Chapter 44

78 8 1
                                    


Kadang kala seseorang pergi bukan karena ia menginginkannya tapi ada perasaan yang harus dijaga untuk itu semua.

____________

Seperti janji pertemuan Minggu kemarin, buk Indah membagi kelompok pada Minggu ini, yang mana setiap kelompok itu ada dua orang dengan satu bahasan yang akan diberi buk Indah, setelah itu persentase kedepan. Murid-muridnya berpikir bahwa satu kelompok itu dua orang, yang orang-orangnya adalah teman sebangkunya sendiri namun ternyata tidak, buk Indah lah yang membaginya secara acak, yaitu ada yang berpasangan ada juga yang tidak karena ini adalah pilihan guru tersebut.

Setelah semuanya terbagi, ada yang bahagia ada juga yang kecewa. Bahagia karena orang yang dia dapatkan sesuai dengan keinginannya dan  kecewa karena pasangan yang ia dapatkan adalah orang yang bisa dikatakan ah--- sudahlah.

Contohnya, Nindi dengan Raka, awalnya Nindi kaget dan tidak terima itu karena teman-temannya menjodoh-jodohkannya dengan Raka, dan satu lagi Raka adalah musuh bubuyata nya dikelas ini.

Zahira dengan Reno, mereka terlihat biasa saja. Sedangkan Lia dengan Azhari, Lia mendumel sendiri ketika tahu bahwa dia sekelompok dengan Azhari karena Azhari itu tukang tidur, apa yang Azhari ketahui? Tidak ada. Pikiran Lia pada Azhari semuanya adalah hal buruk, tidak ada hal baik.

Dara satu kelompok dengan Nizam yang notabene nya laki-laki paling pendiam dikelas itu tapi kemampuannya dalam bahasa Inggris tidak diragukan lagi, yang ada Dara sangat bersemangat karena nanti nilai bahasa Inggrisnya meningkat dengan sekelompok dengan Nizam, betapa bersyukurnya Dara. Dan yang lainnya juga begitu ada yang senang ada juga yang diam-diam mengumpat dalam hatinya karena tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Maklum karena masa ini mereka sangat menginginkan satu kelompok dengan orang yang mereka sukai dan pikirannya juga pasti kesana, jadi maklumi saja.

Dan yang terakhir Aqila, ia sekelompok dengan orang yang selalu menghindarinya. Siapapun itu pasti tau dia siapa.

Lama mereka terdiam sebelum keduanya sama-sama mengangkat tangan dan bicara kepada buk Indah sang guru bahasa Inggris tersebut.

"Maaf buk"

"Maaf buk" ucap Alif dan Aqila bersamaan dan itu yang membuat kelas yang tadi sedikit berisik jadi diam dan digantikan dengan kata.

Ciyee, uhuuyy

Yang membuat Aqila dan Alif saling tatap namun hanya sedetik sebelum mereka bicara kembali. Mereka berdua juga bingung, kenapa bisa sama-sama bicara dan mengucapkan kalimat yang sama? Satu lagi kenapa mereka harus satu kelompok?. Kelas kembali riuh ketika.

"Ya, ada apa Alif, Aqila?" Tanya buk Indah yang heran kenapa dengan muridnya yang berdua ini.

"Gini buk" lagi mereka bicara bersama dan membuat kelas tertawa, karena tentu saja mereka tahu apa yang terjadi antara Alif dan Aqila. Karena sadar bahwa mereka kembali mengucapkan kalimat yang sama dan secara bersamaan, Aqila memilih diam dan membiarkan Alif yang bicara terlebih dahulu.

Lebih baik mengalah dan mendengarkan apa yang mau dia katakan setelah itu baru Aqil mengambil tindakan, begitulah pikir Aqila. Seolah mengerti Alif langsung bicara.

"Apakah bisa pindah kelompok buk?" Tanya Alif hati-hati.

"Hemm, Segitu bencinya dia sama Aqil?" Lirih Aqila yang hanya didengar oleh Nindi disampingnya. "Sabar Qil" ucap Nindi yang menggerakkan bibirnya sambil mengusap punggung tangan Aqila yang berada diatas meja. Aqila tersenyum kecut membalasnya.

'Bukankah itu yang Aqil inginkan?'. Seolah ada yang bicara dari dalam dirinya.

'Tidak, Aqil tidak menginginkan itu'. Seolah ada sisi lain dirinya yang mengatakan hal lain.

Takdir Yang Menentukan [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang