"Setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah kurma"
__________
Rasanya baru kemarin ujian kenaikan kelas sebelas tapi sekarang sudah berada dikelas dua belas semester akhir, dan mungkin sebentar lagi hari kelulusan itu akan tiba, namun diri masih tetap seperti ini.
Tidak banyak yang berubah, namun satu hal yang membuat seisi kelas menjadi gempar karena itu, seorang yang ambisi tidak akan pernah puas dengan hasilnya kecuali ia yang mendapatkan nilai tertinggi. Mungkin bisa dikatakan mereka sangat terobsesi dengan nilai tinggi.
Bersaing untuk hal yang baik itu bagus, bersaing untuk mendapatkan nilai tinggi itu juga baik asalkan masih dalam zona nyaman, tapi apakah bersaing yang sampai mengakibatkan permusuhan itu wajar?
Mungkin itulah yang dilakukan Aqila ketika ia mengetahui bahwa Alif menjauhinya, membencinya karena nilai, jika dipikir-pikir ini adalah alasan kekanak-kanakan bahkan sangat kekanak-kanakan. Mungkinkah seorang Muhammad Alif Mudzakky membenci seseorang karena itu? Huft', tidak habis pikir jika itu adalah alasannya.
Namun, mungkin itu juga alasan dan sebab Aqila semakin hari semakin giat dalam belajar, tidak ada waktu untuknya bermain-main, setiap ada kesempatan disaat itulah dia akan belajar. Tidak marah, bahkan Aqila bersyukur dan berterima kasih kepada Alif. Jika bukan karenanya mungkin Aqila tidak akan belajar se giat ini, jika bukan alasan Alif yang kekanak-kanakan itu mungkin Aqila tidak akan bisa menggeser posisi Alif yang selalu memegang juara umum itu.
Ya, disemester akhir ini Aqila membuktikan dirinya bahwa ia mampu untuk mendapatkannya, tidak ada yang tidak mungkin, Alif telah membangkitkan jiwa ambisinya. Mereka bersaing satu sama lain.
Sebenarnya Aqila tidak pernah memikirkan untuk merebut posisi Alif yang selalu tetap itu, dirinya hanya belajar lebih giat dari sebelum-sebelumnya, namun nyatanya usaha tidak pernah mengkhianati hasil.
"Gue bangga sama Lo Qil, apa gue bilang suatu saat Lo bisa menggeser posisi manusia songongg itu"
Aqila tidak menggubris, perkataan Nindi memang terkadang terbukti, entahlah mungkin hanya sebuah kebetulan saja. Ada rasa bahagia juga rasa bersalah, ia bahagia karena ini adalah sebuah nikmat yang tidak akan pernah berhenti ia syukuri, disisi lain ia tidak bermaksud untuk benar-benar menggeser posisi Alif. Tapi apa boleh buat, ini sudah ditakdirkan oleh Allah dan setiap takdir-Nya pasti yang terbaik bagi hambanya.
"Jangan bilang begitu, nggak baik"
"Tapi kan emang benar, dia itu manusia songongg tau nggak, gue bangga punya sahabat kayak Lo Qil" Nindi memeluk leher Aqila yang sedang duduk itu. Mendengar itu Aqila tersenyum masam pada Nindi sambil mengucapkan. "Terimakasih".
Nindi terkekeh melihatnya. "Ya, walau bagaimanapun dia dan se songongg apapun dia, dia tetap abangnya Aqila"
Nindi tertawa kencang ketika Aqila benar-benar memukulnya dan mencubitnya.
"Kamu itu ya, nggak ada bosannya menganggu ketenangan Aqil" ucapnya kesal dan lagi mencubit Nindi
"Haha, mana pernah bosan gue Qil"
"Aish, menyebalkan" Nindi itu benar-benar manusia paling menjengkelkan.
"Hey, mau kemana Lu?"
"Kemana aja asal tidak ada Nindi"
"Boleh juga tu, kita pinjam pintu Doraemon aja biar bisa kemana-mana" tawa Nindi mendominasi di ruangan yang berjajar banyak buku-buku itu. Aqila menghentakkan kakinya kesal dan berjalan ke kelas.
