59. Ragu

1.7K 175 39
                                    

Gadis cantik yang memakai rok tanggung dipadukan dengan atasan kemeja berwarna cream turun dari mobilnya. Ia menenteng papper bag ditangan kanannya.

Dia berjalan ke arah Lobby utama. Wajahnya yang cantik nan teduh itu mampu menyihir siapa pun yang melihatnya. Aura positif yang selalu dia tebarkan membuatnya semakin disukai banyak orang. Tapi sayang, harus banyak pula yang merasa patah hati karena sudah ada yang memilikinya lebih dulu.

"Selamat siang Ibu bos." Sapa seorang laki-laki yang memakai seragam Satpam dengan lengkap.

Gadis itu terkekeh "Selamat siang juga Pak." Sapanya kembali "Jangan panggil Ibu bos, gak enak. Panggil kaya biasanya aja ya Pak." Lanjutnya sopan.

"Loh kenapa atuh ? Kan emang Neng Frislly teh calonnya Mas Jordi. Yang jelas-jelas bos di sini." Ujar Satpam itu dengan aksen Sundanya yang begitu kental.

"Ya gak papa Pak. Panggil senyamannya Bapak aja deh ya." Frislly selalu saja merasa tidak enak jika ada yang memanggilnya seperti itu "Bapak udah makan siang ?" Lanjutnya bertanya.

"Belum Neng. Kan belum jam istirahat." Jawabnya jujur.

Frislly menyerahkan paper bag yang tadi dia bawa "Ini ada makanan buat Bapak. Makan siang nanti dimakan ya."

"Jangan Neng. Saya bisa beli makanan di Kantin kok." Tangan Bapak Satpam itu bergerak hendak menolak.

"Gak papa. Saya memang sengaja bawa untuk Bapak. Saya tidak menerima penolakan. Jadi harus dimakan ya." Titah Frislly.

"Baik kalau begitu. Makasih banyak ya Neng. Semoga rezekinya berlimpah. Gak salah Mas Jo milih Neng jadi istrinya. Kalian memang sama-sama orang baik. Semoga segala urusan dan persiapan pernikahan kalian lancar semuanya ya. Dan semoga menjadi keluarga yang harmonis, bahagia Dunia dan Akhirat." Do'a tulusnya mampu membuat mata Frislly berkaca-kaca. Sebegitu banyaknya orang yang peduli dan menyayangi dia dan Jordi.

"Aamiin... Makasih banyak Pak atas do'anya. Semoga do'a baiknya berbalik juga ke Bapak." Frislly meng-Aamiin-kan do'a tulus itu. Dia ingat betul apa yang pernah Jordi katakan. Bahwa tidak ada salahnya jika kita meng-Aamiin-kan do'a yang baik tanpa perlu melihat siapa yang mendo'akan.

"Kalau begitu saya masuk dulu ya." Lanjut Frislly melangkahkan kakinya. Pak Satpam tadi mengangguk dan menyunggingkan senyum.

Frislly berjalan menelusuri setiap koridor menuju ruangan calon suaminya. Disepanjang jalan banyak karyawan yang menyapanya dengan hangat. Ah sudah lama rasanya dia tidak mampir ke sini.

Sesampainya depan ruangan Jordi, dia langsung masuk dan duduk di sofa. Frislly tau saat ini Jordi sedang berada di ruang meeting. Makanya dia memilih akan menunggu di ruangannya saja.

Hampir setengah jam Frislly menunggu. Rasa bosan pun sudah menghampirinya sejak tadi. Dia hanya membuka tutup ponselnya tanpa melakukan apa pun. Ntah sudah berapa banyak pula makanan yang dia habiskan sejak tadi.

Ceklek !

Frislly menoleh ke arah pintu. Senyum rekahnya tiba-tiba saja pudar berganti dengan ekspresi bingung di wajahnya. Yang dia kira Jordi, ternyata bukan.

Seorang perempuan dengan kaki jenjang dan rok selutut tapi ketat masuk ke dalam ruangan Jordi tanpa permisi. Frislly mengernyitkan keningnya mencoba mengingat siapa perempuan itu.

Dia merasa asing dengan wajahnya. Juga seingatnya, di sini menanamkan peraturan di mana baik karyawan perempuan maupun laki-laki harus berpakaian sopan dan tidak membentuk lekukan tubuh.

"Maaf. Mbak siapa ya ?" Tanya Frislly dengan sopan.

"Loh. Mbak nya siapa ? Kok ada di ruangan Pak Jordi." Dia menatap Frislly dari atas sampai bawah lalu tersenyum miring seakan mengejek.

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang