Chapter 5

198 70 11
                                    

Hidup ini simpel
Apabila sesuatu yang kamu senangi tidak terjadi, maka senangilah apa yang terjadi

-Ali bin Abi Thalib-

__________

Seorang gadis sudah berdiri didepan papan mading sekolah itu semenjak lima belas menit yang lalu, tanpa pergerakan apapun sambil menatap papan itu dan sekali-kali mengedipkan matanya.

Plak

"Nindi"

"Eh ayam Nindi" latahnya.

"Mana ayam mu Nin? Perasaan disini nggak ada ayam. Kurrr kurrr" sepertinya mereka sama saja. Nindi kaget karena Aqila menepuk pundaknya sambil menyebut namanya tepat disamping telinga. Sedangkan Aqila? Dia hanya bercanda.

"Aiisss, dasar ikan tongkol"

"Ngapain disini coba? Lihat ini lama-lama" sambil menunjuk mading didepannya "ada wajah Aqil ya disini?" Katanya lagi yang langsung melihat seluruh papan itu dari atas sampai bawah, dari ujung ke ujung.

"Nggak ada kok" ucapnya polos menatap Nindi.

"Siapa bilang ada wajah Lo disini? Wajah Lo itu disini" sambil menunjuk muka Aqila "bukan disini" tunjuknya beralih ke papan mading. Geram Nindi karena Aqila dari tadi ngoceh sendiri.

"Iya juga yak, terus Nindi nengok apa?" Nindi menunjuk papan mading dengan mengisyaratkan matanya yang membuat Aqila semakin bingung. "Apa?"

"Ini" kali ini langsung dengan telunjuknya. Aqila membaca dengan teliti tidak ada yang terlewati mulai dari nomor urut pertama sampai---dan akhirnya dia melihat namanya tertera di kelas keagamaan.

"Alhamdulillah, Aqil masuk disini. Nama Nin----ada ini nama Nindi juga ada, kalo nama Zahira---ada juga. Alhamdulillah ya Allah" katanya dengan rasa bahagia hampir saja melompat-lompat.

"Kita satu kelas tapi wajah Nindi masih aja datar, nggak bahagia ya kalo sekelas dengan Aqil?" Tanyanya serius yang langsung dijawab gelengan oleh Nindi, menolak bahwa pernyataan itu salah. Ada hal lain yang membuat dirinya sedikit berpikir.

"Tengok nama ini" tunjuk nindi pada salah satu nama disana.

"Ahmad Raka Sidan. Emangnya kenapa?"

"Itu Raka Qil, Raka. Laki-laki buaya yang selalu menggangu hidup gue"

"Ooh"

"Lo cuma bilang ooh doang?" Geram Nindi.

"Emangnya harus bilang apa?" Tanyanya polos, untung Nindi masih bisa menahan diri agar tidak menonjok Aqila disini.

"Nggak ada" Pungkasnya yang langsung berbalik badan meninggalkan Qila. "Loh kok, ooh ngambek ceritanya" gumamnya yang langsung mengejar langkah Nindi.

"Huh, dapat"

"Eh, Lo ngapain Qil" Tanya Zahira ketika ia baru datang dan berjalan dibelakang Qila. "Ha?"

"Lo ngapain megang tangan Nindi".

'Hmm' berpikir Qil berpikir.

"Biar nggak lepas?" Jawabnya asal.

"Lo kira gue ayam bisa lepas" jawab Nindi

"Ya mana tau kan" jawabnya tanpa dosa.

"Lo i---

"Udah-udah ada apa sih? Masih pagi udah kayak suami istri aja ribut" bosan Zahira melihat ini didepan matanya.

"Nindi ngambek" jawab Aqila.

"Lo ngambek Nin?" Tanyanya, sambil tersenyum mengejek "kirain Lo itu laki-laki ternyata bisa ngambek juga" emangnya hanya perempuan yang bisa ngambek? Tidak Ra, laki-laki juga manusia.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang