Memastikan sekali lagi, benar ini tidak salah dengar. Tapi Haruskah secepat ini?
__________
Masih dengan canda tawa bersama keluarga besarnya. Saling berbagi cerita karena momen ini jarang terjadi karena mereka sibuk dengan keluarga dan urusan masing-masing. Saat inilah diisi dengan candaan dan tawa melepaskan rindu mereka terutama Syauqi yang jarang sekali pulang kesini. Di tengah-tengah obrolan itu tiba-tiba ibu bicara dengan suara yang serius.
"Qila yakin ingin tetap melanjutkan sekolah di Mesir?" Pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab, Aqila sangat ingin sekali kuliah di sana tapi disisi lain dia juga tidak bisa jauh dari keluarga.
"Entahlah Bu, Aqil sangat ingin dan kesempatan ini belum tentu akan Aqil dapatkan lagi. Tapi disisi lain Aqil juga nggak bisa jauh dari kalian"
"Aqil sangat ingin sekali kuliah disana. Tapi Aqil nggak mau egois, Aqil akan pergi jika ibu, Abang dan kakak ridho dengan Aqil." ucapannya lagi dan sekarang dengan penuh keyakinan. Mendengar itu Maryam tersenyum. Benar, ternyata anaknya sudah dewasa bisa berpikir sejauh itu.
"Ibu akan mengizinkan" mendengar itu Aqila merasa sangat bahagia tapi sebelum ibu melanjutkan kalimatnya "jika Qila ada yang menemaninya disana, ibu takut membiarkan anak perempuan ibu disana tanpa ada yang menemani. Ibu tau dan yakin Qila pasti akan bisa menjaga diri, tapi kita tidak tahu bagaimana dunia luar itu. Apalagi jauh dari keluarga. Disana tujuan kita memang pergi menuntut ilmu tapi apakah setiap saat hanya belajar saja yang dilakukan? Tentu tidak kan. Selama beberapa tahun di negeri orang tidak mungkin rasanya hanya dipenuhi dengan belajar saja." Aqila masih berusaha untuk mencerna kalimat ibu baik-baik.
"Jika Qila mau maka ibu akan mengizinkannya jika tidak ibu juga tidak akan melarang Qila. Karena ini adalah impian Qila dan ibu tidak akan melarang. Tapi ibu lakukan itu karena ibu sayang pada Qila, ibu nggak mau terjadi apapun pada Qila selama disana" Qila hanya diam mendengarkan semua yang ibunya katakan. Benar apa yang dikatakan ibunya, kita tidak tau bagaimana dunia luar.
Tapi syarat apa yang diberikan ibu?. Rasanya Qila ingin melakukan syarat apapun yang diajukan ibu asalkan Qila bisa kuliah disana. Keinginannya sudah bulat dan dia juga sangat berharap apapun yang dikatakan ibu akan bisa ia penuhi.
"Abang dan kakak semuanya sudah setuju. Karena ini sudah kami bicarakan. Ibu harap Qila juga menyetujui ini karena ini demi kebaikan Qila dan ibu disini juga merasa tenang" kata-kata Maryam sangat ambigu bagi Aqila, ia tidak mengerti maksudnya apa. Ditengah kebingungan itu Syauqi berbicara
"Sebelum Aqil pergi kami ingin Aqil menikah dulu dengan orang yang juga berkuliah disana" ucapan Syauqi langsung membuat Aqila menganga tak percaya.
Kaget dan tidak percaya. Ucapan itu terdengar tidak masuk akal dalam pikirannya.
Lama terjadi keheningan tiba-tiba Aqila memecahkan keheningan itu dengan tawanya.
"Hahahah, Abang bercandanya nggak lucu. Masa iya Aqil nikah. Hahaha" mungkin tidak hanya Aqila yang tidak habis pikir dengan semua ini tapi Syauqi juga begitu, awalnya ia juga ragu.
"Qil, sini duduk dekat Abang" titah Syauqi yang dituruti oleh Aqila. Bagaimanapun juga Syauqi lah yang menjadi walinya sekarang untuk mengantikan peran ayah.
"Abang nggak bercanda Qil, tidak hanya ibu yang khawatir tapi kami juga. Kami tidak biasa jauh dari Aqil dan Aqil selalu dalam kawasan kami. Memang benar jika Aqil tidak pernah jauh dari keluarga maka Aqil tidak akan bisa hidup mandiri. Tapi ini terlalu jauh bagi Aqil apalagi sendiri disana tanpa keluarga, sedangkan Aqil belum pernah kesana dan tau dunia sana"
"Mungkin bagi orang lain pemikiran kami ini terlalu kolot atau kampungan. Aqil tau? Abang pernah mendengar bahwa memiliki anak itu bagaikan memiliki jantung hati kedua di luar tubuh, melihat anak jauh darinya sama dengan menyaksikan jantung hati berjalan-jalan diluar tubuh mereka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Menentukan [End] ✅
Teen Fiction{Part Lengkap} Bagaimana jadinya jika seseorang yang awalnya bersahabat baik tiba-tiba menjadi diam tanpa alasan yang jelas? Waktu demi waktu jarak itu tercipta sangat jauh. Itulah yang dirasakan oleh Afifah Mariah Aqila seorang perempuan manis nan...