"Woii, jangan tinggalin gue" teriak Nindi sambil berlari dan jangan lupa dengan tawanya yang sangat menyebalkan bagi Aqila.
____________
"Alif, Raka, Reno, Azhari" merasa namanya dipanggil mereka menoleh, bersamaan dengan itu pertanyaan langsung terlontarkan dari guru olahraga yang sedari tadi berdiri di pintu menunggu murid yang sudah terlambat 10 menit ini.
"Dari mana kalian?" Pertanyaan itu terkesan mengintimidasi, tapi bagi mereka yang ditanya hanya menganggap itu sebagai basa basi. Bukan melawan atau tidak menghargai, tapi guru yang satu ini memang sudah biasa bercanda seperti ini. Mereka juga sadar diri, terlambat pun juga punya alasannya tersendiri.
"Dari warung pak" Azhari menjawab.
"Jarak kantin kesini itu tidak terlalu jauh, kenapa kalian bisa terlambat 10 menit di jam bapak? Bukankah kita sudah janji untuk praktek saat ini?".
"Maaf pak, kami ke warung bukan kantin" Raka membenarkan sambil menahan kekehannya sedangkan yang lain geleng-geleng kepala.
"Warung mana?" Karena kantin sekolah terletak didalam sekolah, sedangkan warung terletak diluar sekolah bahkan bisa dikatakan sekitar 200 meter, ya tidak jauh-jauh amat dari sekolah. Masih bisa dikatakan lingkungan sekolah.
"Warung nenek CCTV" ucap Reno.
"Nenek CCTV?" Tanya pak Hasan bingung. Sedangkan yang lain sudah tertawa yang membuat pak Hasan mengernyitkan dahinya.
""Iya pak, warung nenek itu ada CCTV-nya, jadi kita makan dipantau terus sama neneknya"
"Neneknya sayang banget sama kami kayaknya" dan yang mendengar itu tertawa, tentu mereka tahu maksudnya.
"Itu tanda saking sayangnya, karena neneknya memantau kalian agar tidak makan gorengan dua bayar satu" celetuk Dara yang bikin pak Hasan geleng-geleng kepala.
"Three in one juga pernah pak" tambah Alif yang membuat mereka tambah tertawa, tentu saja Alif menyindir Raka yang disampingnya. Tidak, Alif hanya bercanda.
"Ada-ada saja kalian ini"
"Tapi beneran pak, warung neneknya ada CCTV jadi kami harus was-was terus" tambah Reno.
"Itu makanya, berarti nenek itu nggak mau kalian khilaf dan masuk neraka"
"Hahah, iya pak iya, kami hanya bercanda" Jawab Azhari, membuat yang lain geleng-geleng kepala.
"Sudah, sekarang kalian duduk ditempat masing-masing dan saat ujian praktek nanti kalian yang akan menyiapkan alat dilapangan" titah pak Hasan.
"Kok gitu pak? Nggak adil namanya dong?" Raka mencoba menawar.
"Nggak adil apanya? Itu sudah pas untuk hukuman kalian semua" dan Bilal juga sudah ikut bicara.
"Sudah-sudah, sekarang kita bersiap-siap untuk kelapangan".
"Baik pak, laksanakan"
Sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an 💕
diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ.
“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma"
Referensi: https://almanhaj.or.id/3180-23-25-berdekatannya-zaman-singkatnya-waktu-berdekatannya-pasar-munculnya-kemusyrikan.html
Jangan lupa pencet bintang 🌟 dipojok kiri bawah ini ya, dan tinggalkan komentarnya:).
Salam hangat dari Zi❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [End] ✅
Teen Fiction{Part Lengkap} Bagaimana jadinya jika seseorang yang awalnya bersahabat baik tiba-tiba menjadi diam tanpa alasan yang jelas? Waktu demi waktu jarak itu tercipta sangat jauh. Itulah yang dirasakan oleh Afifah Mariah Aqila seorang perempuan manis nan...