37. Perhatian Kecil

1.8K 187 72
                                    

Frislly berjalan cepat meninggalkan Jordi. Dia tidak marah, malah senang tahu kalau Jordi datang mencarinya. Hanya saja saat ini perasaan Frislly sedang kacau. Dia tidak suka jika ada perempuan lain yang menyentuh Jordi. Apa lagi dengan sangat jelas terlihat kalau perempuan itu memang sedang menggoda laki-laki kesayangannya.

Tiba-tiba Frislly berhenti. Dia memegang bagian perutnya yang terasa sakit. Kepalanya seperti berputar dan berat. Dengan sekuat tenaga, Frislly menahan sakitnya lalu memutuskan untuk berjalan lagi. Tapi naas, sekuat apa pun dia menahan, rasa sakit itu ternyata lebih kuat sampai membuat dirinya lemas.

Bruk !

Tubuh Frislly ambruk. Pandangannya mulai samar dan kabur, detik berikutnya mata Frislly terpejam secara perlahan.

"Frislly..." Jordi berteriak dan langsung lari ke arah Frislly.

"Frislly, bangun Frislly." Diangkatnya kepala Frislly ke atas pangkuannya.

"Fris, bangun." Jordi menepuk-nepuk pipi Frislly pelan. Tapi tetap tidak ada respon apa pun.

"Ian buka pintu mobil." Tanpa berpikir panjang lagi, Jordi langsung menggendong Frislly dengan susah payah.

"Pak langsung jalan ke Rumah sakit yang deket sini." Perintah Jordi.

Jordi membaringkan Frislly dengan posisi kepala dipangkuannya. Dia memandangi wajah polos itu. Diusapnya dengan lembut puncak kepala Frislly.

Terlihat jelas raut khawatir di wajahnya. Ntah dia menyadari atau tidak, yang pasti saat ini Jordi begitu mengkhawatirkan keadaan Frislly.

"Kak..." Frislly membuka matanya perlahan. Suaranya parau menahan rasa sakit.

"Jangan dulu bangun." Jordi menahan badan Frislly yang hendak duduk.

"Udah gak papa kamu tiduran aja. Bentar lagi kita sampe Rumah sakit." Lanjut Jordi.

Frislly tersenyum tipis, sangat tipis sampai Jordi tidak melihat senyum itu. Frislly senang mendengar kata-kata Jordi yang begitu perhatian padanya.

"Awww.." Frislly memegang bagian perutnya yang terasa sakit.

"Kenapa ?" Tanya Jordi singkat. Dia ingin tetap terlihat biasa saja walau sebenarnya khawatir bukan main.

"Sakit banget Kak. Ishh." Jawab Frislly yang masih berusaha menahan sakitnya.

"Sabar ya. Bentar lagi kita sampe." Tangan Jordi bergerak menyeka keringat yang bercucuran di dahi Frislly. Lalu dia mengusap lembut kepalanya. Ntah kenapa dia melakukan itu, yang jelas Jordi hanya mengikuti kata hatinya.

Lima belas menit kemudian mereka sampai di Rumah sakit. Tian langsung membukakan pintu mobil. Jordi dengan sangat hati-hati membantu Frislly untuk duduk terlebih dahulu sebelum keluar mobil.

"Pusing gak kepalanya ?" Tanya Jordi memastikan. Lalu dia turun terlebih dahulu.

"Lumayan sih Kak tapi gak begitu." Jawab Frislly lemas.

"Yaudah naik ke punggung aku." Jordi langsung jongkok di depan pintu mobil.

"Gak usah Kak aku bisa jalan kok." Tolak Frislly halus. Dia pelan-pelan bergeser mendekati pintu mobil.

Belum juga kakinya menyentuh tanah, tiba-tiba saja tubuhnya melayang. Tanpa basa-basi, Jordi menggendong Frislly lagi.

"Kak, turunin aku. Frislly bisa jalan sendiri." Frislly merengek seperti anak kecil.

"Udah diem aja. Kalo kamu jalan ntar jatoh lagi gimana ? Sekali ini aja nurut." Tegas Jordi.

Frislly langsung diam tidak berkutik. Dia dengan ragu-ragu membenamkan kepalanya di dada bidang Jordi dan mengalungkan tangannya di leher.

Our StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang