sayang." Ujar Wendah sambil terus mengusap Frislly.

"Semalem dia udah sempet bangun. Tapi ya gitu Ci, Koh, terus-terusan bilang takut." Jordi menundukkan kepalanya. Tidak tahan mengingat lagi apa yang terjadi.

"Kata Dokter kondisinya gimana ?" Tanya Ruben.

"Kalo buat fisik gak ada luka serius, cuma lebam yang di rahang Fishy. Tapi psikisnya yang jadi keganggu. Belum lagi, akibat dari kejadian kemaren, traumanya dia yang dulu timbul lagi." Jelas Jordi.

"Adek gagal Koh. Adek gak bisa jaga Fishy." Jordi mengusap air matanya yang hendak turun lagi.

"Nggak. Lu gak gagal. Ini murni balas dendam yang direncanain. Bukan salah lu."

"Tapi kalo waktu itu Fishy gak lepas dari genggaman Adek, ini gak bakal terjadi Koh." Perasaan bersalah masih saja menghantuinya.

"Udah sekarang jangan dulu bahas itu. Kita sama-sama fokus buat kesembuhan Fishy. Dan mudah-mudahan aja traumanya dia bisa sembuh. Kalo bisa kita usaha buat ilangin trauma itu."

Ruben benar-benar murka atas kejadian ini. Bahkan dia sama sekali tidak memberi ampun pada pelaku itu.

"Lu belom makan kan ?" Ruben mengalihkan pembicaraan mereka.

"Belom Koh." Jawab Jordi.

"Sekarang lu makan dulu. Tadi Cici udah masakin buat lu." Titah Ruben.

"Adek gak nafsu makan Koh. Adek mau jagain Frishy aja." Ujar Jordi lemah.

"Jangan egois Jor. Kalo lu sampe sakit gara-gara gak makan, ntar yang mau jagain Frishy siapa ? Sekarang makan dulu. Ada gue sama Wendah yang jagain dia." Tegas Ruben.

"Bener apa yang dibilang Koko. You harus tetep sehat kalo emang mau jagain Frishy. Udah nurut apa kata Koko." Ujar Wendah.

"Cici yakin Fishy juga gak bakal seneng kalo liat lu yang kaya gini." Lanjutnya.

Ini untuk yang kedua kalinya Ruben dan Wendah melihat Jordi kacau seperti sekarang. Pertama saat kedua orang tuanya meninggal. Dan sekarang karena Frislly. Bisa terlihat betapa sayangnya Jordi pada Frislly.

"Iya Ci." Jordi berjalan kearah sofa. Dia membuka makanan yang dibawa iparnya itu.

Tidak banyak yang dia makan. Jordi benar-benar tidak nafsu makan sama sekali. Tapi setidaknya ada makanan yang masuk kedalam tubuhnya.

Jordi kembali duduk di samping Frislly. Kembali digenggamnya lagi tangan mungil itu.

"Koko udah kasih tau Mamanya Frislly. Dia sempet shock denger semuanya. Tapi udah ditenangin sama Cici. Cuma masalahnya, dia belum bisa pulang ke sini. Urusannya Fahsya di sana belom beres. Jadi buat sementara waktu biar Fishy tinggal di Rumah Koko." Jelas Ruben.

"Mama pasti kecewa banget sama Adek. Adek udah janji bakal jagain anaknya. Tapi ternyata Adek gak becus jagain dia Koh." Lagi-lagi Jordi menyalahkan dirinya sendiri.

"Nggak ada yang kecewa. Mamanya juga ngerti keadaan saat itu lagi kaya gimana. Yang penting sekarang Fishy udah sama kita." Wendah mengusap pundak Jordi memberikan ketenangan. Dia tahu betul keadaan adik iparnya seperti apa sekarang.

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang